- Sejak UEFA menggelar kompetisi Piala Eropa, lalu Piala Champions, dan berubah menjadi Liga Champions pada 1992, ada 9 klub yang pernah juara tanpa kalah.
- Sembilan klub itu terbagi dalam dua periode, klasik dan modern.
- AC Milan, Liverpool, Ajax Amsterdam, dan Manchester United adalah empat klub yang melakukannya dua kali.
SKOR.id - UEFA memulai Piala Eropa 65 tahun lalu, kemudian diganti dengan nama Piala Champions. Pada 1992, UEFA me-rebranding menjadi Liga Champions.
Sepanjang itu, ada sembilan klub yang pernah juara tanpa mengalami kekalahan. Mereka terbagi dalam dua periode.
Sembilan klub itu adalah Liverpool, AC Milan, Ajax Amsterdam, Manchester United, Inter Milan, Red Star Blelgrade, Nottingham Forest, Olympique Marseille, dan Barcelona.
Perbedaan mencolok di antara masa klasik dan modern adalah jumlah pertandingan atau peserta. Pada masa klasik, hanya klub juara kompetisi domestik yang bisa bertanding.
Sementara pada masa modern, jumlah peserta membengkak lantaran bukan hanya klub juara liga domestik --terutama di negara-negara utama Eropa-- yang boleh ikut main.
Berita Lain Liga Champions: Xavi: Real Madrid Hanya Beruntung Saat Juara Liga Champions
Sedangkan empat klub yang disebut pertama pada paragraf di atas pernah mencatatnya dua kali.
Adapun Edwin van der Sar menjadi salah satu pemain pada era modern yang pernah menjuarai Liga Champions dua kali tanpa kalah. Bekas kiper Belanda ini melakukannya bersama Ajax dan Man United.
Orang Prancis, Marcel Desailly, juga pernah dua kali melakukannya. Pertama, bek tengah yang pernah bermain untuk Chelsea ini melakukannya bersama Olympique Marseille. Kedua, bersama AC Milan.
Berikut sembilan klub juara Liga Champions tanpa kalah:
Liverpool
The Reds menjuarai Piala Eropa 1980-1981 dengan mengalahkan Real Madrid 1-0 di Parc des Princes, Paris, Prancis, 27 Mei 1981.
Dalam perjalanan ke final, Liverpool menang enam kali dan imbang tiga kali. Liverpool kemudian melakukannya lagi pada 1983-1984 dengan tujuh kemenangan dan dua kali imbang.
Inter Milan
Klub Italia ini juga tidak terkalahkan saat menjuarai Piala Eropa 1963-1964 dengan tujuh kemenangan dan dua imbang.
Bermain di Wina, Austria, 27 Mei 1964, Inter mengalahkan Real Madrid 3-1. Inter mengandalkan pertahanan gerendel nan termasyhur, catenaccio, ala sang pelatih Helenio Herrera.
Nottingham Forest
Bermain di Stadion Olympia, Munchen, 30 Mei 1979, klub Inggris ini mengalahkan Malmo FF (Denmark) 1-0 untuk menjuarai Piala Champions 1978-1979,
Ditangani pelatih kontroversial Brian Clough, Forest melaju ke final dengan enam kemenangan dan tiga imbang.
Red Star Belgrade
Klub Serbia yang kini bernama Crvena Zvezda itu pernah menjuarai Piala Champions pada 1990-1991. Mereka menyisihkan Olympique Marseille lewat adu penalti.
Kedua tim bermain 0-0 hingga waktu normal dalam pertandingan final di Bari, Italia, pada 29 Mei 1991. Pertandingan dilanjutkan ke babak adu penalti, Red Star pun unggul 5-3.
Red Star menjuarai Piala Champions 1990 dengan meraih lima kemenangan dan empat imbang.
Olympique Marseille
Saat menjuarai Liga Champions 1992-1993, Olympique Marseille mengalami periode "gelap". Sang pemilik klub dari kota pelabuhan di Prancis ini, Bernard Tapie divonis bersalah dalam skandal pengaturan skor di Liga Prancis 1992-1993.
Marseille terbukti menyerahkan uang kepada Valenciennes agar bersedia kalah. Hasil itu membuat Marseille menjuarai Liga Prancis dan Valenciennes degradasi ke divisi dua.
Akibat skandal ini, gelar juara Liga Prancis milik Marseille dicabut dan mereka dihukum bermain di divisi dua (Ligue 2). Marseille juga dilarang bermain di kompetisi Eropa musim berikutnya.
Namun, gelar juara Liga Champions yang pertama bagi Marseille pada 1992-1993 tidak terpengaruh. Mereka tetap sah menjadi juara Eropa.
Marseille menjadi kampiun usai mengalahkan AC Milan 1-0 dalam laga final di Stadion Olympia, Munchen. Dalam perjalanannya, Marseille menang tujuh kali dan imbang empat kali.
Bek tengah Marseille, Marcel Desailly, kemudian hari direkrut Milan dan mengangkat trofi Liga Champions lagi.
AC Milan
Klub Italia ini dua kali menjuarai Liga Champions tanpa kalah. Pertama adalah pada musim 1988-1989.
Milan yang diperkuat trio Belanda nan terkenal serta ditangani pelatih hebat Arrigo Sacchi mengalahkan Steaua Bucharest 4-0 dalam laga final di Camp Nou, Barcelona, 24 Mei 1989.
Empat gol Milan di gawang lawannya dari Rumania itu dibagi merata oleh dua bintang asal Belanda, playmaker Ruud Gullit dan striker Marco van Basten.
Milan menjuarai musim 1988-1989 dengan mencatat lima kemenangan dan empat imbang.
Berikutnya, Milan merajai Eropa pada musim 1993-1994 yang juga disebut sebagai salah satu periode emas mereka.
Ketika itu, Milan yang disebut "Dream Team" ditangani pelatih bertangan dingin Fabio Capello. Dalam perjalanan menuju final, Milan meraih tujuh kemenangan dan lima imbang.
Sementara dalam partai final, Milan harus tampil tanpa dua jenderal di jantung pertahanan, kapten Franco Baresi dan Alessandro "Billy" Costacurta.
Namun, Milan tetap mampu mengatasi Barcelona 4-0 dalam partai final di Athena, Yunani.
Padahal, Barcelona ketika itu ditangani legenda asal Belanda, Johan Cruyff. Lini depan mereka diperkuat Hristo Stoichkov, di pertahanan ada Ronald Koeman, dan punya kiper hebat Andoni Zubizaretta yang menjalani musim terakhirnya bersama Barca.
Empat gol Milan ke gawang Barcelona dicetak penyerang Daniel Massaro pada menit ke-22 dan 45, gelandang Dejan Savicevic pada menit ke-47, serta bek tengah Marcel Desailly pada menit ke-58.
Ajax Amsterdam
Klub Belanda ini menjuarai Liga Champions tanpa kalah dua kali. Pertama dilakukan pada era anak emas Johan Cruyff.
Ajax menjuarai Piala Champions 1971-1972 dengan mengalahkan Inter Milan 2-0 di Stadion De Kuip, Rotterdam. Cruyff memborong semua gol sehingga dinobatkan sebagai man of the match.
Pada musim ini, Ajax juara dengan mencatat tujuh kemenangan dan dua imbang.
Ajax kemudian merebut trofi kedua Liga Champions dengan menyisihkan juara bertahan, AC Milan, 1-0 di Wina, Austria, pada 24 Mei 1995.
Ajax melaju ke final dengan catatan tujuh kali menang dan empat kali imbang. Ketika itu, tim yang diasuh pelatih Louis van Gaal ini disebut "The Dream Team" pula.
Bahkan skuad Ajax 1994-1995 benar-benar penuh pemain kelas satu dari tim inti hingga cadangan. Skill mereka pun merata.
Sebut saja Frank Rijkaard, Edwin van der Sar, Danny Blind, Clarence Seedorf, Edgar Davids, Jari Litmanen, dan Marc Overmars. Sementara Patrick Kluivert menjadi cadangan sekaligus supersub yang mencetak gol tunggal kemenangan ke gawang Milan.
Kecuali Rijkaard yang pulang ke Ajax setelah memperkuat Milan pada 1993, sejumlah pemain Ajax di atas kemudian berkarier di Liga Italia.
Misalnya Van der Sar dan Edgar Davids yang pindah ke Juventus. Sementara Seedorf bergabung dengan Milan.
Barcelona
Klub Catalan ini bermaterikan pemain "dewa" seperti Ronaldinho dan sosok penuh berpengalaman macam Mark van Bommel ketika menjuarai Liga Champions pada musim 2005-2006.
Ada pula penyerang Samuel Eto'o, gelandang cerdas Deco, dan kapten Carles Puyol. Sementara di bangku cadangan ada Xavi dan Andres Iniesta yang kemudian hari menjadi duo sentral di lini tengah Barcelona.
Pelatih Barcelona ketika itu Frank Rijkaard.
Dalam perjalanan menuju ke final di Stade de France di Saint Dennis, Prancis, 17 Mei 2006, Barcelona mencatat sembilan kali menang dan empat kali imbang.
Pada partai final, Barca harus rela kehilangan penyerang Lionel Messi. Namun, itu sudah cukup untuk menundukkan Arsenal 2-1 dan keluar sebagai juara.
Manchester United
Klub Inggris ini juga dua kali meraih trofi Liga Champions tanpa kalah. Pertama pada musim 1998-1999.
Man United juara secara dramatis karena dua gol untuk mengalahkan Bayern Munchen 2-1 di Camp Nou, Barcelona, pada 26 Mei 1999, diraih secara dramatis.
Bayern memimpin laga 1-0 sejak Mario Basler mencetak gol pada menit keenam. Namun, saat laga akan berakhir dua penyerang pengganti Man United menunjukkan taringanya.
Penyerang gaek Man United Teddy Sherringham yang masuk lapangan pada menit ke-67 mencetak gol penyeimbang tepat pada menit ke-90.
Gol itu melecut semangat Man United sekaligus meruntuhkan mental Bayern. Pada masa injury time ketiga, giliran Ole Gunnar Solskjaer --kini pelatih Man United-- mencetak gol kemenangan.
Gelar Liga Champions pun melengkapi dua trofi lainnya di kompetisi domestik, trofi Liga Inggris dan Piala FA. Untuk merebut piala Liga Champions 1998-1999, Man United mencatat lima kemenangan dan enam imbang.
Man United kembali harus merebut trofi Liga Champions dengan dramatis pada 2007-2008. Piala harus direbut melewati adu penalti.
Lawan yang dihadapi dalam partai final di Moskow, Rusia, 21 Mei 2008, adalah Chelsea. Man United merebut pula trofi Liga Inggris dari Chelsea pada musim 2006-2007.
Man United yang masih ditangani legenda Sir Alex Ferguson melaju ke final di Moskow dengan melakoni sembilan kemenangan dan empat imbang.
Partai final berlangsung sangat ketat. Maklum, Chelsea sedang diperkuat barisan pemain terbaik masa itu meski ditangani pelatih pengganti Jose Mourinho nan tidak populer, Avram Grant.
Cristiano Ronaldo membawa Man United unggul dengan sundulan kepala pada menit ke-26. Frank Lampard membalasnya untuk Chelsea pada akhir babak pertama.
Skor 1-1 terus bertahan hingga 30 menit extra time selesai. Pertandingan pun harus dilanjutkan ke adu penalti.
Berita Lain Liga Champions: UEFA Berencana Gelar Final Liga Champions dan Europa Akhir Agustus
Lagi-lagi adu penalti pun berlangsung sama-sama kuat. Ronaldo gagal mencetak gol dari titik putih.
Sementara kapten Chelsea, John Terry, terpeleset sesaat sebelum mengeksekusi penalti sehingga skor terus sama sampai harus melibatkan tujuh eksekutor penalti.
Pada momen terakhir, algojo pamungkas Chelsea Nicolas Anelka gagal menjalankan tugasnya. Bola sepakan pemain Prancis ini dimentahkan kiper Edwin van der Sar.