- Persis Solo adalah salah satu klub pendiri PSSI pada 1930.
- Kiprah Persis Solo naik turun tak seperti pendiri PSSI lainnya seperti Persija, Persebaya, maupun Persib.
- Dalam sebuah buku, Persis Solo dituliskan kiprahnya sejak kelahiran sampai kini.
SKOR.id - Solo dan sepak bola adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan terutama Persis Solo.
Sesudah Arseto Solo bubar per 1998, berbagai klub menjajal berkiprah di Kota Bengawan tersebut.
Sebut saja Pelita dan Pesijatim. Fanatisme masyarakat Solo akan tontonan sepak bola menjadi salah satu alasan kenapa dua klub tadi ingin bermarkas di sana.
Yang paling anyar ada Bhayangkara FC, mereka memilih Stadion Manahan sebagai home base anyar.
Kota Solo sendiri mempunyai klub yang cukup tua, yakni Persis Solo. Klub ini sudah berdiri sejak tahun 1930-an.
Beragam gelar berhasil diraih klub tersebut pada era kompetisi amatir PSSI dengan nama Perserikatan.
Namun prestasi tim yang berjulukan Laskar Sambernyawa tersebut mandek saat era Liga Indonesia.
Tercatat hanya dua gelar yang bisa ditonjolkan, juara Divisi II Liga Indonesia musim 1994 dan runner-up pada Divisi I Liga Indonesia 2006.
Meskipun Persis Solo tidak memiliki gelar yang bisa dibanggakan saat era Liga Indonesia, Nikko Auglandy "nekat".
Jurnalis salah satu media nasional ini menuliskan buku tentang klub tersebut.
Bersama penerbit Fandom, Nikko membuat buku yang diberi judul: Bangkitlah Sang Legenda – Kiprah Persis Solo di Dunia Sepak Bola.
Menurut Sirajudin Hasbi, ini merupakan buku sepak bola ke-17 yang diterbitkan oleh Fandom.
Saat dihubungi Skor.id, Hasbi mengatakan jika buku ini sebenarnya sudah dipersiapkan lama. Hanya saja, pandemi Covid-19 membuat buku mengenai Persis ini baru bisa diterbitkan sekarang.
“Buku ini penting sebagai fragmen atau cerita sepak bola itu sendiri. Karena sepak bola kita tidak bisa dilepaskan dari Solo. Persis Solo adalah salah satu pendiri (PSSI),” ujar Hasbi.
Dalam buku ini, Nikko Auglandy bercerita mengenai Persis Solo secara runut. Nikko bercerita dari awal terbentuknya klub tersebut hingga pasang surut yang dialami hingga saat ini.
Menurut Nikko, ide awal buku ini saat ia melihat beragam piala di Balai Persis. Tetapi saat ia menanyakan ke beberapa pengurus yang berada di sana, banyak yang tidak tahu.
Susahnya menggali database juga diakui editor buku tersebut. Moddie Alvianto mengaku kesulitan saat mengedit nama dan tahun.
Ini dikarenakan arsip untuk melengkapi penulisan tersebut sangat susah dicari. Selain tulisan dengan riset mendalam, buku ini juga dilengkapi juga dengan berbagai foto jaman dulu untuk melengkapi cerita untuk tulisan.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Pasoepati Lainnya:
Sejarah Pasoepati, Suporter asal Solo yang Terbentuk dari Memori Kerusuhan 1998
Inilah Presiden Pasoepati Periode 2021 - 2023
Pasoepati Warning Keras Manajemen Persis Solo, Efek Lambat Kinerja Klub