- AlphaTauri butuh waktu jauh lebih cepat untuk memenangi lomba ketimbang saat masih bernama Minardi maupun Toro Rosso.
- Kemenangan Pierre Gasly menjadi sinyal bila AlphaTauri sudah tidak bisa dipandang sebelah mata.
- Franz Tost pernah mengungkapkan tiga alasan yang membuat pihaknya optimistis di F1 2020.
SKOR.id - Tim Scuderia AlphaTauri akhirnya mampu merebut kemenangan pertama di Kejuaraan Dunia Formula 1 (F1) saat Pierre Gasly memenangi Grand Prix (GP) Italia 2020 secara dramatis, Minggu (6/9/2020) lalu.
Sejatinya, sejarah tim yang bermarkas di Faenza, Italia, dan dipimpin oleh Helmut Marko serta Franz Tost itu cukup panjang dengan dua kali berganti nama.
Pada 2006, perusahaan minuman berenergi asal Austria, Red Bull, memutuskan untuk mengakuisisi Tim Minardi (1985-2005) untuk membentuk tim junior dari Red Bull Racing yang didirikan setahun sebelumnya dengan membeli Tim Jaguar (2000-2004).
Red Bull kemudian menamai tim eks Minardi itu sebagai Scuderia Toro Rosso (STR). STR dibentuk sebagai tim junior dari Red Bull Racing sekaligus mengembangkan dan memasok pembalap muda potensial untuk skuad tersebut.
Saat debut di F1 pada 2006, STR menjadi satu-satunya tim yang menggunakan mesin 3.000cc 10-silinder (Cosworth TJ2006 3.0 V10) yang sudah dibatasi.
Dipimpin oleh Gerhard Berger, mantan pembalap F1 yang kala itu memiliki 50 persen saham tim, STR mendapatkan poin perdana setelah Vitantonio Liuzzi finis di posisi ke-8 (1 poin) di GP Amerika Serikat.
Pada F1 2007, usai 13 kali tidak finis dalam 10 GP dengan mesin Ferrari, Scott Speed didepak pada Juli dan digantikan Sebastian Vettel, mantan pembalap penguji BMW Sauber. Vettel dan Liuzzi menyumbang 8 poin di GP Cina yang bertahan sampai akhir musim.
Setelah mengawali F1 2008 tidak konsisten, Vettel akhirnya memberikan pole position dan kemenangan pertama -- akhirnya satu-satunya sepanjang sejarah tim -- bagi STR di GP Italia 2008.
Mampu konsisten seusai GP Italia, STR akhirnya mampu mengalahkan seniornya, Red Bull Racing, pada musim ketiganya dengan berada di peringkat keenam klasemen akhir konstruktor.
Pada akhir 2008 itu juga, Berger melepas sahamnya ke pemilik Red Bull, Dietrich Mateschitz, sehingga STR sepenuhnya menjadi milik perusahaan minuman berenergi yang berdiri pada 1984 tersebut.
Setelah ditinggal Vettel yang "naik kelas" ke Red Bull Racing, STR lambat panas menjalani F1 2009. Sebastien Bourdais dan Sébastien Buemi selalu kesulitan sejak kualifikasi.
Pada lomba (putaran) 10 (dari total 17), Bourdais digantikan Jaime Alguersuari. Tetapi, kendati melakukan upgrade di Hungaria, STR akhirnya tetap menjadi juru kunci konstruktor musim tersebut.
F1 2010 menjadi musim pertama STR turun sebagai tim independen yang lepas dari Red Bull. Walaupun sudah kerap lolos ke kualifikasi kedua (Q2), STR masih kesulitan merebut poin signifikan.
Hasil terbaik adalah finis kedelapan di Kanada (Buemi). Pada akhir musim, STR finis di posisi kesembilan konstruktor dan hanya unggul atas tiga tim baru saat itu.
Pada F1 2011, STR cukup menjanjikan dengan merebut poin lebih banyak dibanding total musim 2010. Usai menempatkan Buemi dan Alguersuari finis kedelapan dan 10 di GFP F1 ke-100 di Hungaria, STR mampu finis ketujuh di Italia dan Korea.
Namun di akhir musim, mereka harus puas berada di posisi kedelapan (dari 12 tim) setelah kalah hanya tiga poin dari Sauber-Ferrari.
Dengan line-up pembalap baru, Daniel Ricciardo dan Jean-Eric Vergne, STR belum bisa berbuat banyak dengan hanya merebut enam poin sampai tengah musim F1 2012.
Performa STR7 membaik di paruh kedua dengan merebut poin di enam dari 10 lomba tersisa. Bahkan, kedua STR7 mampu merebut poin di Belgia dan Korea.
Setahun kemudian, 2013, kendati sasis STR8 kurang bisa diandalkan, Vergne dan Ricciardo kembali menuai hasil solid. Vergne finis keenam di Kanada sedangkan Ricciardo ketujuh di Cina dan Italia yang mengantarnya pindah ke Red Bull Racing pada 2014.
Setelah mengganti mesin dari Ferrari ke Renault, sasis STR10 mampu cukup cepat hingga rutin lolos ke Q3. Namun mereka masih kesulitan merebut poin saat lomba.
Dengan hasil terbaik finis keenam di Singapura, STR hanya berada di peringkat ketujuh klasemen akhir konstruktor.
Pada 2015, STR menjadi tim dengan komposisi pembalap termuda dalam diri Max Verstappen dan Carlos Sainz Jr. Tetapi, masalah daya tahan mesin Renault membuat STR tidak mampu finis lebih baik dari posisi ketujuh dalam lomba.
STR masih konsisten masuk 10 besar di setiap lomba pada F1 2016 meskipun turun dengan mesin Ferrari spesifikasi 2015. Sempat terganggu dengan pergantian pembalap di tengah musim saat Verstappen ditarik ke Red Bull Racing dan digantikan Daniil Kvyat, STR mampu bangkit.
Mereka finis di posisi ketujuh klasemen akhir konstruktor dengan empat kali finis keenam sebagai hasil terbaik.
Musim 2016, STR kembali finis di peringkat ketujuh klasemen konstruktor. Kembali memakai mesin Renaut (lalu Honda mulai 2018), Sainz Jr dilepas di tengah musim serta Kvyat ditendang. Di akhir musim, dan beberapa lomba sebelumnya, STR diperkuat Brendon Hartley dan Pierre Gasly.
Dengan mesin Honda, pada 2018 STR mempersiapkan landasan dan data bagi Red Bull yang baru akan menggunakan mesin tersebut pada 2019. Pierre Gasly jadi bintang dengan finis keempat di Bahrain dan beberapa kali tembus Q3.
Finis di posisi kesembilan konstruktor menunjukkan progres solid STR di masa depan.
F1 2019 menjadi musim tersukses STR seusai mencetak 85 poin untuk mengamankan posisi keenam klasemen akhir konstruktor. Pierre Gasly kembali dari Red Bull Racing pada tengah musim dan langsung menjawab kepercayaan dengan finis podium kedua di Brasil.
Pada tahun itu pula Red Bull ingin mengubah nama STR menjadi Scuderia AlphaTauri Honda mulai musim 2020. Hingga pertengahan musim ini, AlphaTauri mampu cukup solid.
Puncaknya, Gasly mampu memenangi lomba di Italia dan Kvyat finis kesembilan sekaligus kali pertama AlphaTauri menempatkan kedua pembalapnya merebut poin dalam sebuah lomba.
Hebatnya, AlphaTauri hanya butuh delapan lomba untuk merebut kemenangan pertama. Bandingkan dengan saat masih bernama Toro Rosso yang butuh 49 balapan untuk naik podium utama, atau Minardi yang tidak pernah menang dalam 340 start.
Yang lebih spesial, AlphaTauri menjadi tim pertama di luar Mercedes, Ferrari, dan Red Bull Racing, yang mampu memenangi lomba F1 sejak 2013.
Dengan koleksi 47 poin hanya dalam delapan lomba, torehan AlphaTauri hanya kalah dari total poin Toro Rosso pada akhir musim 2019 (85 poin), 2017 (53), 2016 (63), dan 2015 (67).
"Kami memiliki paling tidak tiga alasan untuk optimistis di F1 tahun ini," ujar Franz Tost, Prinsipal Tim AlphaTauri, saat peluncuran sasis AlphaTauri AT01, awal Februari 2020 lalu.
"Pertama, hasil tes di terowongan angin (wind tunnel) sangat baik. Kedua, Honda melakukan lompatan besar pada musim dingin lalu dari sisi performa dan daya tahan. Lalu, kami memiliki dua pembalap yang sangat baik."
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.
Andrea Dovizioso Sempat Dilirik KTM, Pit Beirer Ungkap 2 Penyebab Negosiasi Runtuhhttps://t.co/Wj7fQOI8GO— SKOR Indonesia (@skorindonesia) September 8, 2020
Berita AlphaTauri Lainnya:
Ada Sentuhan Orang Indonesia di Balik Kemenangan Pierre Gasly di F1 GP Italia 2020
F1 GP Italia 2020: Pierre Gasly Beberkan Kunci Sukses Raih Podium Utama
Hasil F1 GP Italia 2020: Pierre Gasly Juara, Podium Tanpa Pembalap Mercedes