- Derby d'Italia merupakan pertaruhan gengsi antara dua kota industri di Italia bukan cuma pertandingan sepak bola.
- Dikuasainya Juventus dan Inter Milan oleh dua orang terkaya menjadikan duel itu lebih personal.
- Di antara 237 episode pertemuan Juventus dan Inter Milan, ada lima yang pantas dikenang.
SKOR.id – Derby d’Italia tak hanya sekadar pertandingan sepak bola. Di masa lalu. duel Juventus dan Inter Milan itu jadi pertaruhan gengsi dua kota industri di Negeri Piza.
Mulai 1967, rivalitas berkembang menjadi lebih personal. Ya, kedua klub kala itu dimiliki keluarga kaya yang jadi simbol pengusaha dan kapitalisme.
Juventus dikuasai oleh keluarga Agnelli, sementara I Nerazzurri ada dalam kendali keluarga Moratti.
Persaingan di lapangan makin meruncing ketika gelar scudetto si Nyonya Tua dicopot dan diserahkan kepada Inter Milan.
Berbagai peristiwa tersebut menjadi bahan bakar untuk memanaskan setiap pertandingan Juventus versus Inter hingga sekarang.
Berita Inter Milan Lainnya: Conte Akan Beri Kesempatan Nainggolan dan Perisic di Inter Milan
Skor.id merangkum lima gelaran Derby d’Italia yang pantas dikenang.
1. 4 April 1954, penentu scudetto
Pertarungan antara Inter Milan dan Juventus di San Siro itu berakhir dengan skor 6-0. Saat itu kedua klub menjadi kandidat juara Liga Italia dengan tujuh laga tersisa, jadi ini merupakan partai krusial.
Setelah dihujani kritik karena menjunjung permainan Catenaccio, Alfredo Foni lantas mengganti taktik La Beneamata secara drastis pada musim 1953-1954.
Wakil kota Milan itu dibentuk jadi tim agresif dan lebih terbuka sehingga dapat mendulang banyak gol sesuai ekspektasi para penggemar, meski konsekuensinya pertahanan keropos.
Dalam tujuh menit, pasukan Foni memimpin dengan tembakan Lennart Skoglund. Para bek tim tamu seolah terhenti karena offside yang tidak dianggap pelanggaran oleh wasit.
Pada menit ke-30, Inter kian menakutkan dengan torehan Gino Armano. Cedera gelandang Ermes Muccinelli pada babak pertama memupuskan asa I Bianconeri.
Pasukan Aldo Olivieri dibantai di babak kedua. Sergio Brighenti dua kali merobek gawang Juventus, Skoglund menambah saldo golnya lagi dan Fulvio Nesti ikut andil.
2. 10 Juni 1961, dipengaruhi keputusan Komisi Arbitrase Federal
Saat itu, Juventus dan Inter Milan kembali berebut mahkota juara. Kondisi itu menjadi bahan bakar dalam pertemuan kedua Derby d’Italia di Stadion Olimpico, Turin. Suporter merangsek ke lapangan sehingga laga dihentikan.
Direktur pertandingan memberikan kemenangan 2-0 untuk tim tamu. Tentu saja, tuan rumah tidak terima dan mengajukan tuntutan di Komisi Arbitrase Federal.
Klub yang dipimpin Umberto Agnelli pada akhirnya menang sehingga keputusan itu dicabut dan pertandingan harus diulang lagi.
Sebagai bentuk protes, Presiden Inter, Angelo Moratti, menyuruh Helenio Herrera menurunkan skuat Primavera. Lagipula secara matematis raksasa Turin sudah juara, sementara I Nerazzurri harus melewati AC Milan sebagai runner-up.
Juventus dengan mudah menaklukkan lawan yang minim pengalaman, 9-1. Omar Sivori memborong enam gol, yang mengantarnya meraih Bola Emas. Bruno Molla dan Bruno Nicole menyumbang satu gol, Francesco Riefolo membantu dengan gol bunuh diri.
Skor semata wayang untuk Inter Milan dituai lewat penalti Sandro Mazola.
Berita Juventus Lainnya: Paulo Dybala dan Juventus Segera Capai Kesepakatan Kontrak
3. 29 April 1984, Michel Platini berkibar
Inter Milan ditukangi Luigi Radice mengutamakan tekanan di semua area lapangan, memiliki Walter Zenga di gawang, Giuseppe Bergomi dan Fulvio Collovati sebagai palang pintu, Hansi Muller di lini tengah dan duo Alessandro Altobelli-Aldo Serena di lini depan.
Sementara Juventus era Giovanni Trapattoni diperkuat pemain sekaliber Michel Platini, Paolo Rossi, Gaetano Scirea dan Zbigniew Boniek. Perang bintang tersaji di Stadion Giuseppe Meazza.
Kubu Biru-Hitam menunggu di San Siro dengan kepercayaan diri tinggi pasca merangkai hasil positif, sementara La Vecchia Signora baru pulang dari semifinal Winners Cup lawan Manchester United. Di luar dugaan, anak buah Trap menampilkan permainan terindah di sana.
Bek kiri Antonio Cabrini menembakkan tendangan dari luar kotak penalti Inter di menit ke-24. Lalu 13 menit kemudian, giliran Platini melambungkan asa Juventini, memanfaatkan assist indah Boniek dan pengawalan Paolo Rossi.
Duel fisik antara Claudio Gentile dan Altobelli berbuah penalti untuk tuan rumah, yang dieksekusi sendiri oleh Spillo. Kemenangan 2-1 mendekatkan Juventus ke tampuk juara Liga Italia.
4. 26 April 1998, memicu pertengkaran di parlemen
Juventus besutan Marcello Lippi sangat tangguh saat ini. Mereka menaklukkan dua scudetti beruntun dan sebuah Liga Champions. Di sisi lain, untuk menguasai Italia dan Eropa, Massimo Moratti berinvestasi besar-besaran untuk membangun skuad Gigi Simoni.
Ronaldo diboyong dengan harga memecahkan rekor 48 miliar lira, Diego Simeone, Benoit Cauet dan Francesco Moriero pun digaet.
Persaingan menjadi lebih seimbang. I Nerazzurri langsung tancap gas sejak pekan ketiga hingga pertengahan Januari. Mereka bertamu di Turin dengan sisa empat pekan dan Juventus unggul tipis satu poin.
Tuan rumah menurunkan formasi terbaik dengan Angelo Peruzzi (kiper), Mark Iuliano (bek), Zinedine Zidane, Edgar Davids dan Didier Deschamps (gelandang) dan duo Alessandro Del Piero-Filippo Inzaghi (striker).
Di lapangan sebelah, ada Gianluca Pagliuca (kiper), Javier Zanetti (bek), Simeone (tengah( dan Ronaldo (penyerang).
Del Piero membuka saldo gol setelah memanfaatkan celah-celah di lini belakang. Situasi memanas ketika Mark Iuliano melakukan manuver aneh untuk menjatuhkan bintang Brasil itu. Skuad Simoni menuntut penalti tapi wasit Piero Ceccarini mengabaikan.
Taribo West lantas membalas dendam kepada Del Piero. Juve dihadiahi penalti yang membuat Simoni masuk ke lapangan dan meluapkan sumpah serapah.
Il Pinturichhio jadi eksekutor tapi bola berhasil diblok dengan kaki Pagliuca. Cukup 1-0 bagi Juve untuk memenangi laga prestisius itu. Keputusan wasit tersebut membuat anggota parlemen Italia bertengkar.
Berita Inter Milan Lainnya: Rencana Tukar Pemain Inter Milan dan Fiorentina
5. 20 Agustus 2005, era baru Roberto Mancini
Roberto Mancini menerima pinangan Moratti setelah menyelesaikan pekerjaan di Lazio pada musim. Ia diminta untuk menaikkan pamor Inter Milan kembali di level Italia maupun Eropa.
Dari mantan klubnya, Mancio membawa Giuseppe Favalli dan Sinisa Mihajlovic. Petinggi klub pun memberikan Juan Sebastian Veron, Esteban Cambiasso, Davids, Ze Maria dan Nicola Burdisso dengan harga terjangkau.
Bermodalkan sederet hasil imbang, tim berhasil sampai ke peringkat ketiga klasemen Liga Italia. Sementara Juventus, yang diasuh Fabio Capello, membajak Fabio Cannavaro dari Inter, Zlatan Ibrahimovic, Emerson dan Zebina.
Mereka bersua di partai puncak Piala Super Italia yang diwarnai dengan berbagai kesalahan termasuk keputusan wasit. Gol Adriano pada menit keempat dianulir. Pengalaman yang sama terjadi dalam upaya David Trezeguet di menit ke-43.
Rekrutan baru dari Chelsea, Juan Sebastian Veron, menentukan jalannya pertandingan. Gol tunggal itu membuat Inter Milan dapat mengawinkan gelar Piala Italia dan Piala Super Italia, sekaligus membuka periode emas.