- Sebuah studi memperlihatkan sepak bola menjadi semakin mudah diprediksi.
- Ada ketidaksetaraan yang lebih besar antara tim-tim dan antara liga-liga di berbagai negara.
- Permainan sepak bola yang indah berisiko kehilangan popularitas.
SKOR.id - Ketika 12 klub terbaik di Eropa mengumumkan pembentukan Liga Super Eropa pada April lalu, mereka berargumen, antara lain, bahwa generasi baru tidak lagi tertarik pada sepak bola dan bahwa diperlukan kompetisi yang lebih menarik.
"Anak muda lebih suka menghibur diri dengan cara lain. Sepak bola, seperti kehidupan dan manusia, harus beradaptasi dengan zaman yang kita jalani. Tercatat 40% anak muda berusia 16-20 tahun tidak lagi tertarik dengan olahraga ini," itu dipastikan oleh presiden Real Madrid dalam sebuah wawancara di El Chiringuito.
Tetapi terlepas dari spekulasi Florentino Pérez dan penggagas Liga Super yang gagal, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Royal Society - perkumpulan ilmiah nasional tertua di dunia dan organisasi nasional terkemuka untuk promosi penelitian ilmiah di Inggris - memberikan jawaban mengapa sepak bola semakin tidak menarik.
Dan, itu bukan karena tidak ada cukup pertemuan antara Barcelona dan Real Madrid.
Alasannya justru sebaliknya: ada monetisasi - perputaran uang - olahraga yang berlebihan, tim menjadi semakin tidak seimbang dan keunggulan tim tuan rumah terus berkurang.
Untuk melakukan penelitian tersebut, para peneliti mengandalkan catatan sejarah 11 liga besar Eropa dengan menganalisa hasil selama 26 tahun terakhir.
Dengan demikian, mereka mampu menganalisis variabel seperti jumlah kemenangan yang diraih klub terkaya selama bertahun-tahun.
"Ketika menganalisis prediktabilitas liga yang berbeda, kami mengamati prediktabilitas telah meningkat untuk liga terkaya di Eropa, sedangkan set yang indikatornya memburuk terutama terdiri dari liga perifer," jelas sang pembuat studi.
Faktor lain yang mempengaruhi hilangnya minat fans sepak bola terkait dengan kemenangan kandang. Semisal, selalu sulit bagi Granada untuk mengalahkan Real Madrid di Los Cármenes, tetapi sekarang jauh lebih sulit dibandingkan 26 tahun yang lalu.
Kendati jelas bahwa keuntungan bermain di kandang tetap ada, tapi penelitian menunjukkan bahwa hal itu telah menurun dari waktu ke waktu untuk semua liga yang diteliti.
Untuk menghitungnya, para peneliti telah menggunakan jumlah poin yang diperoleh oleh tim lokal setiap musimnya.
Ada faktor lain yang tidak berubah dari waktu ke waktu tetapi itu juga dapat mempengaruhi citra sepakbola. Satu contohnya, peningkatan jumlah pemain asing mengurangi efek teritorial dan rasa memiliki.
Selain itu, karena perjalanan menjadi lebih mudah, lebih sedikit orang yang mendukung tim mereka di stadion kandang daripada di stadion tandang, yang memengaruhi kemenangan kandang masing-masing klub.
Apa yang tidak mengejutkan — dan semakin jelas — adalah bahwa tim yang lebih kaya jauh lebih mungkin untuk menang, dan tidak masalah di mana mereka bermain.***
Berita Bola Internasional Lainnya:
Presiden UEFA Aleksander Ceferin Bersedia Bertemu dengan Tiga Pemberontak Liga Super Eropa
UEFA Kalah, Barcelona, Juventus, dan Real Madrid Bisa Lanjutkan Liga Super Eropa
Sindir Sepak Bola, Jorge Lorenzo Ingin Buat Liga Super Eropa versi MotoGP