SKOR.id - Kekalahan Manchester City dari Aston Villa membuat The Cityzens tertinggal enam poin dari Arsenal, tim yang saat ini memimpin klasemen.
Namun, kekalahan 0-1 yang terjadi pada Kamis (7/12/2023) dini hari WIB tersebut bukan sekadar menyisakan jarak antara pasukan Pep Guardiola dengan The Gunners melainkan juga memberikan sinyal: Manchester City tengah krisis.
Krisis bukanlah situasi yang pernah dialami Manchester City, khususnya sejak di bawah asuhan Pep Guardiola.
Situasi krisis hanya berlaku bagi tim-tim seperti Manchester United, Chelsea, bahkan juga pernah dialami Liverpool dan Arsenal, setidaknya dalam lima musim terakhir.
Karena itu, ketika Manchester City mengalami situasi seperti saat ini, situasinya menjadi "luar biasa". Apalagi, musim lalu, mereka baru saja mencatat pencapaian fantastis yaitu meraih Treble Winners (Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Champions).
Lalu, apa saja faktor yang menunjukkan bahwa Manchester City tengah dalam situasi krisis? Berikut ini lima tanda The Cityzens memang dalam situasi sulit:
1. Tidak Pernah Menang dalam Empat Laga Terakhir
Faktanya, dengan kekalahan dari Aston Villa, kini Manchester City genap tidak pernah menang dalam empat pertandingan terakhir di Liga Inggris.
Sebelum kekalahan dari Aston Villa, mereka imbang lawan Chelsea (4-4), Liverpool (1-1), dan Tottenham Hotspur (3-3).
Empat pertandingan beruntun tanpa kemenangan, situasi yang sebelumnya tidak pernah dialami Manchester City sejak 2017 silam.
2. Statistik Terendah Saat Lawan Aston Villa
Kekalahan dari Aston Villa juga akan memberikan catatan bagi pasukan Pep Guardiola bahwa di pertandingan inilah mereka mencatat statistik terendah dari sejumlah aspek.
Dalam pertandingan ini, Manchester City hanya mampu melepaskan dua tembakan.
Ini merupakan jumlah terendah yang pernah terjadi dalam satu laga dalam sejarah Manchester City asuhan Pep Guardiola setelah 535 laga bersama pelatih asal Spanyol ini.
Di sisi lain, lawan mereka yang tengah mengejutkan di bawah asuhan Unai Emery, justru mampu melepaskan 22 tembakan.
Jika itu merupakan pencapaian istimewa bagi Aston Villa, jumlah 22 tembakan The Villas tercatat sebagai yang terbanyak yang pernah dihadapi Manchester City dalam satu laga.
3. Faktor Absennya De Bruyne, Rodri, dan Gundogan
Pep Guardiola boleh jadi tidak pernah menyangka dia akan menghadapi situasi ketika satu atau dua pemain menjadi sangat penting kehadirannya.
Keputusan Manchester City melepaskan Ilkay Gundogan ke Barcelona kini sudah dirasakan The Cityzens ketika secara bersamaan mereka sudah kehilangan Kevin De Bruyne sejak awal musim.
Kondisi tersebut kemudian diiringi pula dengan absennya Rodri dalam sejumlah laga, termasuk saat lawan Aston Villa.
Dalam 17 pertandingan Manchester City tanpa Rodri, persentase kemenangan Manchester City hanya 53 persen.
Namun, ketika mantan pemain Atletico Madrid dan Villarreal tersebut ada di lapangan, persentase kemenangan The Citizens naik menjadi 73,3 persen.
4. Laga Tandang yang Makin Sulit
Memiliki rapor bagus dalam kemenangan dalam tandang menjadi salah satu tanda bahwa sebuah tim punya potensi meraih gelar.
Musim ini, belakangan situasi tersebut tidak dimiliki Manchester City
Kini, The Cityzens hanya meraih satu kemenangan dari lima pertandingan tandang terakhir di Liga Inggris, yaitu saat menang 3-0 atas Manchester United.
Manchester City juga kemasukan lebih dari dua gol dalam dua dari lima laga tandang, jumlah yang secara dengan 22 laga tandang sebelumnya.
5. Josko Gvardiol Tidak Maksimal
Pep Guardiola harus mempertimbangkan kembali untuk mengubah-ubah peran atau posisi pemain baru mereka: Josko Gvardiol.
Josko Gvardiola telah bermain dalam 16 pertandingan sejak bergabung ke Manchester City di awal musim 2023-2024 ini.
Posisi asli Josko Gvardiola adalah bek tengah. Musim lalu ketika masih di RB Leipzig, Josko Gvardiol selalu bermain sebagai bek tengah yang memang posisi aslinya.
Total, dalam semua laga yaitu 41 pertandingan RB Leipzig, pemain berusia 21 tahun ini selalu main sebagai bek tengah.
Di Manchester City, baru kemudian dia bermain di dua posisi yang berbeda: 7 laga sebagai bek tengah dan 9 laga sebagai bek kiri.
Perubahan inilah yang boleh jadi memengaruhi adaptasi sang pemain. Pep Guardiola tampaknya harus mempertimbangkan lagi untuk mengubah-ubah posisi sang pemain.