SKOR.id - Beberapa saat setelah kemenangannya di US Open 2012 atas Novak Djokovic, petenis Inggris, Andy Murray, malah terlihat lari bergegas ke kotak pemainnya.
Alasannya bukan karena kegembiraan, rasa syukur, bahkan kelegaan setelah memenangkan pertandingan lima set yang melelahkan itu. Tetapi, karena dia tak bisa menemukan jam tangan Rado miliknya untuk upacara trofi, momen penyerahan hadiah yang sangat penting.
Uang, jenis yang berasal dari sponsor seperti kesepakatan Rado £1 juta per tahun yang dilaporkan Murray, berjalan seiring dengan tenis, olahraga di mana kemenangan pribadi sebagian besar mengungguli kesuksesan tim (pengecualian termasuk Piala Davis dan Olimpiade).
Dengan penekanan pada individualitas itulah, muncul ketertarikan alami kepada fashion, mengingat begitu sedikit pemain yang harus mengenakan seragam untuk bersaing seperti yang mereka lakukan di sepak bola, atau bahkan olahraga motor.
Desainer Sydney, Bianca Spender, yang membuat koleksinya terinspirasi oleh pakaian tenis, percaya bahwa fashion menempati tempat penting dalam olahraga tersebut.
“Mereka (atlet) berkepribadian besar, dan mereka mengekspresikannya melalui pakaian mereka,” katanya. “Dan dalam olahraga profesional tidak banyak hal seperti itu. Jadi, kami pikir kami memiliki pemahaman yang jauh lebih besar tentang siapa mereka.”
Sementara jam tangan mewah, outfit atletik, dan alas kaki telah menjadi bagian dari dunia tenis selama sebagian besar abad terakhir, mode kelas atas semakin menemukan jalannya ke olahraga ini.
Ambil contoh Emma Raducanu dari Inggris berusia 20 tahun, nomor 76 dalam peringkat wanita jelang akhir tahun 2022, mengenakan Dior untuk menerima penganugerahan Order of the British Empire dari Raja Charles pada bulan November.
Atau Roger Federer, yang sebelum pensiun pada September tahun lalu, telah meningkatkan standar fashion pria di lapangan tenis dengan blazernya, jam tangan Rolex dan, baru-baru ini, kontrak 10 tahun dengan peritel Jepang, Uniqlo.
Tampilan fashion Rafael Nadal juga tak pernah terlewatkan dari sorotan brand sponsornya, Nike, yang akan selalu memastikan bintang utama mereka itu dalam balutan outfit terbaik. Termasuk kaus warna ungunya.
Lacoste bahkan mengeluarkan jaket khusus dalam jumlah terbatas yang dikenakan Novak Djokovic saat memenangkan Australia Open 2023. Dan, luar biasanya, jaket itu ludes dalam hitungan menit sejak dirilis.
Yang juga tidak boleh ketinggalan, Serena Williams, dan semua yang dia kenakan sepanjang kariernya.
Dalam teater tenis, komentator mode Kellie Hush tidak bisa melewatkan Anna Kournikova dari Rusia, yang memutuskan untuk pensiun dari dunia tenis pada tahun 2003.
Meskipun Williams bisa dibilang memiliki pengaruh lebih besar pada mode kelas atas, sebagian berkat kolaborasinya dengan mendiang desainer AS. Virgil Abloh, Hush mengatakan Kournikova adalah salah satu pemain wanita pertama yang "menjauh dari konservatisme permainan (dengan) warna, perhiasan, dan kuncir panjangnya itu."
Sementara Williams terus-menerus mendorong style baru - catsuit Nike yang dipakainya pada tahun 2018? Atau tutu one-shoulder yang dirancang Abloh di tahun yang sama, outfit Kournikova, terutama satu set celana pendek yang disukainya, memiliki pesona retro yang masih memengaruhi mode saat ini.
Dan, jangan lupakan juga para atlet pria dengan bakat busana mereka sendiri, dari jumper dan celana rajutan kabel putih Bill Tilden di tahun 1920-an hingga kaus kebesaran Nick Kyrgios dan kostum neon nan Andre Agassi serta boikot Wimbledon selama tiga tahun karena aturan kode berpakaian serba putih yan super ketat.
Bahkan kala yang disebut "anti-fashion" terus memeriahkan permainan olhraga ini, seperti ketika pemain Australia, Casey Dellacqua, membeli atasannya dari Target ketika dia tidak memiliki sponsor pakaian (untuk kemudian dia disponsori oleh Lululemon).
Perancang busana pria Christian Kimber mengatakan tenis selalu identik dengan gaya, terutama mengingat tenis adalah salah satu dari sedikit olahraga yang dimainkan oleh pria dan wanita bersama.
“Jadi wajar saja, selalu ada minat untuk tampil bagus di lapangan,” ujar sang desainer. “Nah, menurut saya, tenis adalah wahana perubahan, terutama bagi perempuan. Itu tidak membatasi, kostum tenis adalah pakaian kinerja yang juga terlihat luar biasa.”
Kimber mengatakan Wimbledon, khususnya, telah lama menjadi sumber inspirasi baginya: “Kemeja linen bergaris, rajutan retro, kemeja polo … Saya pasti melihat ikon di dalam dan di luar lapangan seperti John McEnroe di tahun 1970-an saat merancang hari ini. Pendekatan gaya itu adalah pendahulu dari pakaian aktif, dan Anda dapat melihat pengaruhnya di mana-mana.”
Musim panas ini, dengan Australian Open terus memamerkan lifestyle dan kredibilitas mewahnya, beberapa merek fesyen, dari Aje Athletica lokal hingga cabang Prada, Miu Miu, telah ikut partisipasi di lapangan tengah.
Ralph Lauren, kakek dari gerakan pakaian olahraga Amerika, sekali lagi menjadi pembuat pakaian resmi untuk para pejabat turnamen.
Dan, tidak ada salahnya bahwa tenis adalah olahraga pilihan salah satu wanita paling berpengaruh di dunia fashion, pemimpin redaksi Vogue AS Anna Wintour, yang menghadiri Australia Open pada 2019.
Vera Yan, salah satu pendiri Nimble Active-wear berbasis di Sydney, mengatakan bahwa tenis menawarkan kepada para desainer kesempatan untuk menghormati tradisi sambil menggabungkan teknologi kain terbaru dan apa yang dia sebut sebagai "peluang gaya hidup"; yaitu, orang yang tidak selalu bermain tenis tetapi menyukai getarannya.
Libby Page, direktur pasar di pengecer Net-a-Porter, mengatakan iterasi terbaru dari tren tenis dimulai dengan label Sporty & Rich, yang membuat sweter bergaya vintage, rok lipit, dan bahkan juga kaus kaki terinspirasi tenis.
Juga, pikirkan juga koleksi dari Lacoste untuk selfie Instagram. Mulai dari lipatan kotak hingga gesper dan tab yang merupakan fitur pakaian olahraga pada pra-kain peregangan tahun 1920-an dan 30-an, pengaruh tenis terhadap mode akan terus berlanjut hingga masa depan. Game on.***