- Pada pertengahan 1980-an, timnas Indonesia memiliki pemain asli Pulau Buru, Maluku.
- Pemain timnas Indonesia ini adalah Elly Idris yang merupakan winger bertenaga kuda.
- Perjuangan Elly Idris menjadi pesepak bola nasional tak mudah bahkan dia sempat satu kapal dengan eks-tapol PKI dari Pulau Buru.
SKOR.id - Elly Idris adalah sosok eks-pesepak bola timnas Indonesia yang unik dan banyak cerita seru dari kariernya termasuk soal "kebersamaan" dengan eks-tapol PKI.
Pada Senin (23/11/2020), Skor.id menyambangi kediamannya yang asri di Ciputat, Tangerang Selatan.
Elly Idris pada momen ini banyak bercerita soal karier sepak bolanya yang dimulai sejak akhir 1970-an.
Lelaki yang kini melatih dan jadi Direktur Teknik SSB Pelita Jaya ini memiliki cerita seru awal kariernya menuju Jakarta.
"Saat saya masih baru lulus SMP lalu sekolah level SMA, saya setiap sore bermain sepak bola tanpa alas kaki di kampung saya di Pulau Buru," kata Elly Idris.
"Ketika jelang sore suatu hari saat saya main, ada satu dokter asal Jakarta yang melihat," ucapnya.
"Dokter ini lalu bertanya ke orang-orang sekitar, siapa saya? Akhirnya, ayah angkat sayapun bertemu dengan dokter ini."
Ayah angkat Elly Idris lalu mengatakan kepadanya soal tawaran sang dokter yang bernama Zulkifli Amin itu.
Menurut Elly, dr Zulkifli Amin ingin membawanya ke Jakarta agar bakat sepak bolaya terasah dan sang ayah angkat memberikan pilihan keputusan kepadanya.
"Tanpa pikir panjang, saya pun mengatakan mau saja. Meski ini hal yang baru dan menantang, saya teringat dua senior saya," kata Elly Idris.
"Dua pemain di atas saya asal Pulau Buru, Salim Alaydrus dan Baco Ivakdalam lebih dulu ke Jakarta dan jadi pesepak bola, saat itu."
"Mereka yang memotivasi saya menerima tawaran ini. Apalagi, Salim masuk timnas Indonesia dan berlatih di Brasil," ujarnya.
Akhirnya, Elly Idris pun meninggalkan Pulau Buru dengan menaiki kapal menuju Jakarta.
Selama sepekan lebih, Elly Idris berada di kapal itu melakoni perjalanan dari Pulau Buru menuju Jakarta.
"Saat itu, saya satu-satunya orang sipil yang bukan eks-tapol PKI yang baru dibebaskan dari Pulau Buru," ujar Elly Idris berkisah.
"Di kapal itu, selain eks-tapol PKI asal Pulau Buru cuma ada petugas saja. Saya satu-satunya warga sipil yang bukan eks-tapol PKI."
"Selama di kapal, saya hanya duduk dan tidur saja. Kapal itu penuh sekali, jadi aktivitas lainnya pun terbatas," ucapnya.
Sesampai di Jakarta, Elly Idris tinggal di rumah dr Zulkifli Amin di daerah Cempaa Putih, Jakarta Pusat.
Dia lalu didaftarkan ke tim junior PS Jayakarta, klub anggota Galatama. Kala itu, PS Jayakarta termasuk tim elite dari kompetisi semi-pro itu.
Sekitar 10 bulan berlatih, Elly Idris naik level ke tim senior PS Jayakarta dan jadi bagian klub itu menembus posisi dua Galatama musim 1980-1982.
Kemudian, dia pindah ke Yanita Utama dan membawa klub yang bermarkas di Bogor ini menjuarai Galatama 1983-1984 dan 1984.
Yanita Utama bubar, Elly Idris gabung Kramayudha Tiga Berlian dan menjuarai kompetisi semi-pro pertama Indonesia ini untuk musim 1985 serta 1986-1987.
Meninggalkan Kramayudha Tiga Berlian, Elly Idris gabung Pelita Jaya dan jadi jawara Galatama edisi 1988-1989 serta 1990.
Bersama timnas Indonesia, Elly Idris menjadikan skuad Garuda menempati posisi empat besar Asian Games 1986.
Elly Idris terakhir membela timnas Indonesia pada SEA Games 1993 asuhan Ivan Toplak.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Timnas Indonesia Lainnya:
Timnas Indonesia Gagal Lolos ke Piala Asia 1984, Penyebabnya Setengah Matang
Kabar Terkini Agusman Riyadi, Pencetak Gol Tercepat Timnas Indonesia pada Detik ke-16