- Stadion Gajayana Kota Malang merupakan stadion tertua di Indonesia yang masih berfungsi hingga kini.
- Stadion yang pernah digunakan sembilan klub ini dibangun atas inisatif H.I Bussemaker pada 1 April 1924.
- Banyak pemain andal lahir di Stadion Gajayana, salah satunya kiper timnas Hindia Belanda, Tan Mo Heng.
SKOR.id - Sembilan tim sepak bola tercatat pernah menggunakan Stadion Gajayana, Kota Malang, sebagai markasnya dalam mengarungi kompetisi.
Stadion tertua di Indonesia yang masih berdiri kokoh sejak tahun 1924 ini, kini menjadi markas Sumber Sari FC Malang sejak 2018.
Sembilan tim itu adalah Voetbalbond Malang en Omstreken (1924-1928), Malangsche Voetbal Bond (1928-1934), dan Malangsche Voetbal Unie (1934-1952).
Berita Arema FC Lainnya: Amelia Pramudianti: Mendukung Arema FC Itu Harga Mati
Lantas ada PSIM Malang (1934-1952), Persema Malang (sejak 1952), Arema Indonesia (sejak 1987), Arema FC (1987-2004), dan Sumbersari FC Malang (2018).
Nama stadion mengabadikan sosok sang pemersatu, Prabu Gajayana, raja pertama Kerajaan Kanjuruhan yang bertahta selama 29 tahun (760-789).
Stadio ini dibangun atas inisatif dan rancangan Walikota Malang pertama era kolonial Belanda, H.I Bussemaker, pada 1 April 1924 saat Malang berusia 10 tahun.
Pembangunannya menelan total biaya hampir 100.000 gulden atau bila dikurskan saat itu kisaran Rp800 jutaan hingga finishing pada 1926.
Stadion Gajayana digunakan untuk menggelar pertandingan sejak tahun 1924, dengan kapasitas 5.000 single tribune.
Stadion ini direnovasi dengan mengganti rumput dan penambahan tribune melingkar di utara-selatan-timur dan menampung 17 ribu penonton pada 1990-1992.
Penambahan lampu stadion berdaya pancar 800 lux dilakukan pada tahun 1996 yang menelan biaya Rp2 miliar.
Renovasi terakhir pada 2007-2008 kembali dilakukan penggantian rumput, penambahan dua tribune utama dan meninggikan tribune ekonomi timur.
Diperkirakan renovasi terakhir menghabiskan biaya Rp25 miliar sehingga stadion berkapasitas maksimal 30 ribu orang. Stadion Gajayana berada di Jalan Tenes dan Jalan Semeru.
"Stadion Gajayana bagi masyarakat Malang Raya bahkan Indonesia, adalah bagian sejarah sepak bola dan olah raga di Tanah Air," kata Walikota Malang, Sutiaji.
"Karena stadion ini tertua di Indonesia, jadi sampai kapanpun tidak akan pernah kami alihfungsikan, tidak seperti stadion-stadion lainnya," katanya.
Stadion Gajayana memiliki historis panjang dan bagian dari cagar budaya peninggalan era kolonial Belanda, sehingga akan terus direnovasi.
"Stadion ini tetap masuk prioritas untuk direnovasi menjadi lebih modern, dengan tidak menghilangkan beberapa bagian bangunan bersejarah,” ujar Sutiaji.
Sejatinya, stadion tertua di Tanah Air adalah Stadion Menteng, Jakarta, yang dibangun pada 1921 dan diarsiteki dua orang Belanda, FJ. Kubatz dan PAJ. Moojen.
Namun, stadion ini hanya tinggal kenangan, setelah pada tahun 2006 resmi dialihfungsikan menjadi ruang publik hijau atau taman.
Kini tinggal Stadion Gajayana yang tertua di Indonesia dan masih berfungsi sekaligus sebagai warisan atau cagar budayanya sepak bola Indonesia.
Stadion Gajayana yang kini dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Stadion Gajayana, Pemerintah Kota Malang memiliki tiga kategori tribune.
Yakni tribune VIP bawah (1.500 orang), tribune VIP atas (6.000 orang), dua tribune utama (2.000 orang), dan sisanya tribune ekonomi (20.475 orang).
Stadion Gajayana juga tak ubahnya saksi bisu lahirnya penjaga gawang legendaris Timnas Hindia Belanda asal Sumpil, Malang, Tan Mo "Bing" Heng.
Bakatnya terasah di Stadion Gajayana (1928-1944). Tan jebolan klub HCTNH Malang (Hua Chiao Tsing Nien Hui) dan Malangsche Voetbal Bond (MVB).
Berita Arema FC Lainnya: Arema FC Usul ke PSSI dan PT LIB Gandeng Mitra Kerja untuk Rapid Test
Bahkan, lintasan lari stadion ini menjadi tempat favorit latihan fisik pebulutangkis dunia Arek Malang, almarhum Johan Wahjudi (Ang Joe Liang) tahun 1968-1980.
Selain Stadion Gajayana, ada enam stadion lainnya yang masuk 10 besar tertua di Indonesia dan masih berfungsi walau tidak semegah dulu.
Stadion tertua di Indonesia
- Stadion Menteng, Jakarta (dibangun 1921) dan dibongkar 2006
- Stadion Gajayana, Malang (dibangun 1924)
- Stadion Sriwedari, Solo (dibangun 1932)
- Stadion Diponegoro, Semarang (dibangun 1934)
- Stadion Gelora 10 Nopember, Surabaya (dibangun 1951)
- Stadion Teladan, Medan (dibangun 1951)
- Stadion Ikada, (dibangun 1951) dan dibongkar 1962
- Stadion Siliwangi, Bandung (dibangun 1954)
- Stadion Andi Mattalatta, Makassar (dibangun 1957)
- Stadion Utama Senayan, Jakarta (dibangun 1960).