- Setelah Liga Italia digulirkan lagi usai lockdown akibat pandemi Covid-19, situasi Inter Milan dan AC Milan berbeda dari sebelumnya.
- I Nerazzurri yang digdaya hingga kompetisi dihentikan, belakangan seperti kehabisan bensin.
- Sebaliknya I Rossoneri menjelma jadi pembunuh klub raksasa termotivasi membantu pelatih Stefano Pioli.
SKOR.id – Mendekati akhir kompetisi Liga Italia, ada hal yang tak disangka terjadi di Milan. Dua klub kebanggaan kota mode tersebut tiba-tiba berbalik arah setelah karantina akibat pandemi Covid-19 dicabut.
Inter Milan yang gagah melibas lawan hingga awal Maret tiba-tiba loyo. Sebaliknya AC Milan yang terseok-seok dan nyaris kehilangan harapan untuk mendekati zona Eropa malah tampil habis-habisan untuk membuktikan diri.
Skuad asuhan Antonio Conte tampaknya ingin liburan lebih cepat sehingga kehilangan fokus bersaing menuju scudetto. Padahal dibandingkan dua rivalnya, mereka diuntungkan dari sisi jadwal.
Ketika Liga Italia dilanjutkan, Inter Milan kebanyakan berhadapan dengan tim-tim kecil. Namun, mereka malah terjungkal di tiga kesempatan dari enam pertandingan. Bahkan dalam dua laga terakhir, Romelu Lukaku dan kawan-kawan hanya dapat satu poin.
Secara beruntun mereka dipermalukan Bologna, 1-2, lalu ditahan imbang oleh Hellas Verona, 2-2. Akibatnya jarak dengan Juventus sebagai pemuncak klasemen menjauh jadi 10 poin dan dilengserkan dari peringkat ketiga oleh Atalanta yang unggul satu poin.
Conte pun kehilangan ketenangan. Ia terlibat adu mulut dengan pelatih Verona, Ivan Juric, lalu melampiaskan amarah kepada para pemainnya.
Kemungkinan dia akan mengungkapkan uneg-unegnya kepada klub di akhir musim. Suporter menggaungkan tagar untuk membawa Luciano Spalletti kembali.
“Di akhir musim, kami akan berdiskusi, kalau ada yang perlu disampaikan maka akan saya katakan dan klub akan melakukan penilaian terhadap pekerjaan saya, tapi perlu dimengerti bahwa seberapa dekat atau jauh untuk melakukannya,” katanya.
Musim ini, Inter kehilangan 20 poin dari situasi unggul. Hanya Brescia yang mencatatkan rapor terburuk dalam kategori itu di Liga Italia, di mana mereka membuang 34 poin.
Rapuhnya pertahanan jadi biang kerok masalah tersebut. Inter kebobolan sembilan kali saat kompetisi dimulai lagi, sementara total bola yang masuk ke gawangnya sejak Januari lalu adalah 19.
Skema 3-5-2 andalan Conte ternyata sulit dipahami beberapa bek andal. Milan Skriniar yang selama ini jadi pemimpin di lini belakang malah tersesat dalam ide pelatihnya. Bek asal Slovakia tersebut tak mampu bermain dengan baik di sisi tengah kiri karena ia terbiasa bergerak ke kanan.
Diego Godin, yang sempat jadi pilar utama benteng Atletico Madrid, makin tenggelam di Inter. Hanya Stefan De Vrij yang nyaman tampil dengan formasi tiga bek. Sepertinya mantan allenatore Juventus itu perlu mengubah formasi yang melibatkan empat pemain bertahan.
Di lini tengah, Marcelo Brozovic yang jadi acuan. Sayangnya, gelandang tersebut belum menemukan keselarasan dengan Christian Eriksen. Keduanya kurang komunikasi dan tidak saling mencari di lapangan. Ini berdampak langsung kepada performa tim.
Lautaro Martinez menjadi catatan negatif di sektor depan. Rumor mercato sangat mengganggu sehingga ia tak bisa berkonsentrasi dalam setiap pertandingan.
Romelu Lukaku masih menjamin gol dan pemain di sektor lain, seperti Antonio Candreva, Alexis Sanchez dan Ashley Young menyumbang poin untuk Inter Milan.
AC Milan, yang dibelit konflik internal yang dipicu keputusan CEO Ivan Gazidis, mampu berdamai dengan keadaan. Reformasi kemungkinan akan dilakukan pada musim panas, di mana Stefano Pioli jadi salah satu korban.
Pelatih tersebut kabarnya akan diganti dengan Ralf Rangnick. Kecewa mungkin ada tapi Pioli tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya ingin meninggalkan I Rossoneri dengan nama yang harum bukannya pesakitan.
Para pemain yang berpihak kepadanya berusaha mewujudkan keinginan pengganti Marco Giampaolo.
Sejak disingkirkan Juventus pada semifinal Coppa Italia, Milan praktis hanya fokus pada Liga Italia. Mereka tak pernah kehilangan poin sejak kompetisi dilanjutkan bahkan menjadi pembunuh para raksasa.
Ante Rebic dan kawan-kawan bahkan menghempaskan tiga klub yang ada di depannya, AS Roma, Lazio dan juara bertahan Juventus. Tim tersebut kebobolan lima kali dan menciptakan 15 gol.
Dukungan penuh diberikan oleh Zlatan Ibrahimovic. “Siapa Rangnick? Saya tidak kenal dengannya. Saya tidak tahu kalau dia mau datang lagipula klub tidak mengatakan apa-apa,” ujar penyerang veteran tersebut ketika ditanya pendapat soal pergantian pelatih dari Pioli ke Rangnick.
Pesepak bola asal Swedia itu sangat vital dalam proses kebangkitan I Rossoneri. Sejak tiba Januari lalu dan bermain antara pekan ke-18 hingga ke-31, dia menyumbang 5 gol dan 3 assist.
Tim yang bermarkas di Milanello mengumpulkan 28 poin, rata-rata perolehan nilai naik dari 1,2 jadi 2. Rata-rata gol meningkat dari 0,9 ke 2 perpertandingan.
Sayangnya, Ibrahimovic tidak tertarik bertahan lebih lama kalau sengkarut internal masih ada dan pemilik klub tak punya ambisi mencapai gelar juara.
“Ibra bukan pemain Liga Europa dan Milan bukan klub yang pantas di kompetisi itu. Kita lihat saja bagaimana perasaan saya dalam dua bulan. Kita lihat juga apa yang terjadi dalam klub. Jika situasi seperti ini, jujur saja, Anda tidak akan melihat saya di Milan musim depan,” ucapnya.
Eks pemain Juventus itu sudah menularkan pengetahuan dan pengalaman kepada rekan-rekannya yang lebih muda. Ante Rebic yang dipinjamkan dari Eintracht Frankfurt bisa menjelma jadi mesin gol utama. Oleh karena itu, petinggi Milan bernegosiasi untuk menebus penyerang tersebut.
Kombinasi karakter fisik, teknik dan atletik Rebic menjadi elemen fundamental dalam permainan skuad besutan Pioli. Ia bisa menjadi winger kanan maupun striker kedua yang memaksanya harus menjelajah area belakang sambil membuka jalan untuk mencetak gol.
Theo Hernandez memberikan proteksi terbaik di sayap kiri lini belakang. Menariknya beberapa komponen yang tidak berfungsi di sebagian besar musim ini, belakangan kembali moncer.
Lucas Paqueta, Rafael Leao, Franck Kessie dan Andrea Conti yang disebut mendekat ke pintu keluar akan membuat Gazidis bingung menyusul prestasi mengkilat di lapangan.
Momentum ini harus dimanfaatkan AC Milan di tujuh laga tersisa. Selanjutnya, mereka akan menemui Napoli di San Paolo, Senin (13/7/2020) dini hari WIB.
Jika menang dalam duel tersebut, pasukan Stefano Pioli bisa menerobos Liga Europa karena poin mereka terpaut dua dari I Partenopei yang kini bertengger di peringkat keenam.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita Inter Milan Lainnya:
Antonio Conte Masih Tak Percaya Inter Milan Diimbangi Hellas Verona
Conte: Inter Milan Sadar Terus Kehilangan Poin dengan Cara Bodoh