- Legenda Formula 1 (F1), Niki Lauda, mengembuskan napas terakhirnya pada 6 Maret 2020.
- Sepanjang kariernya, Lauda telah melakoni ratusan balapan di ajang balap jet darat.
- Di antara banyak balapan tersebut, ada lima penampilan Lauda yang layak untuk dikenang.
SKOR.id - Setidaknya ada tiga balapan yang membuat Niki Lauda dikenang sebagai legenda.
Kepergian Niki Lauda pada 6 Maret 2020 masih menyisakan duka mendalam di dunia balap Formula 1 (F1).
Maklum, sosok Lauda dianggap berjasa dalam perkembangan ajang balap jet darat tersebut.
Sebagai pembalap, Lauda sukses meraih 25 kemenangan dari 171 race yang dilakoninya pada kurun waktu 1974-1985.
Dari jumlah 171 balapan tersebut, beberapa di antaranya sangat mengesan bagi penggemar F1.
Penyebabnya ada beberapa. Antara lain adalah dalam balapan-balapan tersebut Lauda menunjukkan kemampuan terbaiknya sebagai seorang pembalap.
Berikut lima balapan terbaik Lauda yang dilansir Skor.id dari Autosport.
5. GP Monaco 1975, Sirkuit Monte Carlo
Lauda menunjukkan dominasinya pada balapan yang diawali dengan kondisi hujan ini.
Start dari posisi terdepan, Lauda menunjukkan manajemen pit stop yang ciamik di tengah kondisi balapan yang berubah-ubah.
Tak hanya itu, Lauda juga luar biasa beruntung karena balapan hanya berlangsung selama 75 lap, berkurang tiga dari jumlah normal.
Alhasil, Lauda berhasil mencatat kemenangan perdananya kendati dengan kondisi mobil yang hancur-hancuran.
4. GP Monaco 1978, Sirkuit Monte Carlo
Musim 1978 menjadi musim perdana Lauda sebagai pembalap Brabham setelah putus kontrak dengan Ferrari.
Turun di sirkuit yang tidak disukainya, Lauda justru menunjukkan penampilan yang menawan.
Lauda sukses mengamankan posisi runner up setelah menggeber mobilnya dengan kecepatan maksimal.
Dalam catatan balapan, waktu putaran Lauda saat itu 1,9 detik lebih cepat dibandingkan pembalap lainnya.
3. GP Portugal 1984, Sirkuit Estoril
Seri balapan ini menjadi penentu gelar juara dunia pada kompetisi F1 1984.
Saat itu, Lauda sedang bersaing ketat dengan pembalap yang kelak juga menjadi legenda, Alain Prost.
Situasi sebenarnya memihak Lauda. Dia hanya perlu merebut posisi runner up untuk bisa dinobatkan menjadi juara dunia.
Namun, perjuangan Lauda tak semudah yang dikira. Pembalap asal Austria ini tampil buruk saat kualifikasi sehingga harus start dari posisi 11.
Tak hanya itu, kondisi balapan yang superketat tidak memungkinkan Lauda untuk melakukan manuver overtake.
Meski demikian, Dewi Fortuna masih memihak Lauda. Menjelang akhir balapan, mobil yang ditunggangi Nigel Mansel mendadak lepas kendali.
Enggan menyia-nyiakan kesempatan, Lauda langsung merebut posisi kedua dan finis 13 detik di belakang sang juara lomba, Prost.
Lauda pun merengkuh trofi ketiga dan terakhirnya pada kompetisi F1 1984.
2. GP Belanda 1985, Sirkuit Zandvoort
Pada musim ini, pikiran soal pensiun sudah menghantui Lauda.
Namun, di tengah menurunnya motivasi membalap, Lauda masih mampu mencetak satu kemenangan terakhir di Belanda.
Lauda hanya butuh satu lap untuk memperbaiki kedudukannya dari posisi sepuluh menjadi posisi lima.
Momen dramatis terjadi menjelang akhir balapan. Lauda, yang memimpin balapan, terus ditempel oleh Alain Prost di posisi kedua.
Di sini, keahlian Lauda dan Prost diuji. Dengan kondisi mobil yang sudah tidak lagi prima, mereka bertarung memperebutkan posisi pertama.
Lauda akhirnya menjadi pemenang balapan epik ini. Dia melintasi garis finis 0,232 detik lebih cepat dari Prost.
1. GP Italia 1976, Sirkuit Monza
Pada 1976, Lauda mengalami kecelakaan horor di Nurburgring. Hal itu mempengaruhi penampilannya sepanjang musim tersebut.
Dalam balapan yang digelar di bawah guyuran hujan tersebut, Lauda menunjukkan kualitas terbaiknya sebagai pembalap.
Dengan hanya berjarak enam minggu dari insiden Nurburgring, kondisi fisik Lauda pun belum sembuh benar.
Lauda, yang saat itu membela tim Ferrari, harus membalap sembari menahan rasa sakit akibat luka di wajahnya yang kembali terbuka.
Usahanya tidak sia-sia. Setelah berjibaku selama 90 menit, Lauda pun mengakhiri balapan di posisi empat.
Diberitakan, tudung kepala Lauda bersimbah darah setelah memaksakan dirinya membalap dengan menahan rasa sakitnya.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Formula 1 lainnya:
Haas: Dominasi dan Uang Mercedes Membunuh Formula 1