- ONE Championship saat ini dikenal sebagai salah satu ajang seni bela diri campuran (mixed martial arts/MMA) paling banyak ditonton di dunia.
- CEO ONE Championship, Chatri Sityodtong, jelas menjadi sosok paling bertanggung jawab atas kesuksesan yang diraih ajang tersebut.
- Sebelum sukses seperti ini, Chatri Sitoydtong ternyata harus melalui perjalanan hidup berat nan berliku.
SKOR.id - Saat ini, ONE Championship menjadi salah satu ajang seni bela diri campuran (mixed martial arts/MMA) yang berkembang paling pesat di dunia.
Berdasarkan data Tubular Labs, ONE Championship dinobatkan sebagai ajang olahraga dengan penonton lintas platform terbanyak keempat di dunia untuk periode 2019.
ONE Championship juga tercatat sebagai brand olahraga yang memiliki tingkat engagement terbesar kedelapan di laman Facebook pada semester pertama 2020.
CEO ONE Championship, Chatri Sityodtong, jelas menjadi sosok penting di balik pencapaian impresif yang dicapai ajang tersebut. Lalu, siapakah Chatri Sityodtong itu?
Sebelum dikenal sebagai CEO sekaligus founder ONE Championship, Chatri Sityodtong sempat mengalami berbagai rintangan berat dalam kehidupannya.
Pria asal Thailand ini mengaku terbiasa menjalani hidup serba berkecukupan semenjak kecil hingga remaja. Namun, semua itu berubah pada 1998.
Krisis finansial yang menerpa Asia pada saat itu membuat bisnis ayah Chatri bangkrut. Pada masa sulit itu, sang ayah justru menelantarkannya bersama sang ibu.
Chatri menggambarkan bahwa kisah hidupnya penuh dengan pengorbanan dan kesusahan, tetapi ia bersyukur karena hal itu juga yang menjadi dorongan utamanya untuk sukses.
Menggunakan sisa dana simpanan yang ada, sang ibu mendorong Chatri melanjutkan pendidikan di Universitas Harvard dengan harapan mendapat masa depan yang lebih baik.
Melihat kondisi keluarga yang serba terbatas, Chatri sempat bimbang dalam menanggapi pesan sang ibu karena hal ini seperti perjudian besar.
Apalagi biaya kuliah di Universitas Harvard dan bertahan hidup di Amerika Serikat (AS) tidaklah murah. Padahal, tabungan keluarganya kian menipis.
Berdasarkan perhitungannya, Chatri memperkirakan butuh 4 dolar AS per hari untuk bertahan hidup di sana. Hal ini memaksanya untuk berpikir keras.
“Angka 4 dolar AS tersebut telah tertanam dalam otak saya selamanya,” tutur pria 49 tahun tersebut tersebut.
Sebagai upaya membiayai kuliah dan bertahan hidup, Chatri pun mengajar seni bela diri di kampus. Ia kemudian menjadi pendiri organisasi Muay Thai bagi mahasiswa di sana.
Chatri memang menyukai Muay Thai sejak usia belia. Rasa cinta itu muncul saat ia diajak sang ayah ke Lumpinee Stadium, tempat legendaris bagi para penikmat Muay Thai.
Tempat tersebut merupakan kiblat bagi para petarung Muay Thai dan kejuaraan yang digelar di sana merupakan salah satu yang paling bergengsi di dunia.
Beranjak remaja, Chatri kemudian menimba ilmu di Sityodtong Gym yang menjadi sasana Muay Thai terbaik di Thailand pada saat itu.
Berkat pelajaran serta kedekatan batin yang didapatkannya dari tempat itu, ia pun memutuskan menyematkan Sityodtong sebagai nama belakangnya.
Sebagai informasi Skorer, menyematkan nama sasana di belakang merupakan hal yang jamak dilakukan petarung Muay Thai di Thailand. Stamp Fairtex salah satu contohnya.
Setelah lulus dari Universitas Harvard, Chatri Sityodtong mengaku ditawari berbagai tawaran pekerjaan dengan gaji tinggi.
Tak lama setelah terjun di dunia kerja, kariernya di industri finansial makin gemilang. Ia pun menjadi seorang pengelola dana investasi (Hedge Fund Manager).
Tak tanggung-tanggung aset yang dikelola Chatri saat itu sudah bernilai ratusan juta dolar AS. Terlepas dari itu semua, ia ternyata masih merasa ada kekosongan dalam jiwanya.
“Saya ‘sukses’, tetapi merasa ada kekosongan dalam diri dan hal itu membuat saya tak bisa tidur dan berpikir," ujarnya.
"Pada akhirnya saya memutuskan untuk pensiun sebagai Hedge Fund Manager dan menjadikan seni bela diri diri sebagai jalan hidup saya.”
Pada 2011, Chatri pun memutuskan untuk menggelar sebuah kompetisi MMA yang diberi nama ONE Championship. Event pertama ajang tersebut digelar di Singapura.
Menurutnya, awal mula perjalanan ONE Championship penuh dengan situasi sulit karena banyaknya keraguan dari berbagai pihak.
Kini, setelah sembilan tahun berlalu, ONE Championship telah menjelma menjadi salah satu organisasi olahraga terbesar di dunia.
Perjalanan hidup Chatri Sityodtong tersebut dapat Skorer ikuti dalam video berikut ini.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita ONE Championship Lainnya:
Hasil ONE: Reign of Dynasties, Eko Roni Saputra Menang Cepat Berkat Kuncian Bahu
ONE Championship Masuk Top 10 Brand Olahraga Paling Interaktif di Facebook