- Pieter Huistra, eks-karteker pelatih timnas Indonesia, sedang mengabdi untuk sepak bola Uzbekistan.
- Selama tiga tahun di Uzbekistan, Pieter Huistra bandingkan timnas Indonesia dan timnas Uzbekistan U-19.
- Dalam analisis Pieter Huistra, sepak bola usia muda akan tampak hasilnya setelah berlangsung 10 tahun.
SKOR.id - Mantan Direktur Teknik PSSI dan karteker timnas Indonesia, Pieter Huistra, saat ini menjadi penasihat teknik klub sepak bola Uzbekistan, Pakhtakor Tashkent FK.
Jabatan tersebut sudah diemban Pieter Huistra sejak 2017. Karena Uzbekistan akan menjadi tuan rumah Piala Asia U-19 2020, ia dilibatkan membantu timnas Uzbekistan U-19.
Bukan membantu teknis tetapi membantu federasi sepak bola Uzbekistan, UFA, memsukseskan Piala Asia U-19 2020 dalam penyelenggaraan dan prestasi.
Kepada The World Game, pelatih asal Belanda tersebut membeberkan kondisi terkini sepak bola Uzbekistan, utamanya sepak bola pembinaan atau usia muda.
Dalam pandangan lelaki berusia 53 tahun tersebut, sepak bola Uzbekistan pada dekade kedua abad milenium, merupakan salah satu yang terbaik di Asia.
"Pada masa lalu, Uzbekistan berkiblat ke sistem Uni Soviet," kata Huistra. "Pemain mendapat sistem pelatihan fisik yang baik saat datang ke klub," ia menambahkan.
Dengan modal tersebut, Uzbekistan sempat menjadi yang terbaik di Asia dengan menjuari Asian Games 1984. Namun setelah itu Uzbekistan meninggalkan Soviet.
Dalam analisis Huistra, setelah tiga tahun bermukim di Uzbekistan, karakter sepak bola negeri asal Imam Bukhari ini lebih mirip Eropa bukan Asia.
"Para pemain di sini lebih Eropa, kombinasi gaya Rusia dan Uzbekistan dan mereka dapat bermain. Mereka kuat, cepat, dan punya teknik yang layak," ucap Huistra.
Perkembangan sepak bola Uzbekistan dewasa ini, tak lain karena UFA mulai peduli dengan sepak bola pembinaan: menggelar kompetisi U-16 dan U-18.
Kompetisi usia muda, kata Huistra, adalah permasalahan utama sepak bola Asia sulit berkembang dan bersaing dengan sepak bola Eropa dan Amerika Latin.
Karenanya, Huistra beruntung datang ke Uzbekistan saat kompetisi sepak bola usia muda digaungkan, tidak seperti saat datang ke Indonesia pada 2014.
"Jika Anda ingin memiliki sistem pembinaan yang baik, Anda harus memiliki liga yang baik. Uzbekistan coba melakukan ini dan mari kita lihat hal ini bekerja," katanya.
Namun, ujar mantan pelatih klub Jepang, Iwaki FC, ini Uzbekistan baru akan merasakan hasil maksimal dari sepak bola pembinaan, paling tidak 10 tahun mendatang.
Terkait Uzbekistan yang akan menjadi tuan rumah Piala Asia U-19 2020, hal ini dianggap sarana yang bagus untuk memotivasi semangat pemuda Uzbekistan.
"Butuh 10 tahun untuk membangun sesuatu dengan darah, keringat, dan pendanaan yang tepat. Islandia membutuhkan struktur, waktu, dan investasi," katanya.
"Kualitas dan bakat ada di sini (Uzbekistan), tetapi harus ada kesabaran juga untuk mendapatkan hasil terbaik," Pieter Huistra menaungakan unek-uneknya.
Berita Timnas Indonesia Lainnya:
Timnas Indonesia U-19 Latihan Virtual, Calon Lawan Pemusatan Latihan
TC Virtual Timnas Indonesia U-19 Diperpanjang dan Penyebabnya Shin Tae-yong
Indra Sjafri: PSSI Rancang TC Timnas Indonesia dengan Hati-hati