- Perbasi mengambil keputusan berbeda terhadap enam pemain pelaku match fixing IBL 2021.
- Jika manajemen IBL menjatuhkan sanksi seumur hidup, Perbasi memilih sanksi berjangka.
- Sanksi dari Perbasi pun bervariasi antara satu sampai empat tahun.
SKOR.id - Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) ternyata tak memberi hukuman seumur hidup untuk enam pelaku match fixing IBL 2021.
Hal ini berbeda dengan manajemen IBL. Dengan kata lain, para pemain masih bisa berkompetisi dalam kejuaraan yang bernaung di bawah Perbasi.
Ketua Badan Etik dan Hukum Perbasi, Charles Bronson Siringoringo, mengatakan Perbasi memiliki pertimbangan dalam memberi hukuman.
Salah satunya, berat atau tidaknya kesalahan pemain yang bersangkutan. Charles Bronson menyebut tindakan ini masuk ke ranah indispliner.
"Dengan beberapa pertimbangan, medio sanksi yang diterima para pemain (pun) akan berbeda-beda," ucapnya kepada wartawan.
Aga Siedharta, misalnya, Perbasi memberi sanksi empat tahun larangan bertanding. Sedangkan pemain lain, hukumannya beragam, paling ringan satu tahun.
"Si A (Aga) paling berat, hukumannya empat tahun sebab dia pencetusnya. Pemain lain beda-beda pastinya dengan yang paling ringan cuma satu tahun," ucapnya.
Sebagai catatan, ini adalah kasus match fixing kedua yang terjadi dalam Indonesian Basketball League (IBL).
Pertama, 2017, beberapa pemain juga dapat sanksi berat. Salah satunya eks pemain Satria Muda yang saat itu membela Bandung Utama, Vinton Noland Surawi.
Bocoran Kolaborasi PUBG Mobile X Jujutsu Kaisen, Ada 4 Karakter yang Akan Muncul
Klik link untuk baca https://t.co/9E8bmQ0ksD— SKOR.id (@skorindonesia) December 28, 2021
Berita Basket Lainnya:
Match Fixing Kembali Guncang IBL, 6 Orang Dihukum Larangan Bermain Seumur Hidup