- APPI memerjuangkan pengampunan bagi dua pemain yang dihukum seumur hidup PSSI karena match-fixing.
- PSSI tidak ingin gegabah dalam memberikan pengampunan tersebut.
- PSSI juga melakukan pertemuan dengan APSSI.
SKOR.id - PSSI melakukan pertemuan dengan Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) dan Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia (APSSI).
Pertemuan tersebut dilakukan di kantor PSSI, Jakarta, Selasa (10/3). Ada hal berbeda yang disampaikan dua asosiasi tersebut kepada PSSI.
APPI diwakili Ponaryo Astaman (manajer umum), Firman Utina (presiden), Mohamad Hardika Aji (sekjen), Jannes Silitonga (head of legal), serta tiga anggota komite eksekutif Bima Sakti, Ruben Sanadi, dan Riyandi Ramadhana.
Mereka memperjuangkan pengampunan bagi dua pemain yang mendapatkan hukuman seumur hidup dari PSSI.
Kedua pemain yang dihukum PSSI itu adalah eks pemain PSIS Semarang, Fadli Manna, dan Krisna Adi yang merupakan mantan pemain PSMP Mojokerto. Mereka dinilai PSSI telah terbukti terlibat dalam match-fixing.
Fadli dinilai Komdis PSSI saat itu sebagai pelaku gol bunuh diri dalam insiden "Sepak bola gajah" yang melibatkan PSIS kontra PSS Sleman pada Divisi Utama (sekarang disebut Liga 2) 2014.
Baca Juga: Presentasi Pelatih Timnas Indonesia U-16 buat Ketum PSSI Terkesan
Sedangkan Krisna Adi adalah pemain yang dinilai terbukti sengaja tidak mencetak gol dari titik penalti dalam salah satu laga di Liga 2 2018.
Namun, PSSI tidak ingin gegabah mewujudkan permohonan tersebut. Hal itu ditegaskan Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan.
Iriawan juga mempersilakan APPI untuk membawa bukti baru kasus tersebut ke bidang yudisial PSSI.
Baca Juga: Tiga Stadion dan Tiga Lapangan di Bali Ditinjau PSSI
"Saya harus cek dulu, bagaimana kondisi mereka saat melakukan perbuatan yang mencoreng wajah sepak bola kita itu. Apakah memang sengaja dan mendapatkan imbalan, atau berada dalam tekanan," Mochamad Iriawan menegaskan.
Hal senada juga dituturkan Wakil Ketua Umum PSSI, Iwan Budianto.
"Itu memang menjadi tujuan APPI memperjuangkan para pemain yang menjadi anggotanya. Sementara tujuan PSSI adalah memprofesionalkan klub-klub anggotanya," ujar Iwan Budianto.
Selain itu, APPI juga berharap dengan adanya National Dispute Resolution Chamber (NDRC), bisa mempermudah dan mempercepat penyelesaian sengketa terkait sepak bola di Indonesia.
"Sekarang tantangannya, bagaimana keputusan NDRC dapat diimplementasikan di tingkat klub," ucap Ponaryo Astaman.
Sementara itu, APSSI yang diwakili Yeyen Tumena dan Bima Sakti menjelaskan berbagai program mereka.
"Kami berharap dengan banyaknya kursus yang diadakan PSSI, dunia kepelatihan Indonesia akan semakin maju. Nantinya, kami ingin tidak ada lagi pelatih asing di Liga 2," kata Yeyen Tumena.