- Menjabat sebagai Direktur Teknik PSSI, Indra Sjafri, sudah memetakan permasalahan sepak bola Indonesia.
- Menurutnya, ada lima pilar yang perlu dibenahi sepak bola Indonesia yaitu infrastruktur, kurikulum, pengembangan pelatih, pengembangan pemain, dan kompetisi.
- Indra Sjafri menuturkan, kelima pilar itu saling berkaitan dan harus diberikan porsi yang seimbang.
SKOR.id - Sebagai Direktur Teknik PSSI, Indra Sjafri, telah memetakan apa saja yang perlu dibenahi di sepak bola Indonesia. Menurutnya, ada lima hal yang menjadi pilar sepak bola yang mesti dibenahi di Indonesia. Itu berdasarkan pengalaman yang dimilikinya sebagai pelatih di level timnas kelompok umur mulai dari U-16 hingga U-23.
Lima pilar itu adalah Infrastruktur, kurikulum, pengembangan pelatih, pengembangan pemain, dan kompetisi. Menurutnya, keempat hal tersebut saling berkaitan dan porsinya harus sama untuk diperhatikan oleh para stakeholder sepak bola di Tanah Air.
“Saya pernah berblusukan ke 30 provinsi, dan saya tahu persis di mana kantong-kantong pemain, bagaimana kualitas infrastruktur di daerah, bagaimana SDM (Sumber Daya Manusia) kepelatihan di daerah, saya tahu persis itu,” kata Indra Sjafri, dalam podcast Diskord bersama host Rais Adnan dan Doni Zola.
“Saya juga punya modal pernah melakoni pertandingan di level Asia Tenggara, Asia, dan di (turnamen) Toulon level dunia. Saya tahu persis posisi kita di mana, dari sisi kualitas pemain. Dan saya menyimpulkan bahwa kita perlu memperbaiki lima pilar,” pelatih yang membawa timnas U-22 Indonesia juara Piala AFF U-19 2013 itu menambahkan.
Terkait infrastruktur, pelatih timnas U-22 Indonesia untuk SEA Games 2023 itu menuturkan, bukan hanya terkait stadion. Tetapi juga tempat berlatih untuk para pesepak bola, terutama di usia muda.
“Potensi anak-anak Indonesia menurut sensus yang berusia 4-15 tahun itu sekitar 40-50 juta orang. Masak sih tidak ada 10 persen jadi pemain sepak bola?”
“Oleh karena itu, dia butuh infrastruktur lapangan-lapangan untuk bermain. Karena persyaratan untuk menjadi atlet itu harus orang yang kaya gerak, multilateral,” eks pelatih Bali United itu menjelaskan.
Lebih lanjut, jika infrastruktur sudah berhasil diperbaiki, yang mesti dibenahi selanjutnya adalah terkait kurikulum. Indonesia dalam hal ini PSSI sebenarnya sudah membuat filosofi sepak bola Indonesia (Filanesia) sejak 2017. Dari filosofi tersebut muncul kurikulum, silabus, dan modul untuk pegangan para pelatih.
“Kemarin kami meng-upgrade Filanesia. Karena menurut kami, kurikulum harus diupgrade setiap lima tahun. Karena Piala Dunia empat tahun sekali, pasti ada tren-tren baru dan itu harus kita upgrade,” ucapnya.
Jika infrastruktur dan kurikulum sudah ada, selanjutnya pengembangan pelatih. Indra Sjafri pun mengungkapkan salah satu faktor prestasi sepak bola Indonesia yang terkesan jalan di tempat.
“Kalau kita head to head dengan Jepang, jumlah pelatih kita hanya 7 ribu orang. Ketika saya masuk 5 ribu, sekarang saya berhasil menambah 2 ribu. Lisensi A Pro kita hanya 21 orang,” pelatih berusia 60 tahun itu memaparkan.
“Jepang, pelatih 80 ribu, seribu lebih itu A Pro. Coba bandingkan. Ini yang harus kita kejar. Kita beruntung ada Inpres nomor 3 tahun 2019, kami punya program kalau bisa lisenci D dan C itu gratis,” ujarnya.
Masih menurut Indra Sjafri, jika kursus lisensi dua level tersebut digratiskanya, penyebarannya bakal merata. Selain itu, kualitas pelatihnya bisa ditingkatkan.
Setelah infrastruktur, kurikulum, dan pengembangan pelatih dilakukan, barulah perbaikan untuk pengembangan pemain. Kemudian, dilanjutkan untuk perbaikan kompetisi.
“Karena kalau hanya bicara kompetisi, yang empat ini (infrastruktur, kurikulum, pengembangan pelatih, pengembangan pemain) enggak oke, kualitas kompetisi tidak akan ada,” ia menuturkan.
“Lima ini kita harus perbaiki, tidak mau tidak, ini pokok. Menurut saya sebagai direktur teknik, lima ini menjadi pilar untuk perbaikan sepak bola,” Indra Sjafri memungkasi.
Untuk melihat obrolan lebih lengkap bersama Indra Sjafri, simak dalam video Diskord di bawah ini: