6 Pelatih Persija Asal Eropa, Sebatas Nyaris Juara Bahkan Diganjar Sanksi Dua Tahun

Furqon Al Fauzi

Editor:

  • Persija Jakarta pernah ditangani 6 pelatih asal Eropa sejak era Liga Indonesia atau pada 1994.
  • Moldova dan Bulgaria menjadi dua negara Eropa favorit bagi Persija dalam mencari pelatih.
  • Namun, prestasi pelatih asing Persija asal Eropa hanya sebatas nyaris juara.

SKOR.id - Persija Jakarta bisa dibilang tak punya sejarah bagus bersama pelatih asing asal Eropa.

Setidaknya hal itu tergambar dari prestasi yang diraih Persija sejak era Liga Indonesia pertama kali digelar musim 1994-1995 pasca-dileburnya kompetisi Perserikatan dan Galatama.

Selama periode tersebut hanya satu pelatih asing, non-Eropa, yang sukses mempersembahkan gelar juara bagi Macan Kemayoran. Sosok itu adalah pelatih asal Brasil Stefano Teco Cugurra.

Teco memimpin Persija merajai Liga 1 2018, sekaligus menjadi gelar ke-11 bagi Persija sepanjang sejarah berdirinya klub.

Padahal sebelum Paulo Camargo (Brasil) menukangi Persija di ajang Indonesia Soccer Championship (ISC) A 2016, Persija lebih sering memercayakan kursi kepelatihan kepada pelatih asing asal Eropa.

 

Setidaknya sejak era Liga Indonesia pada 1994-1995, ada enam pelatih asal Eropa yang pernah menangani Persija hingga saat ini. Namun tak satu pun yang sukses mempersembahkan trofi di kejuaraan resmi dan hanya sebatas nyaris.

Berikut 6 Pelatih Persija Asal Eropa Sejak Era Liga Indonesia:

1. Albert Fafie - Belanda

Nama Albert Fafie memang terasa asing bagi publik sepak bola Jakarta. Namun lelaki berpaspor Belanda tersebut tercatat pernah menukangi Persija pada Liga Indonesia 1997-1998.

Fafie merupakan salah satu gerbong yang diangkut manajemen Persija dari klub Mastrans Bandung Raya (MBR) yang akhirnya bubar karena masalah finansial.

Pada musim itu Persija juga tengah menata ulang kejayaan sebagai salah klub besar di Indonesia. Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, yang saat itu menjadi pembina klub ingin Persija kembali berbicara di pentas sepak bola nasional.

Bagaimana tidak, terakhir kali Persija berjaya adalah saat menjadi juara Perserikatan 1978/1979.

Selain mengontrak Fafie, beberapa pemain andalan Bandung Raya juga dibawa. Di antaranya Nuralim yang merupakan pemain terbaik Liga Indonesia musim sebelumnya.

Juga pemain asing Olinga Atangana, bek sayap Budiman Yunus, hingga M. Ramdan dan Herry Kiswanto sebagai asisten pelatih.

Perfoma Persija kala itu terbilang ciamik. Bahkan tak sedikit yang memprediksi Persija bakal meraih kesuksesan bersama Fafie yang pada musim sebelumnya membawa Bandung Raya menjadi runner-up Liga Indonesia 1996-1997.

Pada putaran grup Wilayah Barat, Persija masih bertengger di peringkat kedua di bawah Persebaya Surabaya dan berpeluang lolos ke babak delapan besar.

Namun sayang, kompetisi harus dihentikan pada 25 Mei karena kerusuhan akibat kondisi politik dan ekonomi yang tidak kondusif. 

2. Ivan Venkov Kolev - Bulgaria

Dua musim berikutnya, Persija mencoba peruntungan kembali dengan pelatih asing asal Eropa. Adalah pelatih asal Bulgaria, Ivan Venkov Kolev, yang ditunjuk menangani Bambang Pamungkas dan kolega.

Reputasi Kolev yang kala itu hanya melatih timnas U-19 Bulgaria sebelumnya, membuatnya dipandang sebelah mata.

Namun Kolev membuktikan tangan dinginnya mampu meramu tim dan memoles seorang Bambang Pamungkas yang saat itu masih sangat muda.

Bepe bahkan meraih gelar top skor kompetisi Liga Indonesia 1999-2000 dengan 24 gol. Namun sayang, kiprah Kolev bersama Persija pada periode pertama terhenti di semifinal setelah kalah 0-1 dari PSM Makassar.

Kolev sempat kembali melatih Persija pada Liga 1 2019 namun usianya hanya seumur jagung.

Kolev hanya memimpin Persija pada tiga pertandingan Liga 1 dan diberhentikan karena gagal memberikan performa terbaik bagi tim.

3. Atanas Georgiev - Bulgaria

Berkaca pada Ivan Kolev, Persija kembali memakai jasa pelatih asal Bulgaria yakni Atanas Georgiev pada 2003.

Atanas Georgiev ditunjuk menjadi pelatih Persija pada awal 2003, namun perjalanan kariernya terbilang singkat. Georgiev hanya memimpin Persija pada lima pertandingan awal.

Rapor buruk yang didapat Persija pada lima laga tersebut membuatnya harus kehilangan kursi kepelatihan. Persija bertengger di zona degradasi tepatnya posisi ke-20 atau juru kunci.

Dari lima laga awal di bawah komando Georgiev, Persija hanya merangkai dua hasil imbang dan tiga kekalahan tanpa satu pun kemenangan.

Posisinya kemudian digantikan Hery Kiswanto yang berhasil mendongkrak performa tim dan kembali ke papan atas.

Sayangnya Herkis, sapaannya, harus menerima panggilan negara untuk mendampingi Henk Wullems sebagai asisten pelatih timnas Indonesia. Menariknya Persija kembali ditangani Georgiev setelah itu.

Pada periode kedua Georgiev, penampilan Persija kembali tak konsisten dan harus puas mengakhiri musim 2003 di peringkat ketujuh di bawah Persikota Tangerang.

4. Arcan Iurie - Moldova

Persija Jakarta nyatanya tak kapok untuk mengontrak pelatih asal Eropa, utamanya dari Eropa Timur. Pelatih berkebangsaan Moldova yang kini telah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI), Arcan Iurie Anatolievieci.

Sebagai pelatih debutan, kiprah Arcan Iurie terbilang memuaskan. Pada musim perdana di Indonesia bersama Persija, ia sukses membawa tim asuhannya melenggang ke dua partai final yakni Liga Indonesia dan Piala Indonesia 2005.

Persija di bawah Arcan Iurie menjadi tim yang solid dan disegani lawan-lawannya. Pada putaran grup Wilayah Barat, Persija menguasai papan klasemen di atas Arema Malang.

Pun di babak delapan besar, Persija tak terkalahkan dan lolos ke partai final. Sayang, di partai puncak Persija harus mengakui keunggulan Persipura Jayapura lewat drama perpanjangan waktu dengan skor 2-3.

Persija yang kala itu diperkuat banyak pemain top nasional seperti kiper Hendro Kartiko, duet bek Hamka Hamzah dan Charis Yulianto, serta deretan pemain asing berkualitas yakni Lorenzo Cabanas, Deca Dos Santos, dan duet striker Roger Batoum serta Adolfo Fatecha, lebih diunggulkan.

Pada final Piala Indonesia yang berlangsung dua bulan setelah Liga Indonesia, Persija juga kembali dibuat gigit jari. Macan Kemayoran takluk dari Arema Malang juga lewat laga dramatis hingga babak perpanjangan waktu.

Persija kalah dengan skor 3-4 padahal sejak menit 67 Arema bermain dengan 10 pemain akibat Alexander Pulalo diganjar kartu kuning kedua.

Persija juga harus bermain dengan 10 orang setelah Aris Indarto mengalami hal serupa 10 menit berselang.

5. Sergei Dubrovin - Moldova

Setelah satu musim bersama pelatih lokal, Rahmad Darmawan (2006), Persija kembali ditangani pelatih asal Moldova lainnya yakni Sergei Dubrovin.

Kali ini Persija tak berjudi lantaran Sergei Dubrovin telah mengenal betul sepak bola Indonesia.

Sergei Dubrovin tercatat sebagai  pelatih asing kedua yang sukses membawa tim juara Liga Indonesia, tepatnya pada 2002 bersama Petrokimia Gresik.

Namun kiprahnya bersama Persija tak semulus yang diperkirakan. Bahkan portofolio Sergei Dubrovin tercoreng akibat dirinya mendapat sanksi dari Komite Disiplin (Komdis) selama dua tahun tak boleh aktif di sepak bola Indonesia karena terbukti memukul asisten wasit, Udin Sumarsyah, serta mencoba memengaruhi pemainnya mogok bertanding.

Insiden itu terjadi saat Persija melakoni salah satu pertandingan babak 8 besar Liga Indonesia musim 2007-2008 melawan Persik Kediri yang berkesudahan 2-2.

Persija sendiri berhasil lolos ke semifinal sebelum akhirnya takluk dari Sriwijaya FC.

Sergei Dubrovin sempat kembali melatih klub Indonesia pada 2010 yakni Manado United dan pindah ke Persidafon Dafonsoro pada musim berikutnya.

6. Julio Banuelos Saez - Spanyol

Pelatih asal Eropa terakhir yang menangani Persija adalah Julio Banuelos Saez. Ekspektasi yang besar terhadap Banuelos lantaran ia merupakan asisten pelatih dari Luis Milla Aspas yang dianggap sukses mengubah wajah timnas Indonesia justru menjadi bumerang.

Filosofi sepak bola modern yang berkiblat pada penguasaan bola dominan yang diterapkan Banuelos untuk Persija nyatanya tak berjalan maksimal.

Bukan prestasi yang dipersembahkan, Persija justru menjadi juara bertahan yang hampir terperosok ke jurang degradasi.

Sebelum kompetisi Liga 1 2019 berakhir, Banuelos pun diberhentikan bersama dengan asistennya Eduardo Perez Moran.

Sebagai pengganti ditunjuk Edson Tavarez yang akhirnya menyelematkan musim Persija dengan bertengger di posisi 10 klasemen akhir.

6 Pelatih Persija Asal Eropa

1997-1998 Albert Fafie - Belanda
1999-2000 dan 2019 Ivan Kolev - Bulgaria
2003 Atanas Georgiev - Bulgaria
2005-2006 Arcan Iurie - Moldova
2007-2008 Sergei Dubrovin - Moldova
2019 - Julio Banuelos - Spanyol

Ikuti juga InstagramFacebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.

Berita Persija Lainnya:

Respons Bek Persija Usai Masuk Nominasi Gol Terbaik Bracket Challenge Piala AFC

Pemain Persija Jakarta Masuk Nominasi Gol Terbaik Bracket Challenge Piala AFC

Persija Jakarta Liburkan Aktivitas Latihan, Presiden Klub Buka Suara

RELATED STORIES

Kisah Iswadi Idris: Kejinya Propaganda Singapura dan Tukang Pukul Persija

Kisah Iswadi Idris: Kejinya Propaganda Singapura dan Tukang Pukul Persija

Kapten Persija dan timnas Indonesia, Iswadi Idris, pada 1977 pernah diserang propaganda keji dari media Singapura.

11 Pemain Persija Asal Benua Asia, Striker Singapura Dominan

11 Pemain Persija Asal Benua Asia, Striker Singapura Dominan

Persija mulai percaya menggunakan jasa pemain asal Benua Asia pada musim 2009-2010.

9 Alumni Persija Jakarta Arsiteki Tim Liga 1 2020

9 Alumni Persija Jakarta Arsiteki Tim Liga 1 2020

Mantan pemain Persija mendominasi daftar pelatih tim Liga 1 2020, tiga sebagai pelatih dan enam asisten.

Liga 1 2020 Tak Jelas, Persija Jakarta Perpanjang Libur Latihan

Efek dari ketidakjelasan Liga 1 2020, Persija Jakarta memperpanjang libur latihan.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

satoru mochizuki - timnas putri indonesia

Timnas Indonesia

Laga Pertama Vital, Pelatih Timnas Putri Indonesia Enggan Remehkan Kirgizstan

Meski favorit, Timnas Putri Indonesia tak boleh memandang sebelah mata ancaman Kirgizstan di Kualifikasi Piala Asia Wanita 2026.

Teguh Kurniawan | 28 Jun, 14:20

Menpora Dito Ariotedjo bersama peserta Kejurnas Junior Milklife Archery Challenge. (PR Megapro)

Other Sports

Kejurnas Junior Milklife Archery Challenge 2025 Resmi Dibuka Menpora di Kudus

MilkLife Archery Challenge Kejurnas Junior 2025 akan berlangsung pada 27 Juni hingga 5 Juli 2025.

Gangga Basudewa | 28 Jun, 14:12

Pemain Timnas Indonesia, Thom Haye. (Foto: Yogie Gandanaya/Grafis: Yusuf/Skor.id)

Liga 1

Pelatih Persija Akui Ingin Thom Haye dan Jordi Amat Bergabung untuk Liga 1 2025-2026

Pelatih Persija Jakarta, Mauricio Souza: Thom Haye dan Jordi Amat buat Macan Kemayoran kian kuat di Liga 1 2025-2026.

Taufani Rahmanda | 28 Jun, 13:00

Persija Jakarta. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Liga 1

Persija Mulai Persiapan Liga 1 2025-2026, Hansamu Yama Absen tapi Dipastikan Bertahan

Persija Jakarta mulai bersiap untuk Liga 1 2025-2026 bareng dengan mengamankan jasa Hansamu Yama, Sabtu (28/6/2025).

Taufani Rahmanda | 28 Jun, 12:18

Jessnolimit (Yusuf/Skor.id)

Esports

Jess no Limit Ukir Dua Rekor di Guinness Book of Record

Suami dari Sisca Kohl itu tidak tanggung-tanggung mendapatkan dua rekor dunia sekaligus.

Gangga Basudewa | 28 Jun, 11:47

Kompetisi futsal putri kasta tertinggi di Indonesia untuk musim terbaru, Women Pro Futsal League 2024-2025. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Futsal

Women Pro Futsal League 2024-2025: Jadwal, Hasil dan Klasemen Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Women Pro Futsal League 2024-2025 yang terus diperbaharui seiring berjalannya kompetisi.

Taufani Rahmanda | 28 Jun, 11:26

Kompetisi futsal kasta tertinggi di Indonesia kategori putri, Women Pro Futsal League 2024-2025. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)

Futsal

Netic Ladies Pecah Telur di Women Pro Futsal League 2024-2025, Juara Bertahan Keok

Hasil tiga pertandingan pada hari pertama pekan terakhir putaran pertama Women Pro Futsal League 2024-2025, Sabtu (28/6/2025).

Taufani Rahmanda | 28 Jun, 11:19

MWI 2025 di Esports World Cup 2025. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Esports

Drawing MWI 2025, Team Vitality dan ONIC Pertiwi Gabung Grup Ini

Kedua tim asal Indonesia itu berada di grup yang berbeda dan cukup jauh peluangnya untuk bertemu di awal-awal.

Gangga Basudewa | 28 Jun, 09:52

timnas putri indo vs kirgizstan

Timnas Indonesia

Prediksi dan Link Live Streaming Timnas Putri Indonesia vs Kirgizstan di Kualifikasi Piala Asia Wanita 2026

Timnas Putri Indonesia mengawali perjalanan di Kualifikasi Piala Asia Wanita 2026 melawan Kirgizstan, Minggu (29/6/2025).

Teguh Kurniawan | 28 Jun, 09:42

fiba womens asia cup 2015

Basketball

Jadwal Timnas Basket Putri Indonesia di Piala Asia FIBA Putri 2025 Divisi A

Timnas Basket Putri Indonesia siap memulai perjuangan di Divisi A FIBA Women's Asia Cup 2025 alias Piala Asia FIBA Putri 2025.

Teguh Kurniawan | 28 Jun, 08:16

Load More Articles