- Iwan Budianto memiliki karier yang panjang di persepakbolaan nasional.
- Selain memimpin Arema FC, Iwan Budianto juga aktif di PSSI pusat dan Asprov Jawa Timur.
- Iwan Budianto memiliki semboyan 3C dalam mengembangkan kariernya di sepak bola.
SKOR.id - Iwan Budianto, Wakil Ketua Umum PSSI dan pemegang saham Arema FC, memiliki filosofi 3C dalam kariernya di sepak bola.
Rentang 21 tahun lebih 196 hari bukan waktu yang singkat bagi seorang Iwan Budianto menggeluti dunia si kulit bundar di negeri berpendudukan 273,137 juta jiwa ini, baik di lingkungan klub maupun PSSI.
Dia berangkat dari seorang fans setia Arema Malang jelang akhir 1987 (Arema Fans Club) sebelum kemudian terbentuk Aremania tahun 1994, saat itu ia yang masih belia menghabiskan masa SMP dan SMA di Kota Malang.
Berita Arema FC Lainnya: Pelatih Kiper Arema FC Ikuti Kursus Online dari Federasi Brasil
Hampir 12 tahun melekat dengan kostum Aremania, pria yang akrab disapa Sam IB (mas, red) di kalangan publik Malang tersebut, masuk jajaran manajemen tim medio 1998 pada usia 24 tahun.
Sebagai manajer tim yang baru, debut manis ia lalui ketika Arema Malang menahan imbang tuan rumah Persikabo Kabupaten Bogor 1-1, Minggu tanggal 1 November 1998.
Saat itu IB didampingi Kristia Yudha sebagai asisten manajer, dan Lucky "Sam Ikul" AZ sebagai Sekretaris tim.
Pada Kompetisi Liga Indonesia Divisi Utama musim 1998-1999 Wilayah Tengah itu Arema FC dipimpin duet pelatih Hamid Asnan-Winarto.
Genap 12 tahun ia habiskan separuh lebih kariernya bersama Arema, baik sebagai manajer tim (1998-1999, 2001, dan 2002), Ketua Umum Yayasan PS Arema Malang (2000-2002) maupun CEO (Chief Executive Officer) Arema FC era 2012-2019.
Sisanya, Iwan Budianto memanajeri tim Persik Kediri musim 1999-2000, 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007.
Ia juga pernah menjadi manajer tim KS Puma Malang (Liga Indonesia Divisi 1) tahun 2001 dan Direktur Teknis Persisam Samarinda (2008-2009).
"Karier di klub saya awali bersama Arema tahun 1998 dan saya akhiri juga di Arema tahun 2019 atau 12 tahun bersama Arema," ucap Iwan Budianto.
"Jadi mengurus klub 20 tahun lebih termasuk di Persik Kediri, KS Puma Malang, dan Persisam Samarinda. Sisanya PSSI dan timnas Indonesia, termasuk setahun terakhir fokus di PSSI saja," tutur suami dari Ni Putu Evy Shinta Dewi tersebut.
Alumni Universitas Kediri itu tak hanya merambah lingkungan klub saja, namun juga PSSI Pusat dan Asprov PSSI Jawa Timur dalam sembilan posisi berbeda.
Mulai dari Manajer tim Jawa Timur U16 (1999-2000), kemudian sebagai anggota Board of Management Badan Liga Sepakbola Indonesia (2004-2007), anggota Exco PSSI (2007-2011), Ketua Bidang Status dan Alih Status Pemain PSSI (2007), dan Ketua Badan Liga Amatir PSSI (Agustus 2009-2011).
Menantu mantan Wali Kota Kediri, HA Maschut (1999-2009), tersebut juga pernah duduk sebagai Asisten Manajer timnas Indonesia di Piala AFF 2010 dan Chief de Mission (CdM) timnas Indonesia AFF Championship 2016.
Dalam pucuk struktur pimpinan PSSI, Iwan Budianto merupakan Wakil Ketua Umum PSSI (10 November 2016-1 Januari 2017) dan Kepala Staf Ketua Umum (27 Januari 2017-2 November 2019), sebelum kembali sebagai Wakil Ketua Umum PSSI sejak tanggal 2 November 2019 hingga sekarang.
Sepanjang 21 tahun IB bersama Arema, Persik, dan Persisam, ia telah mengoleksi 19 trofi atau gelar juara.
Tercatat 11 gelar juara pramusim saat di Arema, yaitu Piala Gubernur Jatim 2013, Menpora Cup 2013, Juara Inter Island Cup 2014, Bali Island Cup 2015 dan 2016, SCM Cup 2015, Trofeo Persija 2015 dan 2013, dan Sunrise of Java Cup 2015 (Banyuwangi).
Tiga gelar juara lainnya yakni Bhayangkara Cup 2016, Trofeo Bhayangkara (Solo) 2017, dan Piala Presiden 2017.
Enam trofi ia raih bersama Persik Kediri, masing-masing juara Liga Indonesia Divisi 1 (2002), juara Liga Indonesia Divisi Utama 2003 dan 2006, serta tiga kali juara Piala Gubernur Jawa Timur 2003, 2005, dan 2007.
Satu gelar juara Liga Indonesia Divisi Utama 2009 (kompetisi di bewah level ISL, red) dibukukan bersama Persisam Samarinda.
Berita PSSI Lainnya: Direktur Operasional Persib Berharap PSSI Koordinasi ke Pemerintah soal Liga
"Pengalaman paling berkesan dan penuh liku-liku, betapa tidak mudah untuk menjaga eksistensi atau kelangsungan hidup Arema, perjuangan lebih berat daripada saat membentuk tim pada 1987," kata Iwan.
"Dalam sepak bola filosofi saya tetap cool, calm, dan confident saja. Terus berproses belajar menjadi tenang dan sabar untuk meredam dan kelola emosi. Itu yang saya lakukan dan Alhamdulilah semuanya lancar," pemilik 70 persen saham PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (AABBI) tersebut mengimbuhi.