- Dibutuhkan sejumlah protokol dan prosedur baru jika Liga 1 mau melanjutkan musim 2020.
- Menggelar pertandingan di tengah pandemi Covid-19 bukan cuma sekadar tanpa penonton.
- PT Liga Indonesia Baru sebagai operator Liga 1 bisa belajar dari Liga Korea dan Liga Jerman.
SKOR.id - Hingga saat ini belum diketahui nasib Liga 1 musim 2020, apakah akan berlanjut atau dihentikan.
Namun, jika opsi melanjutkan Liga 1 musim 2020 yang dijadikan wacana, ada sejumlah protokol dan prosedur yang patut disusun lebih dulu. Protokol dan prosedur itu pun lain dari biasanya.
Maklum, situasi saat ini masih pandemi Covid-19. Menjaga jarak sosial menjadi salah satu syarat mutlak untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Berita Liga 1 Lainnya: PSSI Ingin Liga 1 Ikuti Jejak Liga Korea Selatan
Sepak bola adalah salah satu aktivitas di muka bumi yang menyedot kumpulan besar manusia. Skuad, ribuan penonton, puluhan pedagang bisa berkumpul dalam satu venue saat ada laga.
Hal itu tak mungkin lagi dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Lantas bagaimana jika PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) sebagai operator Liga 1 dan Liga 2 ingin melanjutkan musim 2020?
Skor.id mempelajari apa protokol Liga Korea yang sudah bergulir dan Liga Jerman yang segera berjalan pada akhir pekan ini (16/5/2020).
Izin dari pemerintah
Kompetisi sepak bola profesional secara umum bersifat otonom dan independen. Namun, mereka tetap tak bisa berjalan tanpa koordinasi dengan pihak lain.
Liga 1 dan Liga 2 perlu mendapat izin dari pemerintah, terutama dari Kementerian Kesehatan. Bukan apa-apa, situasi pandemi Covid-19 memaksa syarat itu.
Liga Inggris, misalnya, sudah mendapat izin dari pemerintahnya untuk menggelar sisa musim 2019-2020 mulai 1 Juni 2020. Izin senada dikantongi Liga Korea dan Liga Jerman.
Izin dari pemerintah pun bukan hanya skala pusat atau nasional. Pemerintah daerah (pemda) tingkat satu dan dua (provinsi dan kabupaten/kota) juga berwenang dalam situasi ini.
Soal izin dari pemda ini cukup krusial. Werder Bremen di Liga Jerman, contohnya, harus menunggu izin dari pemda setempat untuk melakukan latihan tim.
Sebab, wewenang penanganan kasus Covid-19 di daerah tingkat satu dan dua berada di tangan pemda. Jadi, aktivitas secara keseluruhan harus mendapat restu dari pemda.
Protokol kesehatan
PT LIB wajib menyusun protokol kesehatan dengan koordinasi divisi medis, kementerian kesehatan, dan dinas kesehatan di masing-masing daerah.
Protokol kesehatan ini adalah hal terpenting kedua jika Liga 1 ingin dilanjutkan. Sejumlah hal perlu diatur di sini.
Bagaimana protokol bagi 18 klub Liga 1 untuk melakukan latihan. Bagaimana penerapan tes Covid-19 terhadap skuad seluruh klub beserta ofisial tim dan para ofisial pertandingan (wasit).
Liga Korea dan Liga Jerman menerapkan dua kali tes Covid-19 dalam pekan pertandingan.
Misalnya, jika akhir pekan ini (Minggu) ada pertandingan, seluruh pihak akan dites Covid-19 pada awal pekan (Senin atau Selasa) dan satu hari sebelum laga (Sabtu).
Lantas, PT LIB juga perlu menyusul protokol jika ada anggota sebuah klub yang kedapatan positif Covid-19. Tracking kontak perlu dilakukan, siapa yang perlu dikarantina, dan berapa lama.
Itu juga akan menyangkut keluarga anggota klub. Jika ada pemain yang positif Covid-19, keluarganya bisa terkena imbas untuk karantina mandiri dengan pengawasan dinas kesehatan setempat dan tim medis klub.
Klub dan semua pihak yang berkepentingan dengan kompetisi juga perlu melakukan karantina lebih dulu, seminggu sebelum liga berjalan.
Itu semua harus disusun dengan detail dalam dokumen protokol tersebut.
Protokol latihan
Isu ini juga sangat krusial. Klub perlu latihan sebelum Liga 1 berlanjut dan mereka sudah relatif berhenti melakukannya bersama selama kurang lebih dua bulan.
Repotnya, Liga 1 atau Liga 2 bisa berlanjut tanpa pramusim. Fisik dan stamina para pemain belum siap 100 persen (match fit) untuk bertanding.
Namun, waktu yang sempit dan situasi yang tidak normal membuat pramusim tak memungkinkan digelar. Akan tetapi lantaran di tengah pandemi Covid-19, tim pun tak bisa latihan secara lazim.
Praktik jaga jarak tetap harus dilakukan. Klub-klub Liga Korea dan Liga Jerman menerapkan latihan secara berkelompok karena tak semua pemain boleh masuk lapangan secara bersamaan.
Bayer Leverkusen, klub Jerman, misalnya, mengelompokkan latihan berdasarkan posisi bermain. Misalnya para striker akan berlatih bersama, begitu pula para pemain sayap, dan seterusnya.
Perjalanan para pemain dan ofisial tim ke lokasi latihan juga perlu diatur. Misalnya tak cukup lagi hanya dengan satu bus karena para penumpang perlu menjaga jarak.
Bus juga perlu dibersihkan dulu dengan cairan disinfektan, begitu juga setelah dipakai. Demikian pula lokasi latihan dan peralatan latihan yang harus disterilkan secara berkala.
Ini boleh jadi akan menyulitkan sebagian tim Liga 1 dan Liga 2 yang tidak punya kamp latihan mandiri atau secara tertutup.
Kemudian perlu diatur pula soal mandi. Di kamp latihan klub luar negeri yang sudah mapan, ada fasilitas kamar mandi atau toilet.
Maklum, dalam situasi Covid-19, masuk ke gedung tim dilakukan secara terbatas. Andai tetap ada, kegiatan mandi dilakukan secara bergiliran.
Liverpool, calon juara Liga Inggris punya cara. Mereka mendirikan toilet dan kamar mandi portabel di luar lapangan latihan.
Protokol pertandingan dan stadion
Akibat pandemi Covid-19, prosesi lazim sebelum kick-off ditiadakan. Tak ada salaman antarpemain dan tidak ada foto tim. Bahkan melakukan tos atau high five pun dilarang.
Para pemain juga perlu dilarang meludah di lapangan, kecuali saat sedang minum di luar lapangan.
Sementara di Liga Jerman, para pemain akan minum dari botol terpisah --tak bisa satu botol beberapa pemain dan botol harus dibuang setelah dipakai.
Kecuali para pemain dan wasit di lapangan, siapapun yang ada di area lapangan harus mengenakan masker. Ini termasuk pelatih yang hanya boleh menurunkan maskernya saat memberi instruksi kepada para pemain.
Para pemain dan ofisial tim di bench juga perlu menjaga jarak. Boleh jadi kapasitas kursi di bangku tim tidak cukup menampung semua anggota skuad. Itu sebabnya di Liga Jerman, kursi di tribune stadion boleh digunakan.
Siapa yang boleh masuk ke dalam stadion dan area pertandingan juga perlu ditentukan. Liga Jerman menetapkan hanya 322 orang maksimal.
Selain pemain dan ofisial klub, ada sejumlah petugas. Antara lain petugas stadion, petugas keamanan atau polisi, staf antidoping, petugas medis, analis pertandingan, kru tv, dan jurnalis.
Zona akses mereka juga perlu ditentukan. Liga Jerman menetapkan tiga zona di stadion. Area lapangan menjadi zona satu yang sangat eksklusif, termasuk untuk sejumlah anak gawang.
Untuk datang ke stadion, mereka juga perlu diatur dan secara bertahap. Misalnya, bila pertandingan dilakukan pada pukul 15.30, persiapan dimulai pada pukul 08.00.
Saat orang-orang ini tiba di stadion, suhu tubuh mereka perlu dicek. Jika dianggap berisiko, mereka akan disuruh pulang --termasuk pemain.
Pemakaian kamar ganti juga patut diatur. Para pemain harus selalu menjaga jarak satu meter. Untuk mengganti kostum, para pemain mesti bergiliran.
Liga Jerman pun melarang para pemain mandi di stadion. Sementara jumpa pers juga diadakan secara virtual dan tak ada mixed zone yang biasa digunakan wartawan untuk mewancarai pemain atau pelatih.
Seluruh tempat di dalam stadion juga harus dibersihkan secara berkala, baik sebelum digunakan maupun sudah dipakai.
Yang perlu diperhatikan Liga 1 dan Liga 2, seluruh kegiatan di wilayah stadion harus dilakukan dengan mengenakam masker dan menjaga jarak. Kecuali nanti saat pemain dan wasit berada di lapangan.
Penanganan suporter
Pertandingan olahraga selalu mengundang suporter, terutama sepak bola. Pertandingan sudah pasti akan digelar tanpa penonton karena tak boleh ada pengumpulan massa.
Tapi bukan berarti suporter tidak nekad bergerombol datang ke stadion.
Itu sebabnya Liga 1 dan Liga 2 perlu berkoordinasi dengan kepolisian. Hanya kepolisian yang bisa membuat pagar betis agar area stadion tidak dimasuki orang tanpa kepentingan.
Klub juga perlu mengeluarkan maklumat bagi para suporternya. Diperlukan cara kreatif pula untuk menampung aspirasi suporter.
Berita Liga 1 Lainnya: Arema FC Punya Alasan Kuat untuk Menolak Lanjutkan Liga 1 Tanpa Penonton
Misalnya di Liga Jerman, suporter masih boleh mengirim spanduk dukungan ke klub. Spanduk dikirim ke klub sehari sebelum pertandingan dan akan dipasang oleh klub di stadion.
Namun ada satu yang tidak boleh dilakukan klub, yakni membuat tiruan suara keramaian suporter saat pertandingan berjalan.
Seluruh poin protokol itu perlu disusun dan kemudian dipraktikan secara disiplin. Tanpa itu, menggelar kompetisi Liga 1 di tengah pandemi Covid-19 akan sangat berisiko.