- Laga Liverpool vs Manchester City yang berakhir 1-4 menyisakan lima hal yang dapat dipetik dari kedua tim ini.
- Liverpool yang dalam fase terpuruk sedangkan Manchester City semakin menanjak.
- Laga yang terjadi pada Minggu (7/2/2021) tersebut juga memperlihatkan sejumlah fakta dan statistik.
SKOR.id - Kekalahan Liverpool dari Manchester City, 1-4 pada Minggu (7/2/2021) malam lalu memunculkan lima hal menarik.
Harus kembali ke 84 tahun silam untuk menemukan kekalahan dengan skor yang lebih besar.
Tepatnya saat dipukul 0-5 oleh Manchester City pada 26 Maret 1937. Setelah itu, Liverpool tidak pernah lagi mengalami kekalahan dari City dengan skor yang telak di kandang mereka.
Masih dalam ukuran laga kandang, tiga kekalahan beruntun ini pun bukan yang pertama dialami Jurgen Klopp.
Sebagai pelatih, mengalami tiga kekalahan beruntun di kandang pernah dialami saat dirinya masih melatih Borussia Dortmund.
Momen itu terjadi pada 2013-2014 saat Dortmund asuhan Jurgen Klopp rontok tiga laga beruntun di Stadion Signal Iduna Park.
Tiga kekalahan beruntun tersebut terjadi saat Die Borussien menjamu Bayern Munchen, Bayer Leverkusen, dan Hertha Berlin. Meski demikian, itu hanya bagian dari masa lalu.
Apa yang dapat dipetik dari laga Liverpool vs Manchester City yang berakhir 1-4 tersebut bagi Klopp dan juga untuk Josep Guardiola? Skor.id merangkum lima poin yang bisa digarisbawahi dari laga tersebut:
1. "Kutukan" Penalti Berlanjut
Momen bola tembakan Ilkay Gundogan melayang ke atas mistar gawang mengingatkan kembali tradisi buruk The Citizens setiap kali mereka mendapatkan penalti lawan Liverpool.
Menurut Opta, dari enam penalti terakhir yang gagal di Liga Inggris, empat di antaranya justru dialami pemain Manchester City.
Dan, dari empat penalti yang gagal itu pula, tiga di antaranya justru saat lawan Liverpool, termasuk penalti Gundogan tersebut.
Dua pemain Manchester City lainnya yang gagal mencetak gol dari penalti lawan Liverpool adalah Riyad Mahrez pada Oktober 2018 dan Kevin De Bruyne pada November 2020.
Ironisnya yang juga menarik, tiga tembakan penalti tersebut semuanya gagal bukan karena diredam kiper atau membentur tiang melainkan karena melambung ke atas.
Kini, muncul ide bahwa mungkin Josep Guardiola sudah saatnya memberikan kesempatan kepada kipernya, Ederson Moraes untuk menjadi eksekutor penalti.
2. Situasi Berbeda di Jantung Pertahanan
Antara kekalahan Liverpool dan kemenangan Manchester City ada perbedaan yang jelas sekali terkait situasi yang terjadi di jantung pertahanan masing-masing.
The Reds selama ini telah dihantam kasus cedera sejumlah bek andalannya seperti Virgil Van Dijk, Joe Gomez, dan Joel Matip.
Situasi tersebut pun membuat Jurgen Klopp akhirnya mendorong mundur dua gelandangnya: Jordan Henderson dan Fabinho untuk menjadi bek tengah.
Namun, upaya tersebut tidak cukup ketika menghadapi gelombang serangan yang tampilkan Manchester City.
Tidak cukup pula bagi Jordan Henderson untuk meredam kegugupan yang terjadi yang akhirnya membuat terjadinya blunder yang dilakukan kiper Alisson Becker.
Boleh jadi, kekalahan ini salah satunya karena blunder yang dilakukan Alisson.
Namun, itu tidak akan terjadi tentunya jika di pertahanan Liverpool ada sosok yang tenang dan berpengalaman seperti Virgil Van Dijk.
Ya, itu hanyalah kemungkinan. Meski demikian, garis merah dari kekalahan Liverpool dan kemenangan City karena perbedaan pertahanan dari dua tim ini.
Faktanya, sebelum gol penalti Mohamed Salah terjadi, gawang The Citizens tidak pernah kemasukan dalam tujuh laga beruntun.
Semua itu karena duet bek tengah mereka yaitu Ruben Dias dan John Stones yang mulai menemukan performa terbaik di antara keduanya.
Jurgen Klopp telah mendatangkan dua bek baru, namun tentu dia harus segera menempatkan keduanya dalam tim dan membuat kekuatan The Reds kembali normal.
3. Skuad City Tetap Efektif di Tengah Badai
Cedera dan jadwal yang padat hanya sebagian dari kendalan yang terjadi sepanjang musim 2020-2021 ini.
Harus ditambahkan pula dengan hantaman atau ancaman pandemi Covid-19 yang menyerang. Tiga hal itulah yang selalu mengancam setiap klub termasuk di Liga Inggris.
Intinya, The Citizens mampu menyesuaikan diri mereka terhadap tiga tantangan yang kerap terjadi tersebut.
Sepanjang musim ini, kondisi Sergio Aguero contohnya yang mengalami cedera dan saat ini bahkan masih dalam isolasi karena serangan Covid-19.
Kondisi yang sama juga dialami penyerang lainnya yaitu Gabriel Jesus. Lalu Ederson juga sempat absen di bawa mistar, begitu pula dengan gelandang kreatif mereka, Kevin De Bruyne.
Untuk mengatasi absennya penyerang utama timnya, pelatih Josep Guardiola kemudian beralih menggunakan strategi atau sistem false 9. Menempatkan Ferran Torres di lini depan.
Sedangkan untuk menggantikan peran Ederson, dia menampilkan Zack Steffen. Dan, tentu saja, ada sosok Ilkay Guendogan yang musim ini justru bersinar lagi.
Sedangkan duet Ruben Dias serta John Stones membuat bek City lainnya harus antre untuk mendapatkan posisi starter dalam setiap pertandingan.
Jangan lupakan pula sosok Phil Foden. Gelandang yang liat dan selalu menjadi kekuatan berbeda dalam setiap pertandingan bagi City.
4. Anfield Berubah Menjadi Menyulitkan
Sebelum kekalahan dari Manchester City, Liverpool mengalami kekalahan dari Brighton Albion dan sebelumnya dari Burnley.
Tiga kekalahan kandang beruntun. Ya, Burnley adalah kekalahan pertama yang dialami Liverpool di kandang, di Stadion Anfield.
Sebelumnya, The Reds memiliki rapor yang sangat impresif dengan mencatatkan 68 laga tanpa terkalahkan di kandang mereka ini.
68 laga tanpa terkalahkan itu akhirnya tumbang di tangan Burnley. Dan kemudian semakin buruk ketika selanjutnya mereka juga kalah lagi dalam dua laga beruntun di Anfiled, lawan Brighton dan City.
Kini, tidak ada lagi topik tentang peluang Liverpool menyamai atau mematahkan rekor tidak terkalahkan terpanjang yang dipegang Chelsea, 86 laga kandang tanpa terkalahkan.
Ini kali pertama The Reds mengalami tiga kekalahan beruntun tersebut di Liga Inggris sejak 1963-1964.
Liverpool saat itu di bawah kepelatihan Bill Shankly yang kalah dari Notthingham Forest, Blackpool, dan West Ham United, masing-masing 1-2.
Status Liverpool sebagai juara bertahan Liga Inggris juga menempatkan kekalahan yang mereka alami dari The Citizens menjadi perhatian.
Sebuah tim yang juara Liga Inggris, tapi malah mengalami kekalahan beruntun di kandang mereka tentu merupakan momen yang cukup mengejutkan.
Inilah faktanya yang dialami Liverpool dan mereka bukan satu-satunya yang mengalami hal tersebut.
Namun, tentu saja, hanya ada satu klub juara Liga Inggris yang kemudian di musim berikutnya mengalami situasi tersebut, yaitu Chelsea.
The Blues mengalami kekalahan beruntun di kandang tersebut pada 1955-1956. Ketika itu, Chelsea kalah dari Manchester United, Birmingham City, dan Preston North End.
5. The Citizens Kandidat Kuat Peraih Gelar
Kemenangan Manchester City atas Liverpool sekaligus semakin memangkas peluang The Reds untuk mempertahankan gelar.
Bagi City, kemenangan ini jelas memberikan mereka posisi yang semakin strategis untuk meraih gelar Liga Inggris.
Yang menarik, pada pekan ini pula, empat tim di bawah mereka juga mengalami hari yang buruk.
Manchester United hanya imbang 3-3 lawan Everton, Leicester City juga imbang saat tandang lawan Wolverhampton, dan tentu saja Liverpool yang mereka kalahkan.
Dengan demikian, Manchester City menambah poin di pekan ini sementara pada saat yang sama para pesaingnya justru kehilangan poin.
Ini menjadi tanda bahwa musim ini, City memiliki peluang besar untuk meraih gelar Liga Inggris.
Mereka saat ini unggul lima poin atas Manchester United yang ada di posisi kedua, lalu unggul tujuh poin atas Leicester City yang di posisi ketiga.
Dan, tentu saja akhirnya unggul 10 poin atas Liverpool yang ada di posisi keempat.
Banyak yang menilai bahwa Citizens musim ini justru terlihat sebagai tim terbaik dalam sejarah di bawah kepelatihan Josep Guardiola.
Salah satu tandanya, pada era City meraih 100 poin di bawah asuhan Guardiola tim ini kemasukan 27 gol.
Musim ini, dalam musim yang masih berjalan, gawang mereka hanya kemasukan 14 gol.
Terkait Liverpool, musim lalu dalam perjalanan mereka meraih gelar Liga Inggris pada 2019-2020, Liverpool mampu meraih 67 poin setelah tampil dalam 23 pertandingan Liga Inggris.
Kini, dengan jumlah pertandingan yang sama, pasukan Jurgen Klopp hanya mampu meraih 40 poin!
Dengan demikian, mereka 27 poin lebih sedikit dibandingkan dengan yang mereka raih pada 2019-2020 tersebut.
Dari catatan OPTA, penurunan 27 poin dari 23 laga tersebut merupakan rekor tersendiri untuk ukuran juara bertahan Liga Inggris.
Dalam hal ini, bukan hanya di era Premier League melainkan juga dalam sejarah sepak bola Inggris.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Guardiola Pertimbangkan Ederson sebagai Eksekutor Penalti Man City Berikutnya https://t.co/JUqUXunkRO— SKOR Indonesia (@skorindonesia) February 8, 2021
Berita Liverpool dan Manchester City Lainnya:
Liverpool Kalah, untuk Kali Pertama Posisi Jurgen Klopp Diragukan
Manchester City Tekuk Liverpool 4-1, Pep Guardiola Malah Menggerutu