SKOR.id – Leg pertama semifinal Liga Champions 2022-2023 antara AC Milan melawan Inter Milan di Stadion San Siro pada Rabu (10/5/2023) malam atau Kamis dini hari WIB, akan menjadi pesta sepak bola sejati di kota Italia utara.
Inilah derby antara tim-tim dari kota terbesar yang sama di Eropa, dalam hal gelar nasional dan internasional, dan persaingan yang telah berlangsung lebih dari satu abad. Padahal, Inter lahir sebagai perpecahan dari Milan, dua klub yang datang mewakili strata masyarakat Italia yang berbeda.
Kedua klub akan berhadapan setelah tidak lagi berkesempatan merebut gelar di Liga Italia (Serie A musim ini direbut SSC Napoli). Namun, Inter datang dengan modal lebih baik untuk laga melawan Milan.
Skuad arahan pelaatih Simone Inzaghi itu sudah memenangi Piala Super, finalis Piala Italia, dan posisi lebih baik di liga, urutan ke-4 berbanding ke-5 milik Milan.
Pemenang dari seri ini (semifinal Liga Champions) jelas akan memenangi moral musim ini di ibu kota Lombardy. Sejatinya, siapa yang lebih besar di antara AC Milan dan Inter Milan?
Gelar Nasional
Di tingkat nasional, Inter Milan lebih sukses dengan total 34 gelar berbanding 31 milik rival abadinya itu. Baik Inter Milan maupun AC Milan mengoleksi jumlah gelar utama yang sama untuk Liga Italia (9) dan Piala Super Italia (7). Perbedaannya ada di Coppa Italia, Inter menang 8-5 atas Milan. Inter bahkan masih bisa menambahnya menjadi 9 tahun ini.
Faktanya, sejauh menyangkut kompetisi nasional, Inter dianggap lebih besar daripada tetangganya. Sampai-sampai Derby Italia diberikan untuk konfrontasi antara Inter dan Juventus FC, klub paling populer di Negeri Piza ini.
Inter juga tidak pernah terlempar ke Serie B sedangkan Milan justru pernah juara pada musim 1980–1981 dan 1982–1983.
Gelar Internasional
Karena mencuat mulai akhir abad ke-20, Milan bisa tampil lebih besar daripada pesaingnya di mata dunia. Dari tujuh gelar Liga Champions milik Milan, lima di antaranya dibuat mulai musim 1988-1989. Juga lima Piala Super Eropa, dua dari tiga Piala Interkontinental dan Piala Dunia Antarklub.
Di sisi lain, Inter, yang memiliki tiga gelar Liga Europa (atau dahulu Piala UEFA), juga hanya memiliki tiga trofi Liga Champions, yang dua di antaranya dibuat pada tahun 1960-an (1963-1964 dan 1964-1965).
Benar bahwa gelar kontinental tertinggi terakhir di Milan adalah hasil jerih payah Inter merebut trofi Liga Champions pada musim 2009-2010. Ironisnya, sejak edisi itu, tak satu pun dari mereka mampu mencapai final Liga Champions.
Sebagai data, dari empat laga keduanya yang berlangsung di Liga Champions, dua kemenangan untuk Milan dan dua lainnya imbang.
Generasi dan Ballon d'Or
Keberhasilan internasional tersebut juga memengaruhi Milan untuk menjadi salah satu tim yang pemainnya paling banyak menerima trofi Ballon d'Or. Sejak penghargaan tersebut diberikan pada tahun 1957, delapan Milanista telah menerimanya.
Yang pertama adalah seorang legenda, Gianni Rivera (tahun 1969), dipimpin oleh pelatih Nereo Roco yang legendaris, pada laga final Milan mengalahkan AFC Ajax asuhan Rinus Michels dengan bintang Johan Cruyff dengan skor 4-1 untuk memenangi Piala Eropa kedua mereka.
Namun, era paling sukses dan paling berdampak bagi Milan adalah dekade terakhir abad ke-20, dengan pelatih seperti Arrigo Sacchi dan Fabio Capello. Tiga gelar Liga Champions (1988-1989, 1989-1990, 1993-1994) dimenangi dan skuad itu dikagumi di seluruh planet.
Ruud Gullit memenangi Ballon d'Or pada tahun 1987 sedangkan pada tahun 1988, tiga posisi teratas dari penghargaan tersebut adalah pemain Milan: Marco Van Basten, Gullit, dan Frank Rijkaard. Van Basten akan mengulang pada tahun 1989 dan 1992 sebagai Pemain Terbaik Dunia.
Berikutnya, Milan merebut Ballon d’Or masing-masing lewat George Weah pada 1995, Andriy Shevchenko pada 2004, dan Kaka pada 2007. Dua nama terakhir berperan atas sukses Milan memenangi Liga Champions 2002-2003 dan 2006-2007 di bawah pelatih Carlo Ancelotti.
Inter mungkin mengalami periode paling gemilang di era 1960-an dengan dua pelatih hebat asal Argentina Helenio Herrera dan Luis Suarez dari Spanyol. La Grande Inter berhasil memenangi dua Piala Eropa.
Inter selanjutnya seperti mati suri di Liga Champions sampai abad ke-21 saat skuad pelatih Jose Mourinho merebut treble pada musim 2009-2010.
Untuk Ballon d'Or, sejauh ini baru dua pemain Inter yang merebutnya: Lothar Matthaus pada 1990 dan Ronaldo Nazario pada tahun 1997, meskipun di sebagian besar musimnya saat itu dihabiskan bersama FC Barcelona.
Citra Publik
Mengenai citra kedua tim di Italia, banyak yang berkaitan dengan sejarah masing-masing klub. Inter lahir pada tahun 1908, sembilan tahun setelah Milan, sebagai perpecahan dari 44 anggota tim Milan yang menentang keputusan pelarangan pemain asing dari I Rossoneri. Karena itulah klub pecahan itu dinamai Football Club Internazionale (Klub Sepak Bola Internasional).
Fakta bahwa Milan tetap menjadi tim orang Italia dan Inter, sebagai salah satu pembangkang yang di antaranya ada orang asing yang bekerja di bank Italia, berarti klub pertama dipandang sebagai tim rakyat dan kelas populer. Inter dicitrakan seperti masyarakat kelas atas.
Saat ini, ketika mayoritas saham I Rossoneri dimiliki Amerika sedangkan Inter lebih banyak “berbahasa Cina”, tidak banyak yang tersisa.
Namun, kepresidenan Silvio Berlusconi selama 31 tahun di Milan dengan memenangi total 29 gelar, memiliki pengaruh besar pada karisma klub. Namun, di bawah Berlusconi pula Milan terlibat dalam skandal korupsi saat pergantian abad.
Di sisi lain, Inter menyombongkan kebersihannya karena tidak pernah dihukum dan menjadi satu-satunya tim yang tidak pernah turun ke kasta kedua, meskipun hal itu tidak mencegahnya untuk dicoret-coret dengan kasus yang kadang-kadang mencurigakan.
Follower dan Kapital
Menurut laman transfermarkt.com, saat ini nilai pemain (markeet value) Milan sedikit lebih tinggi daripada Inter (547,25 juta euro berbanding 534,45 juta euro) dalam skuad yang mencakup 19 pemain internasional di I Rossoneri dan 17 untuk Interisti.
Adapun kekuatan finansial, Inter menghasilkan lebih banyak (sekitar 334 juta euro) dan menghabiskan lebih banyak.
Menurut La Gazzetta dello Sport, musim lalu Inter mengalami kerugian lebih dari 140 juta euro. Pesaingnya menghasilkan sekitar 292 juta euro namun tetapi saldonya lebih seimbang dan kerugiannya sekitar 66 juta euro.
Adapun untuk penggemar, mengingat kedua klub berbagi stadion (Milan memiliki proyek membangun satu secara eksklusif), mereka memiliki jumlah pelanggan yang sama.
Menurut Calcio e finanza, sekira 41.000 pendukung Inter dan 40.000 dari Milan. Angka itu merupakan jumlah total tempat duduk yang dijual pada awal musim.
Dalam hal jumlah penonton, I Nerazzurri menang dengan selisih yang sangat tipis musim ini (72.738 berbanding 71.854).
Meskipun begitu hasil studi berbeda memperkirakan bahwa pendukung Milan di seluruh dunia lebih banyak daripada Inter. Itu tak lepas dari sejarah mereka yang lebih sukses baru-baru ini dan tujuh Piala Eropa (Liga Champions) yang begitu berat dalam sejarah.
Rabu malam ini, Inter dapat mengambil langkah besar dalam tugas berat untuk memperkecil jarak dengan Milan untuk urusan jumlah trofi Liga Champions.