SKOR.id - National Conference of Football & Sciences (NCFS) 2024 telah sukses digelar di Jambi pada 28-29 Agustus 2024. Ada 18 karya ilmiah yang ditampilkan secara luring dalam kegiatan tersebut.
Kegiatan ini pun diikuti oleh ratusan peserta dari mahasiswa berbagai universitas di Jambi.
Ketua Asprov PSSI Jambi, Muhammad Fadhil Arief, pun menyambut positif adanya kegiatan ini. Terlebih, ini untuk pertama kalinya digelar di Indonesia.
“Pertama kami apresiasi inisiatif Bu Ratu Tisha (Waketum PSSI) karena beliau concern dengan hal seperti itu. Karena kita ketahui, semua teori apapun yang ada di dunia, semua berangkat dari teori yang faktual,” kata Fadhil.
“Jadi dengan inisiatif itu, teman-teman di Jambi jadi fasilitator untuk menampung itu dengan semangat yang sama bahwa sepak bola Indonesia kalau mau maju harus dipahami benar budayanya, karakternya, kemudian juga pola yang sudah dilakukan selama ini,” jelas lelaki yang juga Bupati Batanghari itu.
Menurutnya, orang Indonesia kebanyakan kadang-kadang suka latah untuk mengikuti yang sedang tren dilakukan oleh orang lain.
“Sering kita bukannya melakukan sesuatu itu dengan melihat perkembangan prosesnya tapi kepada menirunya. Kan tidak bisa begitu, ilmu tidak bisa ditiru. Karena tantangannya berbeda dengan struktur tubuh yang berbeda, struktur alam yang berbeda, kejadian-kejadian yang berbeda. Mudah-mudahan dengan kegiatan tadi (NCFS 2024), kita dapat potret utuh tentang pembinaan sepak bola di Indonesia,” katanya.
Tapi, masih menurut Fadhil, ketika sudah mendapatkan inti masalahnya juga tidak bisa diatasi sendiri oleh Asprov PSSI selaku perwakilan PSSI pusat di daerah. Melainkan harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
“Seluruh stakeholder harus ikut. Tidak mungkin satu PSSI saja, karena PSSI ini sebenarnya katalisator. Tidak bisa dia membuat jalan sendiri. Perhatian ini bentuknya lebih kepada kebijakan. Jadi kami lebih sepakat bukanlah suntikan dana dari Pemerintah tapi kebijakan. Karena kebijakan itu jauh lebih besar nilainya daripada dana.”
“Dulu kami sempat sarankan bagaimana anak SD dan SMP punya kompetisi yang baik, yang biayanya lebih murah karena ada dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah).”
“SMA juga lebih murah, kuliah juga begitu, karena ada dana yang memang untuk meningkatkan SDM. Meningkatkan SDM kan salah satunya dari olahraga, terbentuk karakter sportivitas. Kan orang kita kurang sportif, kalau kalah politik menyalahkan orang lain, kalau kalah tanding wasitnya curang, terakhir kalau enggak bisa lagi, nyalahin penontonnya,” tuturnya.
Selain itu, Fadhil mengakui saat ini pihaknya sedang berupaya untuk meyakinkan kepada masyarakat Jambi bahwa perlu kesinambungan konsistensi dalam pembinaan sepak bola usia dini.
“Jangan sampai mereka berpikir seperti daerah-daerah lain. Dulu Jambi pernah punya klub, tapi pemainnya dari luar (Jambi) semua. Akhirnya karena sumber dayanya tidak begitu kuat, tidak bisa dia menghidupi klub ini. Kemudian ya namanya pemain didatangkan, orientasinya pasti beda dengan orang setempat. Dan itu alami, dia ingin hidup lebih baik, ada tawaran lebih pindah lah dia. Tapi kalau orang setempat kan ada maklum-maklumnya dia,” ujarnya.
“Jadi kami bilang, membina olahraga sepak bola tujuan akhirnya bagaimana memanusiakan manusia, bagaimana dia bisa mandiri. Tidaklah semua akan menjadi atlet, kalau semua jadi atlet kacau juga, tidak ada pekerjaan lain. Tapi bagaimana karakternya bisa terbangun dengan baik, fair, sportif, faktual, logis cara berpikirnya, ini bisa didapatkan di sepak bola,” pungkas pria berusia 49 tahun itu.