- Ada tiga anggota keluarga Havenaar di J.League dengan masa aktif berbeda.
- Dido Havenaar datang ke Liga Jepang sebagai pemain asing asal Belanda lalu jadi warga Negeri Sakura via naturalisasi.
- Sedangkangkan dua putra Dido Havenaar, Mike dan Nikki, adalah pesepak bola yang lahir dan berkwarganegaraan langsung Jepang.
SKOR.id - Klan Havenaar pertama yang masuk ke Liga Jepang jauh sebelum lahir J.League sebagai kompetisi utama di Negeri Sakura adalah Dido.
Dido Havenaar lahir di Hazerswoude-Dorp, Belanda pada 26 September 1957. Pada 1979, dia bergabung dengan Den Haag.
Dia bermain pada 80 pertandingan untuk klub itu. Lalu masuk pada 1986, Dido Havenaar pindah ke Jepang dan bergabung dengan klub Liga Sepak Bola Jepang yang saat itu bernama Japan Soccer League (JSL).
Mazda adalah klub pertama Dido di Negeri Sakura dengan pelatih Hans Ooft. Kini, Mazda bernama Sanfrecce Hiroshima.
Tahun pertama di Jepang, Dido yang berposisi kiper terpilih menjadi Best Eleven JSL musim 1986-87 dan klubnya menjadi runner-up di Piala Kaisar 1987.
Sayang klub itu terdegradasi ke Divisi 2 JSL pada 1988. Pada 1989, Dido Havenaar pun pindah ke Yomiuri FC (sekarang bernama Tokyo Verdy).
Hanya saja, dia jarang bermain karena cedera. Dia pensiun dan menjadi pelatih penjaga gawang di Toyota Motors (kemudian menjadi Nagoya Grampus Eight) pada 1991.
Uniknya pada 1992, saat JSL dibubarkan dan J1 League dibentuk, Havenaar senior kembali sebagai pemain dan membela Nagoya Grampus Eight.
Kala itu, dia memainkan banyak pertandingan saat bertarung dengan Yuji Ito untuk mendapatkan kans jadi kiper nomor satu klubnya.
Lama di Jepang akhirnya pada Januari 1994, keluarga Dido Havenaar menjadi warga negara Jepang dengan cara dinaturalisasi.
Dido lalu pindah ke Júbilo Iwata dan bermain secara reguler per 1995. Pada 1997, dia pindah ke Consadole Sapporo dan membawa klub ini menjuara J2 League lalu promosi ke J1 League.
Penjaga gawang dengan tinggi 186 cm ini pensiun pada akhir musim 1998 saat usianya 41 tahun.
Estafet karier Dido Havenaar diteruskan putra pertamanya Mike yang lahir di Hiroshima pada 1987.
Mike Havenaar beda dengan sang ayah karena posisi striker dan di JLeague tercatat membela tujuh klub berbeda.
Mike pernah berkarier di Eropa termasuk main untuk dua klub dari tanah leluhurnya, Belanda saat gabung Vitesse Arnhem dan ADO Den Haag.
Selain itu, dia berkarier di Spanyol bersama Cordoba, dan gabung klub Liga Finlandia, HJK Helsinki. Sempat kembali ke Jepang, Mike pada 2019 gabung Bangkok United dari Liga Thailand.
Sebagai pesepak bola kelahiran Negeri Sakura dengan darah Belanda, dia sempat merasakan berseragam timnas Jepang 18 kali dengan sumbangan empat gol medio 2011 sampai 2016.
Kini, dia masih main tetapi gabung klub divisi bawah di Liga Jepang, FC Bonbonera GIFU.
Mike punya adik lelaki yang juga pemain sepak bola yaitu Nikki dengan posisi bek tengah. Nikki pernah berkarier di J.League pada 2013-2015 bersama Nagoya Grampus.
Nikki Havenaar selepas itu lebih banyak main di Eropa tepat untuk klub Liga Austria dan Liga Swiss.
Pemuda yang kini berusia 26 tahun ini sampai sekarang tercatat jadi bagian FC Thun di kasta kedua Liga Swiss.
Uniknya, trio dari keluarga Havenaar dari ayah dan dua anaknya, semua beda posisi. Hanya saja, Dido tetap mewariskan "darah" J.League ke dua anaknya.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita J.League Lainnya:
7 Bintang Dunia yang Berlaga di Meiji Yasuda J1 League Musim Ini
Rapor Pemain ASEAN di J.League: Bintang Timnas Thailand dan Vietnam Bernasib Sama