- Pada 1993, Ansyari Lubis ditransfer dari Medan Jaya ke Pelita Jaya dengan nilai tinggi.
- Ansyari Lubis pun menjadi pemain termahal Indonesia pada musim itu.
- Kepindahan Ansyari Lubis ini tak hanya melibatkan uang besar tapi juga gebrakan mekanisme perpindahan pemain dengan sistem transfer.
SKOR.id - Ansyari Lubis yang dikenal pesepak bola elegan timnas Indonesia yang pernah berstatus sebagai pemain termahal di Tanah Air.
Besar dan tumbuh dan membela tim junior PSKTS Tebingtinggi, Ansyari Lubis menjadi pesepak bola yang menjanjikan pada pertengahan 1980-an.
Akhirnya pada 1989, Ansyari Lubis mendapatkan kesempatan besar untuk ikut seleksi Medan Jaya.
Medan Jaya adalah klub swasta di Sumatera Utara yang akan berkompetisi liga non-amatir Galatama.
"Saya bersama PSKTS mampu lolos ke putaran nasional Piala Soeratin. Lalu, saya dapat tawaran seleksi di Medan Jaya," ujar Ansyari Lubis kepada Skor.id.
"Kala itu, Bang Nobon yang menangani Medan Jaya yang juga pelatih tim Sumut untuk PON," katanya menambahkan.
Akhirnya, Ansyari Lubis juga menjadi bagian tim Sumut untuk PON 1989 dan meraih emas sepak bola putra.
"Itu emas terakhir Sumut di PON. Tim itu saya paling muda dan ada pemain seperti Iwan Karo-karo serta kiper Syahril Nasution," tutur lelaki kelahiran 1970 ini.
Selepas PON 1989, Medan Jaya berkompetisi di Galatama dan Ansyari Lubis yang baru lulus SMA langsung jadi andalan.
Bermain dengan para senior di tim dengan julukan Kijang Sumatera tak membuatnya turun nyali.
Bahkan di Galatama musim 1990, adik bungsu kiper timnas Indonesia di Kualifikasi Olimpiade 1976, Taufik Lubis ini tampil memukau.
"Saya sempat bersaing dengan Bambang Nurdiansyah di papan atas daftar pencetak gol Galatama," ujar Ansyari Lubis.
"Pada saat itu, saya juga sudah dipantau pelatih timnas Indonesia, Anatoli Polosin. Saya pun pada tahun yang sama dapat panggilan pertama ke skuad Garuda."
Empat musim membela Medan Jaya, Ansyari Lubis makin moncer sebagai pesepak bola muda. Akhirnya, Pelita Jaya menginginkannya.
Pelita Jaya kala itu adalah salah satu klub elite Galatama yang bermarkas di Jakarta milik Nirwan D Bakrie.
"Saya diinginkan Pelita Jaya karena tim itu melakukan perombakan. Sebenarnya tidak ada yang istimewa," ujarnya.
"Namun, saya pindah dengan mekanisme transfer karena masih punya kontrak dengan Medan Jaya."
"Mekanisme itu yang membuat banyak pemberitaan di media nasional, karena baru kali itu sistem perpindahan seperti itu diterapkan di Indonesia," ucap Ansyari Lubis.
Perpindahan asisten pelatih PSS Sleman ini juga makin absolut dengan nilai transfernya yang mencapai Rp25 juta.
Itu adalah harga termahal untuk pemain Indonesia. "Ya, nilai transfer saya kala itu 25 juta, uang besar pada era tersebut," tutur Ansyari Lubis, pelatih PSMS Medan di Liga 2 2021.
Baca Juga Berita Ansyari Lubis lainnya:
Ansyari Lubis Ungkap Faktor Penyebab Kekalahan PSMS Medan
4 Alasan Manajemen PSMS Tunjuk Ansyari Lubis Sebagai Pelatih