- Parma Calcio resmi dibeli Grup Krause pada 18 September 2020.
- Kehadiran grup yang dipimpin Kyle J. Krause itu menambah panjang daftar investor asal Amerika di Liga Italia.
- Krause berjanji akan mengembalikan pamor Parma dan Serie A.
SKOR.id - Pengaruh Amerika di sepak bola Italia akan semakin kuat menyusul akuisisi Parma Calcio oleh Grup Krause.
Krause merupakan bisnis keluarga yang menguasai toserba di seluruh Midwest, resmi membeli 90 persen saham Parma, per 18 September kemarin.
Kesepakatan ini dikabarkan mencapai 100 juta dollar (sekitar Rp1,4 triliun) lebih, sekaligus menambah deretan investor asal Amerika di Liga Italia.
Seperti diketahui, awal musim panas 2020, pemodal asal Texas Dan Friedklin membeli AS Roma dari pebisnis Amerika lainnya, James Pallota.
Setahun sebelumnnya, miliarder asal Amerika kelahiran Italia, Rocco Commisso juta mengakuisisi Fiorentina.
Elliott Investment Management sudah menjalankan AC Milan sejak 2018 setelah pemilik sebelunnya, Lu Yonghon, gagal membayar pinjaman.
Sementara pebisnis asal Kanada, Joey Saputo, yang juga pemilik klub Montreal Impact, sudah mengendalikan Bologna selama enam tahun.
Grup Krause yang meraup keuntungan tahun lalu sebesar 2,8 miliar dollar dari bisnis swalayan sudah lama ingin memiliki klub sepak bola di Italia.
Perusahaan yang dipimpin Kyle J. Krause ini tertarik setelah melihat sepak terjang Commiso dan Saputo, dan mendapat banyak nasehat dari kedua pengusaha tersebut.
Namun, baru awal Agustus mereka mulai mendiskusikan potensi pembelian Parma, salah satu klub bersejarah Italia yang pamornya meredup setelah dinyatakan bangkrut lima tahun lalu.
“Lima minggu yang tidak mudah. Namun dari sudut pandang saya, ini adalah transaksi yang bersih dan lancar," kata Kyle Krause selepas penandatangan pembelian Parma.
Dua dekade lalu, Parma adalah salah satu tim paling glamor di Italia. Dimiliki Calisto Tanzi dan kerajaan susu Parmalat-nya, Gialloblu mampu merekrut pemain berkelas bintang dan rutin menjadi pesaing di liga domestik maupun kontinental.
Namun, masa-masa keemasan tersebut hilang menyusul skandal keuangan Parmalat pada 2003. Parma pun di ambang kebangkrutan hingga akhirnya dijual dua kali dijual dengan harga satu euro.
Pada 2015, setelah skandal korupsi lainnya ditambah tumpukan utang, Parma dinyatakan bangkrut. Mereka harus memulai kembali dari awal, tampil di Divisi Empat Italia.
Una squadra, un Presidente: tutti uniti verso un unico obiettivo! ????⤵️#WelcomeKyle #ForzaParma ????????@Kyle_J_Krause pic.twitter.com/y26HCrbDFA— Parma Calcio 1913 (@1913parmacalcio) September 19, 2020
Dikelola Nuovo Inizio, grup berisi investor lokal, Parma mulai bangkit dan memenangkan promosi tiga kali beruntun hingga akhirnya kembali ke Serie A pada 2018.
Bagi Krause, para pemimpin grup ini adalah pahlawan yang telah menyelamatkan Parma. Namun, ia menilai sudah saatnya Parma dikelola grup dengan kekuatan uang besar untuk mengembalikan kejayaan klub ini.
Krause juga menekankan bahwa dia tidak mencari keuntungan ekspres dari transaksi ini.
"Semua investasi kami, kami perlakukan sebagai sebuah keluarga, semua merupakan proyek jangka panjang dan mencari kesuksesan," kata Krause yang mengaku membeli Parma karena alasan romantisme.
Keluarganya memiliki keturunan Italia, dan mereka juga memiliki investasi di perkebunan anggur dan resor di Italia.
Selain itu, dari sisi ekonomi, Krause ingin mengembalikan pamor Serie A sebagai liga terbaik di dunia yang saat ini ditempati Liga Inggris.
“Ada banyak kesempatan. Dulunya (Liga Italia) nomor satu di dunia. Tidak ada alasan kita tidak bisa kembali ke posisi itu," Krause menandaskan.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Petaka Mason Greenwood Janjian dengan Model Cantik via Aplikasi Kencanhttps://t.co/onloff8uFP— SKOR Indonesia (@skorindonesia) September 20, 2020
Berita Parma lainnya:
Parma Resmi Pecat Roberto D’Aversa, Pelatih yang Bawa Mereka Promosi
Sempat Incar AS Roma, Calon Pemilik Parma Punya Misi Terselubung