- Winger Madura United, Haris Tuharea menceritakan perjalanan kariernya sebelum menjadi pesepak bola profesional.
- Haris Tuharea mengaku harus naik-turun gunung bersama teman-temannya untuk sekadar berlatih.
- Kerja kerasnya terbayar lunas saat Haris Tuharea lolos seleksi Sociedad Anonima Deportiva (SAD) Indonesia yang kemudian berlatih di Uruguay.
SKOR.id – Pemain sayap Madura United, Haris Tuharea bercerita mengenai perjalanan terjalnya sebelum jadi pemain sepak bola termasuk sampai berlatih di Uruguay.
Haris Tuharea lahir di Kecamatan Tenga, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara.
Daerah asalnya bukanlah sebuah kota besar, sehingga fasilitas olahraga di kampung halaman Haris jauh dari kata layak.
Sejak masih bocah, Haris sangat mencintai sepak bola. Sayang, dia tidak pernah masuk ke sekolah sepak bola (SSB).
Pada masa kecilnya, Haris dan teman-temannya hanya bermain berpindah-pindah dari satu lapangan ke lapangan lain.
Pemain yang kini berusia 27 tahun tersebut bercerita untuk sekadar berlatih, dia harus naik ke atas gunung dengan berjalan kaki atau lari.
Hal tersebut Haris lakukan karena tidak ada satupun kendaraan dari pemukiman warga di dataran rendah ke dataran tinggi.
"Lapangan di desa saya itu di gunung. Jadi kalau mau main bola, harus punya tenaga ekstra. Dulu, tidak ada kendaraan dari bawah ke atas,” ucap Haris.
Usaha Haris pada akhirnya tidak sia-sia. Haris lolos saat mengikuti seleksi Sociedad Anonima Deportiva (SAD) Indonesia angkatan 2011.
Atas kesempatan ini, Haris pun terbang ke Uruguay bersama SAD Indonesia untuk berlatih di sana selama dua tahun lamanya.
SAD Indonesia generasi 2011 diisi pemain-pemain berbakat yang saat ini tersebar di berbagai klub Liga 1.
Selain Haris, SAD Indonesia angkatan 2011 dihuni pemain yang sering dipanggil timnas Indonesia seperti kiper Teja Paku Alam, Ryuji Utomo, dan Manahati Lestusen.
Menurut Haris, pengalamannya di SAD Indonesia merupakan salah satu masa-masa tersulitnya dalam meniti karier. Sebab, Haris harus berpuasa dan berlebaran jauh dari keluarga.
Apalagi saat Hari Raya Idulfitri, Haris dan kawan-kawan kesulitan menemukan Masjid dan terpaksa Salat Ied di Kedutaan Mesir.
"Teman-teman yang lain sampai menangis karena ingat keluarga. Habis salat Ied, kami hanya pulang ke asrama, itu saja," tuturnya.
"Kondisi tidak seperti di Indonesia yang meriah saat lebaran," ucap Haris Tuharea menggenang.
Kerja keras dan pengorbanan Haris Tuharea kini telah terbayar tuntas karena dia telah menjadikan hobinya sebagai sebuah pekerjaan.
(*/Braja Rafi Rakasiwi)
Lihat postingan ini di Instagram
Berita Liga 1 lainnya:
Hasil Persik vs Persita: Diwarnai Kartu Merah, Macan Putih Amankan Poin Penuh
Persebaya vs Barito Putera: Prediksi dan Link Live Streaming
PSS Sleman Tunggu Satu Konfirmasi Terakhir untuk Kasus Dokter Palsu Mereka