- Persipura Jayapura punya rahasia tersendiri dalam meraih kejayaan pada masa lalu dan itu dibeberkan oleh Eduard Ivakdalam.
- Eduard Ivakdalam menjelaskan ke Skor.id ada aroma religius yang menjadi rahasia kejayaan Persipura di masa lalu.
- Sikap kekeluargaan pada tim dan membaur ke masyarakat bahkan juga berlaku kepada para pemain asing Persipura.
SKOR.id - Persipura Jayapura punya rahasia tersendiri dalam meraih kejayaan di masa lalu, hingga menjadi #KebanggaanIndonesia.
Eduard Ivakdalam yang menjadi legenda hidup Persipura karena bagian tim saat berjaya, yang membeberkan rahasia tersebut ke Skor.id.
Persipura memang klub tersukses di Indonesia dengan segala pencapaian yang didapatkan, sejak klub berdiri mulai 25 Mei 1965.
Mutiara Hitam, julukan Persipura, merupakan pengoleksi gelar kompetisi tertinggi di Indonesia (kini bernama Liga 1), yakni lima trofi.
Mereka jadi juara pada musim 2005, 2008-2009, 2010-2011, 2013, dan 2016 (ISC). Selain itu, tiga kali jadi runner-up dirasakan pada 2009-2010, 2011-2012, 2014.
Klub yang bermarkas di Stadion Mandala, Jayapura ini juga menjuarai Indonesia Soccer Championship A 2016.
Ada pula trofi juara Community Shield Indonesia 2009 dan Indonesia Inter Island Cup 2011 plus tiga kali runner-up Piala Indonesia.
Persipura menjadi #KebanggaanIndonesia juga karena kiprahnya pada pentas Asia, dengan segala pencapaiannya pada Piala AFC.
Meski belum pernah juara, mereka mencapai perempat final edisi 2011 dan semifinal untuk musim 2014, yang hingga kini sulit dicapai klub Indonesia lainnya.
Persipura bisa menjadi tim yang tangguh dan berprestasi karena faktor kekeluargaan, serupa yang diungkapkan Eduard Ivakdalam.
"Persipura ini dibangun atas dasar kekeluargaan. Kekeluargaan itu yang membuat kami benar-benar solid dan kuat," kata Eduard Ivakdalam.
"Itu bukan sembarangan. Kekeluargaan paling diutamakan di tim Persipura," lelaki yang akrab disapa Kaka Edu itu menambahkan.
"Siapa saja orang yg bergabung dengan Persipura, maka dia itu adalah keluarga. Kami semua di klub adalah keluarga," ucapnya lagi.
Lebih lanjut, lelaki yang kini melatih tim sepak bola Papua untuk PON 2021 itu menjelaskan ada aroma religius yang jadi rahasia kejayaan Persipura.
"Orang di Persipura juga harus berbaur dengan masyarakat. Sehingga, ada doa restu dari masyarakat yang membuat tim sukses," kata Kaka Edu.
"Jadi dengan bergabung ke tim, orang tidak hanya jadi bagian Persipura, tapi juga berbaur ke masyarakat," ia menambahkan.
"Keberhasilan yang diraih Persipura bukan hanya karena usaha dan doa dari orang-orang di tim, tapi juga dari masyarakat," ujar Kaka Edu.
Lelaki berusia 45 tahun itu pun menyebut bahwa pada eranya dahulu, masyarakat sekitar selalu mendoakan Persipura, tak hanya yang sedang menonton.
Karena perbuatan baik orang-orang di klub ke masyarakat, maka masyarakat terus berdoa untuk kejayaan Mutiara Hitam, bahkan saat di pasar.
"Hingga saat ini, hal itu yang saya lihat paling luar biasa. Cara kami bisa sukses dan menjadi tim yang kuat juga harus dijaga," kata Kaka Edu.
Ia pun menilai bahwa apa yang sudah terjadi pada eranya tidak hilang hingga kini dan telah jadi budaya klub, bahka ditiru tim-tim lain di Papua.
"Pemain asing pun sama. Mereka harus beradaptasi dengan kebudayaan yang ada. Dengan apa yang ada di Papua atau Jayapura," ucapnya lagi.
"Mereka tidak bisa pakai kebiasaan seperti pemain asing di luar, tapi harus mengikuti pola hidup yang ada. Mereka membaur dan menjalani kebiasaan di Persipura," ia memungkasi.
Adapun Eduard Ivakdalam telah menjadi bagian dari skuad Mutiara Hitam sejak 1994 hingga 2010.
Ia merupakan pemimpin tim, sebelum akhirnya predikat kapten berpindah ke Boaz Salosa yang bertahan hingga saat ini.
Tulisan ini merupakan bagian dari rangkaian tulisan edisi khusus Persipura untuk #KebanggaanIndonesia yang bertepatan kemerdekaan Indonesia ke-75 tahun.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita Edisi Spesial Persipura lainnya:
Edisi Spesial Persipura: Johanis Auri, Black Brothers, dan Tiranisme Soeharto
Edisi Spesial Persipura: Dari Kontiki, 25 Mei 1965, hingga Penguasa Asia