- Setidaknya ada delapan negara yang kompetisi tertinggi sepak bolanya tak mengenal sistem promosi degradasi.
- Di Asia, Filipina dan India tak menerapkan sistem promosi-degradasi di liganya.
- Rencana kompetisi Liga 1 musim 2021-2022 tanpa degradasi tampaknya kian menjadi kenyataan.
SKOR.id - Rencana kompetisi Liga 1 musim 2021-2022 tanpa degradasi tampaknya kian menjadi kenyataan.
Salah satu anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Hasani Abdul Gani mengatakan, rencana tersebut sudah mendapat lampu hijau dan tinggal ketuk palu.
Terlebih, nyatanya Liga 1 tanpa degradasi musim ini merupakan usulan dari mayoritas klub peserta Liga 1 dan Liga 2.
Sebanyak 13 klub Liga 1 dan 16 klub Liga 2 dikabarkan memohon usulan kompetisi tanpa degradasi kepada Exco PSSI. Namun Hasani menambahkan, liga tanpa degradasi hanya bersifat sementara.
Dengan kata lain hanya pada musim kompetisi 2021-2022 Liga 1 tak ada degradasi.
Sementara sistem promosi tetap diberlakukan di Liga 2 musim ini yang artinya akan ada penambahan peserta pada Liga 1 musim selanjutnya (2022).
Pada kenyataannya, kompetisi tanpa menerapkan sistem degradasi sudah diberlakukan di beberapa negara lain di belahan dunia.
Paling tersohor yakni kompetisi sepak bola di Amerika Serikat (AS) Major League Soccer (MLS).
Sejak kali pertama digulirkan pada 1996, kompetisi sepak bola di Negeri Paman Sam ini memang tak mengenal istilah promosi dan degradasi.
Mulanya, MLS hanya diikuti oleh 10 tim peserta. Namun mulai musim 2020, peserta MLS sudah sampai 24 tim menargetkan 30 tim pada musim 2025.
MLS tidak mengenal degradasi, sehingga klub yang menempati posisi paling bawah dalam klasemen akhir musim tidak akan terlempar ke divisi yang lebih rendah.
Namun, sebuah klub baru bisa saja masuk kompetisi MLS dengan membayar 100 juta US Dollar. Bisnis dan hiburan menjadi kiblat digulirkannya MLS.
Selain MLS, negara tetangga Amerika Serikat, Kanada, juga tak menerapkan promosi-degradasi dalam struktur kompetisi sepak bolanya, Canadian Premier League (CPL).
Beralih ke daftar selanjutnya, liga sepak bola tertinggi di Australia atau A-League juga tak menerapkan sistem promosi-degradasi.
Dengan jumlah peserta yang hanya mencapai 12 tim saat ini, A-League yang berjalan di bawah pengawasan Football Federation Australia (FFA) dijalankan dengan sistem setengah kompetisi yang terbagi menjadi dua babak yakni, Regular Season dan Finals Series.
Setiap kesebelasan berhadapan dengan lawannya sebanyak tiga kali dalam satu musim. Tim dengan perolehan poin terbanyak di Regular Season berhak menyandang status Premier (juara Regular Season) dan mendapat tiket ke Liga Champions Asia.
Setelah itu, enam tim teratas di klasemen Regular Season, berhak melaju ke Finals Series yang berlangsung selama tiga pekan dan menggunakan sistem gugur hingga babak grand final.
Di Asia, tiga negara yakni India, Filipina, dan Singapura juga tak mengenal istilah promosi degradasi pada kompetisi sepak bola tertinggi mereka.
India dengan Indian Super League (ISL) tak menggunakan sistem promosi dan degradasi dalam kompetisinya.
Musim pertama ISL bergulir pada 2014 dengan diikuti hanya delapan tim. Selama tiga musim, kompetisi ini sempat tak diakui oleh AFC.
Baru pada musim 2017-2018, ISL mendapat pengakuan dari AFC dengan peserta sebanyak 10 tim.
Indian Super League tidak menerapkan promosi degradasi melainkan memilih untuk mengembangkan liga melalui ekspansi, mirip dengan MLS di AS.
Sementara itu sistem kompetisi yang diberlakukan Filipina hampir mirip dengan MLS dan A-League. Liga Filipina hanya memiliki satu divisi sejak bergulir pertama kali pada 2017.
Tetapi, ada rencana untuk membuat divisi kedua saat liga berkembang, dengan sistem promosi dan degradasi yang akan diberlakukan.
Sejauh ini sudah ada proposal untuk mengubah turnamen selain liga menjadi kompetisi divisi dua di Filipina.
Negara terakhir dari Benua Asia yang liganya tak menerapkan sistem degradasi adalah Singapura.
Singapore Premier League (SPL) pertama kali digelar pada 1996. Pada musim 2020, SPL diikuti oleh sembilan tim, dengan dua kesebelasan undangan dari Jepang (Albirex Niigata) dan Brunei Darussalam (DPMM).
Sejatinya Singapura memiliki kasta kedua kompetisi sepak bola bernama Singapore Football League Division 1 dan 2. Hanya saja, kompetisi tersebut bersifat semi-profesional.
Negara lainnya yang juga tak menerapkan sistem promosi-degradasi berasal dari Eropa yakni San Marino dan Gibraltar.
Namun, kedua negara tersebut sejatinya sempat menggulirkan kompetisi dengan dua divisi.
Akan tetapi, Serie A2 atau divisi kedua sepak bola San Marino dibubarkan pada akhir musim 1994-1995.
Semua tim peserta kemudian dilebur dan bermain di satu kasta tertinggi yakni Campionato Sammarinese di Calcio.
Hal serupa juga terjadi di Gibraltar. Divisi Kedua Gibraltar dibubarkan pada akhir musim 2018-2019, dan semua tim kini bermain di Liga Nasional Gibraltar yang baru.
Negara lainnya yang tak menerapkan sistem promosi-degradasi di kompetisinya adalah Selandia Baru sejak kali pertama digulirkan pada 2004 silam dan Kanada yang baru memulai kompetisi pada 2019 lalu dengan delapan tim peserta.
Berikut 9 liga sepak bola di dunia yang tak menerapkan degradasi:
1. Major League Soccer (MLS) - Amerika Serikat
2. Canadian Premier League (CPL) - Kanada
3. Australian League (A-League) - Australia
4. New Zealand Football Championship (NZFC) - Selandia Baru
5. India Super League (ISL) - India
6. Philippines Football League (PFL) - Filipina
7. Campionato Sammarinese di Calcio (SFC) - San Marino
8. Gibraltar National League (GNL) - Gibraltar
9. Singapore Premier League (SPL) - Singapura
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Liga 1 Lainnya:
Penyerang Persebaya Respons Wacana Liga 1 2021-2022 Tanpa Degradasi
Musim Lalu J.League Tak Ada Degradasi, 3 Perbedaan dengan Liga 1
Persebaya Bimbang Datangkan Pemain Asing, Efek Izin Liga 1 Belum Keluar