SKOR.id – Problem Manchester United di lini tengah menjadi salah satu sorotan pada empat awal musim Liga Inggris 2023-2024 ini.
Setelah ditekan habis-habisan oleh Wolverhampton Wanderers (meskipun menang), Setan Merah ditekuk Tottenham Hotspur (0-2) dan Arsenal (1-3). Problem Man United diperburuk dengan cederanya Mason Mount dan menurunnya performa Casemiro.
Jawaban atas masalah Man United mungkin bisa didapat dari gelandang Fiorentina Sofyan Amrabat yang datang ke Old Trafford pada musim panas ini dengan status pinjaman.
Bagi gelandang internasional Maroko yang bersinar pada Piala Dunia 2022 lalu itu, bekerja sama dengan pelatih Manchester United Erik ten Hag bukanlah hal baru. Keduanya pernah di posisi serupa di Utrecht. Itulah mengapa nama Amrabat selalu dikaitkan dengan Man United pada bursa transfer musim panas ini.
“Mereka ingin membeli Sofyan Amrabat karena suatu alasan,” kata mantan bek Man United Gary Neville kepada Sky Sports.
“Dia ingin semua orang di tim bisa menerima sepak bola dan menerimanya. Sofyan Amrabat masuk, dia adalah pengumpan bola dan bisa disandingkan bersama Casemiro.”
Gelandang asal Brasil itu memang membutuhkan dukungan. Seruan untuk mengembalikan Scott McTominay ke starting line-up merupakan indikasi bahwa Amrabat nantinya tidak harus menjadi persilangan antara Roy Keane dan Bobby Charlton untuk membuat perbedaan. Yang pasti, Man United sangat membutuhkan kehadirannya di sana.
Posisi dan peran Amrabat, 27 tahun, kini sangatlah berbeda dibanding empat tahun lalu, saat dirinya menjadi bagian dari tiga bek di Club Brugge. Perubahan posisi Amrabat secara signifikan terjadi ketika dirinya dipinjamkan ke Hellas Verona, yang sukses mengubahnya menjadi pemain berposisi No. 6.
Proses Amrabat menjadi seperti saat ini
Amrabat sekarang sangat berbeda jauh dibanding saat remaja dan diasah Ten Hag serta sejumlah pelatih asal Belanda lainnya Kepalanya tidak dipangkas plontos dan tubuhnya tidak sekekar sekarang, hingga menjadi salah satu pemain dengan daya jelajah terjauh pada Piala Dunia 2022 lalu.
“Sofyan 10 sampai 12 tahun lalu sangat berbeda dengan sekarang. Bukan hanya dalam usia atau pengalaman tetapi juga dalam pengetahuan tentang sepak bola, pengetahuan tentang bagaimana menjadi seorang profesional. Dia sudah percaya bahwa dirinya pemain top meskipun saat itu baru berusia 15 atau 16 tahun. Itu baru permulaan,” ucap Robin Pronk, mantan pelatih Amrabat di tim junior FC Utrecht, yang kini menangani akademi klub Belanda tersebut.
Pronk mengenal keluarga Amrabat dengan baik karena sebelumnya melatih kakak laki-laki Amrabat, Nordin, di AFC Ajax. Praktis, Pronk pun menyaksikan awal transformasi Sofyan.
Seperti dikutip Sky Sports, Pronk menjelaskan saat datang ke tim U-19 Utrecht yang ditanganinya, Amrabat sudah melakukan transisi besar ke cara berpikir yang lebih profesional, bekerja keras setiap hari, melakukan persiapan sebelum latihan, program individu setelah latihan, di lapangan, dan di gym.
Tanda-tanda Amrabat bakal menjelma menjadi pemain hebat sudah terlihat saat usia belia. Keputusannya meninggalkan tim Belanda U-15 dan memilih negara leluhurnya, Maroko, sempat menjadi sorotan.
Bahkan, sekelas legenda Belanda Ruud Gullit dan mantan pelatih top Dick Advocaat sempat berusaha menahannya agar tetap membela Belanda. Namun, saat itu Amrabat hanya mendengarkan dan mendapat dukungan dari satu orang, Ten Hag.
Pronk mengakui bila Amrabat sukses besar di Italia. Namun, kerja sama selama dua musim dengan Ten Hag, pelatih yang mengubahkan dari pemain prospektif menjadi profesional, telah menjadi acuan bag Amrabat untuk pindah ke Feyenoord dan mampu bersaing di level Liga Belanda (Eredivisie).
Tipe dan gaya bermain Amrabat
Saat ini, Sofyan mampu menunjukkan dirinya sebagai gelandang yang sangat bertenaga. Pronk menyebut pernah memberikan masukan agar Amrabat mengembangkan potensinya karena sejak muda memiliki sejumlah skill untuk menjadi pemain box-to-box hebat. Salah satunya berkat kekuatan fisiknya.
Pronk juga memperbaiki elemen-elemen lain dari gaya permainan Amrabat. Pernah menangani sejumlah bakat besar di Eropa saat masih di Ajax—salah satunya Christian Eriksen—Pronk tahu apa yang harus ditingkatkan dari Sofyan Amrabat.
Ia meminta Amrabat meningkatkan skill-nya dengan mempelajari gaya dan teknik para gelandang terbaik di dunia, seraya menjelaskan apa saja yang dibutuhkan serta apa yang ditunjukkan paraa gelandang hebat di dunia itu saat bermain di level tertinggi.
“Saya berpesan kepada Amrabat agar dirinya harus memiliki spesialisasi dalam keterampilan tertentu agar klub dan pelatih membutuhkannya. Tanpanya, Anda tidak cukup istimewa untuk menjadi yang teratas,” ucap Pronk.
Saat itu, Pronk melihat gelandang internasional papan atas seperti Xabi Alonso dan Luka Modric bisa menjadi acuan bagi Amrabat. Pronk meminta Amrabat berkaca dari kedua gelandang top dunia (Xabi Alonsso sudah pensiun) itu.
Pembuat perbedaan di Man United?
Sofyan Amrabat sudah menghadapi Modric dua kali sepanjang Piala Dunia 2022 lalu. Saat itu, dia telah menjadi ahli manipulator bola di Fiorentina.
Fiorentina berada di peringkat kedua setelah SSC Napoli—yang lantas menjadi juara—dalam hal penguasaan bola di Liga Italia musim lalu. Amrabat termasuk di antara 10 pemain teratas untuk umpan sukses di area lawan per 90 menit.
Menambahkan aspek itu ke dalam permainan Amrabat, kombinasi passing dan kekuatan, memang membutuhkan waktu.
“Jika Anda membandingkan kemampuan teknis Amrabat dengan Eriksen, itu ibarat siang dan malam. Tetapi Anda membutuhkan keduanya dalam satu tim. Kombinasi kedua pemain itu menjadikan tim top,” kata Pronk.
Inilah kualitas yang saat ini kurang dimiliki Man United. Menurut Pronk, itulah yang dicari Erik ten Hag dan pelatih lainnya karena Liga Inggris sangat menuntut fisik dan memerlukan banyak tenaga pemain.
“Anda juga memerlukan banyak intensitas. Saya kira Sofyan Amrabat bisa membawa itu ke tim. Erik membutuhkan kekuatan lebih di lini tengah, seseorang yang mampu berlari box-to-box,” ujar Pronk.
“Di Belanda, kami menyebutnya memenangi bola kedua. Dia membutuhkan seseorang yang bisa memenangi bola kembali, seseorang yang mampu melakukan serangan balik dan memberikan tekanan setelah kehilangan bola. Itu keahlian khusus Sofyan Amrabat.”