- Ada banyak momen yang dikenang orang terkait perayaan Hari Raya Idul Fitri, termasuk bagi asisten pelatih PSIS Semarang, Imran Nahumarury.
- Salah satu hal yang dirindukan Imran Nahumarury saat berlebaran di kampung halamannya, yaitu ''boxing day'' ala Tulehu.
- Tradisi "boxing day" ala Tulehu menjadi hiburan spesial bagi masyarakat sekitar dan membuat pemain dapat menjaga kondisi fisiknya.
SKOR.id – Momen lebaran selalu menyisakan cerita dan kenangan yang selalu dirindukan oleh banyak orang, termasuk bagi asisten pelatih PSIS Semarang, Imran Nahumarury.
Bagi Imran Nahumarury, pertemuan dengan orang tua, kakak, dan teman-teman di kampung halaman menjadi momentum berharga setelah tak bertemu sekian bulan lamanya.
Maka setiap ada waktu dan kesempatan untuk kembali ke Tulehu, Maluku Tengah, Imran Nahumarury selalu memilih untuk pulang. Tak terkecuali, pada momen lebaran tahun ini.
Jauh sebelum pemerintah memberlakukan larangan mudik, Imran Nahumarury telah memutuskan pulang ke Tulehu.
Dia ingin merayakan Hari Raya Idulfitri 1442 H bersama keluarganya. Maklum, lebaran tahun lalu ia tak dapat mudik karena Covid-19 mengganas di Indonesia.
“Saat ini saya berada di Tulehu. Setelah Piala Menpora 2021 kemarin, kebetulan PSIS juga belum ada agenda, ya seperti biasa, setiap tahun kan harus pulang,” kata Imran Nahumarury kepada Skor.id.
Menurut Imran, Tulehu memiliki tradisi lebaran yang tiada duanya di Indonesia. Di Tulehu, orang-orang dapat menikmati pertandingan sepak bola pada hari lebaran.
Tradisi tersebut mirip dengan agenda bertajuk “boxing day” yang biasa digelar di Inggris. Bedanya, “boxing day” diselenggarakan saat masyarakat Inggris merayakan Natal.
Tradisi sepak bola sekaligus silaturahmi di lapangan itulah yang membuat Imran Nahumarury merindukan Tulehu pada momen lebaran.
“Yang selalu saya rindukan di Tulehu itu punya tradisi bersilaturahmi di lapangan. Jadi habis salat Idul Fitri, sorenya kita bermain bola,” ujar Imran.
Seperti yang diketahui, Tulehu dikenal sebagai “kampung sepak bola”. Ada banyak pemain yang lahir dan tumbuh di desa yang berjarak sekitar 28 km dari Ambon tersebut.
Ramdani Lestaluhu, Hasim Kipuw, Abduh Lestaluhu, Hendra Adi Bayauw, Rizky Pellu, Rifad Marasabessy, Alwi Slamat adalah beberapa nama pesepak bola dari Tulehu.
Mereka beda generasi dengan Imran Nahumarury. Namun para pemain-pemain itulah yang membuat gelaran “boxing day” ala Tulehu selalu dinanti-nantikan.
Tentu pertandingan digelar dengan menyesuaikan jadwal para pemain. Jika para pemain mendapat jatah libur yang panjang, maka pertandingan akan digelar selama sepekan.
Namun jika libur hanya dalam hitungan hari, mereka biasa bermain dalam dua-tiga hari saja.
Saking banyaknya pemain-pemain asal Tulehu yang bermain di Liga 1, Liga 2, maupun Liga 3, mereka dapat dibagi menjadi dua tim.
Para pemain Liga 1 dipisah menjadi tim tersendiri, sedangkan pemain-pemain Liga 2 dan Liga 3 digabung menjadi satu.
Hal itu ditujukan untuk memotivasi pesepak bola yang bermain di kasta lebih rendah terpacu untuk mengembangkan kualitas permainannya hingga dilirik tim-tim Liga 1.
“Kalau anak-anak Liga 2 pengen main di tim inti, berarti mereka harus bisa main di Liga 1. Kalau sudah bisa main di Liga 1, (lebaran) tahun depan dia bisa main di tim inti,” kata Imran menjelaskan.
Meski begitu, dalam persiapan menggelar “boxing day” ala Tulehu, para pemain Liga 1, Liga 2 dan Liga 3 tetap bekerja bersama-sama.
Dalam pertandingan “boxing day”, Rizky Pellu dan kolega akan menghadapi tim-tim yang berasal dari Kota Ambon. Laga dilangsungkan di Lapangan Matawaru, Tulehu.
Menurut Imran, pertandingan “boxing day” ala Tulehu dapat menjadi hiburan spesial bagi masyarakat sekitar. Selain itu, perhelatan tersebut dapat membantu para pemain menjaga kondisi fisiknya.
“Artinya di samping menghibur masyarakat Tulehu dan sekitarnya, mereka juga bisa menjaga kondisi fisik ketika balik ke klub,” ucap pelatih berusia 42 tahun.
Selama berada di Tulehu, Imran tak hanya berlibur. Nalurinya sebagai pelatih tak dapat menjauhkannya dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan sepak bola.
Mantan pemain Persija Jakarta itu mengaku sering berdiskusi dengan teman-teman pelatih di Tulehu untuk berbagi pengetahuannya tentang dunia kepelatihan, seperti cara menganalisa, cara membuat program latihan, maupun cara pembinaan usia dini.
Pada sore hari, lelaki penyuka masakan berbahan ikan itu menghabiskan waktunya untuk melatih anak-anak di Lapangan Matawaru.
Tulehu ialah kampung halaman Imran. Oleh sebab itu, ia begitu mencintai daerah asalnya tersebut.
Bagi Imran, pulang ke Tulehu jauh lebih menarik baginya ketimbang berlibur ke Singapura atau Bali.
“Karena di Tulehu, ada banyak hal yang bisa saya lakukan. Itu bagi saya melebihi kalau harus berlibur ke Singapura tau ke Bali,” kata Imran Nahumarury.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita PSIS Semarang Lainnya:
Dragan Djukanovic Ungkap Alasan Terbesarnya Setia Bersama PSIS Semarang
Regenerasi, Alasan PSIS Lepas Pemain Senior dan Tak Jor-joran Gaet Pilar Baru
Setelah Abanda Rahman dan Safrudin Tahar, PSIS Semarang Kembali Lepas 2 Pemain