- Induk cabor akuatik dunia, FINA, resmi melarang keikutsertaan atlet transgender pria-menjadi-perempuan dalam kompetisi bergengsi putri.
- Gebrakan ini mendorong World Athletics untuk turut meninjau regulasi mereka.
- IOC telah mengeluarkan "kerangka kerja" sebagai acuan bagi federasi-federasi olahraga untuk melakukan peninjauan.
SKOR.id - Minggu (19/6/2022) menjadi hari bersejarah bagi dunia olahraga akuatik.
Induk cabor olahraga akuatik dunia, FINA, resmi melarang keikutsertaan atlet transgender pria-menjadi-perempuan dalam kompetisi bergengsi kategori putri.
Namun, FINA akan membentuk gugus kerja untuk merumuskan kategori "terbuka" yang bisa diikuti oleh kalangan transgender di sejumlah ajang sebagai bagian dari kebijakan anyar.
Otoritas atletik dunia, World Athletics, pada Senin (20/6/2022) menyatakan akan mengikuti jejak FINA untuk melakukan peninjauan ulang pada regulasi mereka.
Presiden World Athletics, Sebastian Coe, menyatakan bahwa dewan lembaganya akan membahas wacana regulasi serupa pada akhir tahun ini.
Sebastian Coe juga memuji langkah tegas FINA meskipun hal itu menjadi sasaran kritik kalangan pegiat hak transgender.
"Kami melihat sebuah federasi olahraga internasional memantapkan kemampuan mereka dalam menciptakan aturan, regulasi, dan kebijakan yang terbaik untuk kepentingan olahraga," ujar Coe, dilansir dari Antara.
"Begitulah seharusnya. Kita harus selalu percaya bahwa aspek biologis di atas gender dan akan terus meninjau regulasi kami sejalan dengan semangat itu. Kami akan mengikuti arahan sains."
"Kami terus melanjutkan studi, penelitian, dan berkontribusi untuk menambah bukti yang sudah banyak bahwa testosteron berperan besar dalam menentukan performa, dan telah menjadwalkan diskusi tentang peraturan kami dengan para anggota dewan di akhir tahun," tuturnya.
IOC sendiri telah mengeluarkan "kerangka kerja" sebagai acuan untuk melakukan peninjauan untuk masalah ini.
Mereka juga memberikan wewenang keputusan akhir kelayakan penampilan atlet transgender ke masing-masing federasi olahraga.
Salah satu poin yang ditekankan oleh IOC adalah bahwa "sampai terbukti sebaliknya, atlet tidak boleh dianggap memiliki keuntungan kompetitif yang tidak adil atau tidak proporsional karena variasi jenis kelamin mereka, penampilan fisik, dan/atau status transgender."
Dalam kebijakan baru mereka, FINA mencantumkan bahwa perenang transgender pria-menjadi-perempuan hanya diizinkan mengikuti nomor putri apabila "mereka bisa membuktikan dan memenuhi kepuasan FINA bahwa yang bersangkutan tidak pernah merasakan pubertas pria melampaui Tanner Stage 2 atau sebelum usia 12 tahun, mana pun yang lebih belakangan."
Berita renang lainnya:
Perenang Artistik Tercantik Ini Hidup Dalam Ketegangan
Jena Sims Kejar Impian Menjadi Model Baju Renang SI
Cristiano Ronaldo Minta Kolam Renang Manchester United Diperbaiki karena Ketinggalan Zaman