- Manajemen Arema FC tak melarang pemain mereka untuk mengikuti laga antarkampung atau tarkam.
- Namun demikian, manajemen tak bertanggung jawab jika ada pemain Arema FC cedera karena ikut tarkam.
- Oleh karena itu, manajemen meminta pemain Arema FC untuk berhati-hati jika tetap ingin bermain tarkam.
SKOR.id - Manajemen Arema FC angkat bicara soal ramainya pemain-pemain Liga 1 2020 yang mengikuti pertandingan tarkam atau antarkampung selama kompetisi ditunda.
Sejumlah klub dengan tegas melarang pemain mereka untuk ikut bermain di laga tarkam. Penyebabnya, risiko besar menghantui pemain.
Sebab, laga tarkam atau yang juga biasa disebut tarikan kampung, biasanya digelar di lapangan yang kurang representatif.
Artinya, buruknya kualitas lapangan bisa membahayakan pemain. Jika pemain cedera, penanganannya pun juga belum tentu sesuai dengan prosedur semestinya.
Akan tetapi, di masa-masa terhentinya kompetisi seperti saat ini, pertandingan tarkam menjadi ajang bagi pemain untuk melepas kerinduan dan merasakan atmosfer kompetitif.
Selain itupula, tarkam juga membantu pemain untuk mencari pemasukan di tengah regulasi pemotongan gaji saat liga terhenti.
General Manager Arema FC, Ruddy Widodo mengatakan bahwa pihaknya tak melarang pemain tim berjulukan Singo Edan itu untuk bermain tarkam.
Namun demikian, Ruddy tetap mewanti-wanti para pemain untuk menyadari risiko cedera yang bisa kapan saja menyerang pemain saat mengikuti laga tarkam.
Bahkan, kata Ruddy, manajemen Arema FC tak akan ikut bertanggung jawab apabila ada pemainnya yang cedera akibat bermain tarkam.
“Saya secara tertulis tidak melarang. Namun, saya sudah berpesan melalui Kuncoro (asisten pelatih Arema FC) supaya berhati-hati,” kata Ruddy Widodo.
“Apabila ikut tarkam lalu injured (cedera), manajemen Arema FC tak akan ikut merawat,” ia melanjutkan.
Sebetulnya, Ruddy menyebut bahwa pihaknya juga menyadari kebutuhan pemainnya selama tidak ada kompetisi.
Selain ingin menyalurkan Hasrat bermain sepak bola, pemain juga membutuhkan pemasukan tambahan selama pandemi ini.
Sebab, pemotongan gaji sebesar 25% ini memang bersifat variatif antara pemain satu dengan pemain lainnya.
“Jumlah 25 persen itu kalau bayarannya Rp100 juta ke atas masih bisa dirasakan. Namun kalau bayarannya kecil ya nangis. Yang penting, hati-hati,” kata petinggi Arema FC ini.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita Tarkam lainnya:
Ajakan Diskusi Marc Klok soal Fenomena Tarkam Memancing Pro Kontra
Rahmad Darmawan: Saya Tak Izinkan Pemain Madura United Main Tarkam
PSF Gelar Elite Pro Tarkam 2020, Pemain Liga 1 dan Liga 2 Boleh Ikut