- Melihat sejumah faktor, Fernando Alonso diragukan mampu bersinar pada musim keduanya di F1.
- Dari tujuh pembalap yang menjalani karier dua periode di F1, hanya dua yang terbilang sukses.
- Alain Prost dan Niki Lauda mampu merebut satu gelar juara dunia pada periode keduanya di F1.
SKOR.id - Keputusan Fernando Alonso menerima pinangan Tim Renault kembali ke balap Formula 1 (F1) mulai 2021, sepekan lalu, cukup mengejutan banyak pihak.
Fernando Alonso dikontrak dua tahun, menggantikan Daniel Ricciardo, sekaligus menjadi periode ketiganya bersama Renault (setelah 2002-2006 dan 2008-2009).
Pembalap Spanyol itu memang tidak menganggur sejak mundur dari F1 pada 2019. Namun, banyak pertanyaan besar apakah Fernando Alonso masih mampu kompetitif bersama Renault seperti pada periode pertamanya.
Sebelum mundur dari F1, Alonso dua kali merebut gelar juara dunia F1, 2005 dan 2006, bersama Renault.
Dalam 18 musim berkarier di F1 (termasuk semusim sebagai penguji, 2002), Alonso mampu memenangi 32 lomba (dari 311 start) yang termasuk dalam 97 finis podiumnya.
Saat kembali ke F1 pada 2021, usia Alonso sudah 39 tahun. Dari sisi fisik, ia diyakini akan cukup kesulitan.
Renault juga belum menunjukkan kemajuan signifikan. Kemenangan terakhir mereka sebagai konstruktor terjadi di GP Jepang 2008, lewat Alonso.
Bahkan, dalam empat musim terakhir, Renault tidak mampu finis podium. Kali terakhir mereka melakukannya adalah saat Vitaly Petrov naik podium ketiga GP Australia 2011.
Sebelum Alonso, paling tidak ada tujuh pembalap F1 yang pernah pensiun lalu kembali. Ironisnya, hanya Niki Lauda dan Alain Prost yang sukses pada periode keduanya di F1.
Michael Schumacher merebut tujuh gelar juara dunia F1 bersama tim Benetton (1994, 1995) dan Ferrari (2000, 2001, 2002, 2003, 2004) pada periode pertama, 1991-2006.
Setelah empat tahun pensiun, Schumi memutuskan kembali pada 2010 saat usianya sudah 41 tahun dengan memperkuat Mercedes.
Hasilnya, Schumi tidak mampu menang - bandingkan dengan 91 podium utama pada periode pertama - dan hanya sekali naik podium (ketiga) di GP Valencia 2012.
Schumi kalah kelas dari para pembalap muda yang tengah menanjak seperti Lewis Hamilton (McLaren) dan Sebastian Vettel (Red Bull).
Schumi bahkan kalah bersaing dengan rekan setimnya selama tiga musim di Mercedes, Nico Rosberg.
Peringkat terbaik klasemen akhir yang direbut Schumi pada periode keduanya (2010-2012) hanyalah kedelapan pada 2011.
Bersama Tim BMW Sauber, Robert Kubica sudah mampu naik podium dalam tiga lomba awalnya di F1 pada 2006. Puncaknya, Kubica memenangi GP Kanada 2008.
Mundur dari F1 pada akhir musim 2010, Kubica melanjutkan karier di Kejuaraan Reli Dunia (WRC), Kejuaraan Dunia Balap Ketahanan, Mugello 12 Hours (GT3) hingga Formula E.
Kecelakaan fatal di sebuah reli di Italia pada akhir 2011 diduga menjadi penyebab Kubica tidak mampu kembali kompetitif di ajang balap.
Terbukti, saat kembali turun penuh di F1 bersama Tim Williams pada 2019, ia gagal bersaing. Kondisi diperarah karena mobil Tim Williams yang terburuk pada musim itu.
Hasilnya, Kubica hanya menempati peringkat ke-19 klasemen akhir F1 2019. Bandingkan dengan posisi terbaiknya di periode pertama, keempat pada musim 2008.
Kimi Raikkonen merebut gelar juara dunia F1 pada 2007 plus 18 kemenangan pada periode pertamanya, yakni 2001-2009.
Kembali ke F1 pada 2012, hasil terbaik Raikkonen adalah peringkat ketiga pada 2012 dan 2018 dengan hanya memenangi tiga lomba.
Musim ini, Raikkonen masih turun di F1 bersama Tim Alfa Romeo Racing Orlen.
Juara dunia lain yang tidak berhasil pada periode keduanya di F1 adalah Nigel Mansell.
Setelah berkarier 12 tahun sejak 1980, Nigel Mansell mundur dari F1 seusai merebut gelar bersama Tim Williams pada musim 1992.
Sebelum juara, Mansell juga menjadi runner-up F1 pada 1987 dan 1991. Total, ia memenangi 30 lomba di F1 sebelum mundur pada 1992 dan langsung menjadi juara di CART IndyCar World Series 1993 di Amerika Serikat (AS).
Mansell kembali ke F1 pada 1994 dan 1995 namun hanya turun di enam lomba pada kedua musim itu.
Bersama Williams pada 1994, Mansell mampu finis keempat di GP Jepang dan menang di GP Australia. Tapi, ia gagal total di F1 1995 bersama Tim McLaren.
Pada 1980, Alan Jones menjadi pembalap ketiga Australia yang mampu juara dunia F1 setelah Jack Brabham (1959, 1960, 1966) dan Denny Hulme (1967).
Jones juga pembalap Tim Williams pertama yang mampu merebut gelar. Total, ia mampu 12 kali memenangi lomba F1 pada periode pertamanya, 1975-1981.
Namun, ia gagal total pada periode keduanya di F1, 1985-1986, setelah tidak mampu menang dalam 12 balapan bersama Tim Haas.
Kendati sebagian besar pembalap yang kembali ke F1 gagal, bukan mustahil Fernando Alonso mengikuti jejak dua pembalap tersukses pada periode keduanya di F1.
Alain Prost merebut tiga gelar juara dunia (1985, 1986, 1989) pada periode pertamanya, 1980-1991, yang diwarnai rivalitas sengit dengan Ayrton Senna.
Prost merebut 44 kemenangan dalam 11 musim pada periode pertamanya itu.
Pada 1992, Prost absen di F1 usai dipecat Ferrari yang diperkuat dua musim sebelumnya (1990, 1991). Ia dinilai telah mengkritik secara terbuka performa buruk Ferrari.
Prost lalu kembali ke F1 pada 1993 bersama Tim Williams. Saat itu, rasanya sulit membendung Prost karena ia memang turun dengan mobil F1 terbaik di dunia.
Di atas sasis Williams FW15C, Prost mampu memenangi tujuh dari total 16 lomba plus 13 pole position untuk merebut gelar juara dunia F1 1993.
Niki Lauda bisa dibilang menjadi pembalap F1 tersukses pada periode keduanya di ajang balap jet darat itu.
Merebut dua gelar pada 1975 dan 1977 bersama Tim Scuderia Ferrari, Lauda mampu memenangi 17 lomba antara 1971-1979 bersama tim March, BRM, Ferrari, dan Brabham.
Setelah mengaku jenuh dan ingin istirahat usai akhir F1 1979, Lauda kembali pada 1982.
Ia terbukti masih kompetitif usai memenangi dua lomba bersama Tim McLaren di GP F1 1982.
Pada 1984, Lauda hanya unggul setengah poin dari rekan setimnya, Alain Prost, untuk merebut gelar juara dunia.
Pada musim terakhirnya di F1, 1985, Lauda kerap bermasalah dengan teknis mobil hingga hanya finis di peringkat ke-10 klasemen akhir.
Total, Lauda mampu memenangi delapan lomba pada paruh keduanya di F1 (1982-1985).
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita Fernando Alonso Lainnya:
Fernando Alonso Kembali ke F1, Carlos Sainz Jr. Beri Sambutan Hangat
Fernando Alonso Kejar Triple Crown of Motorsport, Indy 500 Jadi Prioritas