- Amaiya Zafar mencetak sejarah sebagai petinju wanita berhijab pertama yang tampil di pertarungan resmi Amerika Serikat.
- Kisahnya didiskualifikasi dari pertandingan tinju karena mengenakan hijab pada medio 2016 sempat menggemparkan dunia.
- Berkat perjuangannya, kini petinju wanita berhijab sudah bisa mengikuti kompetisi profesional di Amerika Serikat.
SKOR.id - Perjuangan Amaiya Zafar agar petinju wanita boleh bertanding dengan menggunakan hijan di laga profesional berbuah manis.
Dari deretan atlet muslim Amerika Serikat, nama Amaiya Zafar tergolong istimewa. Tak hanya dikenal karena prestasinya, ia juga tersohor karena keberaniannya.
Amaiya Zafar merupakan salah satu figur yang memperjuangkan diperbolehkannya penggunaan hijab di atas ring tinju.
Namun, perjuangannya sama sekali tidak mudah. Jalan berliku harus dilalui sebelum impiannya tersebut terwujud.
Awal mula perkenalan dengan tinju
Zafar mulai berkenalan dengan olahraga beladiri tersebut pada usia 13 tahun. Awalnya, sang ayah menyarankannya belajar anggar.
Namun, Zafar mengaku lebih menyenangi tinju. Ayahnya pun mendukung minat putrinya tersebut dengan mengajak ke sasana tinju.
"Saya mulai dengan menonton video. Ayah saya lalu mengajak saya mengunjungi ring tinju dan di situ saya merasa jatuh cinta," ujar Zafar dilansir dari People.
"Tinju sungguh-sungguh menemani saya tumbuh. Saya banyak menghabiskan waktu di gym."
Momen titik balik
Pada 2016, nama Zafar menggemparkan dunia. Kala itu, November, dirinya mengikuti kejuaraan nasional di Amerika Serikat.
Akan tetapi, impian Zafar untuk meraih gelar juara runtuh setelah panitia pertandingan menjatuhinya sanksi diskualifikasi.
Ia dianggap membahayakan diri sendiri dan lawannya dengan mengenakan hijab, baju lengan panjang, dan celana panjang.
Merasa simpati dengan perlakuan tidak adil yang diterima Zafar, lawannya lantas memberikan sabuk juara kepadanya.
A Sixteen-year-old Muslim girl, Amaiya Zafar wasn’t allowed to Boxing National Championships in a hijab in Kissimmee, she from Oakdale, USA. pic.twitter.com/WIPtnUrjpW— Mujeeb ur Rahman (@Mujeeb_UrRahman) November 23, 2016
"Itu adalah momen yang tak pernah saya lupakan. Saya menangis histeris karena tidak pernah merasakan solidaritas semacam itu," ujarnya.
"Sepanjang tahun itu, saya selalu diledek bahwa saya tidak bisa bermain seperti ini (memakai hijab)."
"Tapi saya benar-benar tidak pernah berpikir bakal didiskualifikasi karena pakaian saya," ia menambahkan.
Hijab sebagai identitas diri
Sejak kejadian November 2016, polemik soal penggunaan hijab di ring tinju makin memanas.
Puncaknya adalah pada 2017, ketika federasi tinju Amerika Serikat memberi izin bagi para atlet muslim untuk bertanding mengenakan hijab demi alasan agama.
Pada Februari 2019, federasi tinju internasional menerapkan keputusan yang sama. Mereka menghapus larangan untuk petinju wanita bertanding memakai hijab.
"Sebagai wanita muslim, saya mengenakan hijab karena ini merepresentasikan identitas saya," tutur Zafar.
"Orang-orang selalu berkata kepada saya bahwa tidak akan ada yang berubah dan saya sedang membuang waktu saya."
"Tapi pelatih saya berkata kepada saya, ini hanya butuh satu. Kalau kamu hanya menginginkannya, tetaplah berjuang, karena ini hanya butuh satu," ujarnya.
Lihat postingan ini di Instagram
Setelah dihapuskannya aturan diskriminatif tersebut, prestasi Zafar makin tak terbendung.
Ia menyabet gelar juara flyweight wanita pada Kejuaraan Tinju Nasional Sugar Bert dan Kejuaraan Dunia Ringside pada 2018.
"Jangan biarkan orang-orang mengatur hidupmu. Kalau Anda yakin bahwa Anda benar, akan ada perubahan yang terjadi."
"Selama Anda hanya berfokus untuk mengerjakan apa yang Anda inginkan, Anda akan baik-baik saja," tuturnya memungkasi.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Lihat postingan ini di Instagram
Cerita Ramadan lainnya:
CERITA RAMADAN: Cheikhou Kouyate pun Menaruh Asma Allah di Mobilnya
CERITA RAMADAN: Hazar Abufazl, Pelopor Sepak Bola Wanita di Afghanistan
CERITA RAMADAN: Hamza Choudhury, Tidak Lupa Baca Ayat Kursi dan Dukung Midnight Ramadan