- Pada 11 tahun silam, PT PBB yang menjadi pengelola Persib Bandung resmi berdiri.
- PT PBB adalah pengelola Persib Bandung sejak 2009 dengan cara modern.
- Persib Bandung adalah salah satu klub besar eks-Perserikatan yang cukup punya banyak basis pendukung.
SKOR.id - Rabu, 22 Juli 2009, suasana Pendopo Kota Bandung tidak seperti biasanya. Persib Bandung pun menjadi "penyebab" hal tak biasa itu.
Pada 11 tahun silam, Pendopo Kota Bandung sebagai rumah dinasnya wali kota tidak lagi sepi.
Satu per satu kendaraan roda empat dan sesekali roda dua hilir mudik memasuki pendopo.
Mereka yang datang mulai dari birokrat, pengurus Persib Bandung sampai pemimpin klub-klub amatir anggota Persib plus sejumlah awak media.
Semua yang datang tidak terasa sudah berkumpul sebelum akhirnya bergabung bersama di ruang Arab Pendopo, yang merupakan tempat rapat walikota dan bisa menampung banyak tamu.
Kedatangan para tamu itu memang atas undangan Dada Rosada selaku Wali Kota Bandung sekaligus Ketua Umum Persib ketika itu.
Mereka diundang dalam rangka membahas kelangsungan masa depan Persib Bandung.
Sebab saat itu, pengelola Persib menghadapi situasi sulit pasca-diturunkannya Permendagri era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pada momen inilah, cikal bakal lahirnya PT PBB atau PT Persib Bandung Bermartabat. Ini adalah lembaga legal bagi keberadaan Persib dalam memasuki era profesional.
Berawal di Pendopo Kota Bandung itulah, PT PBB dibentuk untuk menjalankan anjuran operator kompetisi kala itu, PT Liga Indonesia (PT LI).
PT LI meminta kepada klub-klub peserta kompetisi pro Tanah Air untuk menjadi sebuah klub profesional yang berbadan hukum.
Anjuran PT LI itu mengacu kepada aturan yang diterapkan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
AFC mengatur jika 2008 sebagai batas terakhir bagi peserta Liga Indonesia agar klub pesertanya telah memiliki legalitas yang jelas.
PT PBB terbentuk semasa Wali Kota Bandung Dada Rosada sekaligus sebagai Ketua Umum Persib kala itu dan disaksikan 31 anggota Persib.
Selain Dada Rosada, bebarapa nama yang tercatat sebagai saksi berdirinya PT PBB. Mereka antara lain: Zaenuri Hasyim, Wahyu Hamijaya, Yoyo S Adireja, dan Chandra Solehan.
Lalu ada, Edi Djoekardi, Iwan D Hanafi, Kuswara S Taryono, dan Umuh Muchtar.
Sementara itu, Dada bertindak sebagai Ketua Badan Pengelola (Bapola) Persib seiring keluarnya aturan yang tidak membolehkan birokrat masuk jajaran kepengurusan klub sepak bola profesional.
Pada saat itu, Dada memberi garansi bahwa pembentukan PT PBB tidak main-main.
Pendirian PT PBB telah dilengkapi dengan berbagai persyaratan berupa modal awal sebesar Rp10 miliiar plus enam sektor yang siap menopang pendanaan Persib.
Dari sana, Dada pun menunjuk Umuh Muchtar sebagai Direktur Utama PT PBB sebagai pengelola anyar Maung Bandung.
Pada Indonesia Super League 2009-2010, Persib secara resmi menjadi sebuah klub yang telah berbadan hukum.
Maung Bandung pun siap mengikuti Indonesia Super League (ISL) dengan legalitas jelas mereka.
Umuh berdampingan dengan Iwan D Hanafi sebagai komisaris utama) dan Kuswara yang menduduki komisaris I.
Keabsahan PT PBB atau legal aspeknya langsung diproses di kantor notaris Jalan Pungkur untuk dilaporkan kepada PT LI sebagai pemenuhan syarat Persib mengikuti kompetisi.
"Penunjukan berdasarkan hasil rapat seluruh pengurus sebagai tindak lanjut pendirian PT PBB yang telah kami bentuk sebelumnya," ujar Dada Rosada pada 11 tahun silam.
"Saya sebagai Ketua Bapola berhak untuk melaksanakan amanah ini sebagai jaminan bahwa Persib akan mengikuti kompetisi yang akan datang, tidak boleh tidak," tegasnya.
Mengenai dana secara keseluruhannya yang dibutuhkan, kata Dada, sudah diperhitungkan dan sudah ada serta diserahkan semuanya kepada PT PBB sebagai pengelola.
Artikel Selengkapnya: https://t.co/FNSB5ABRKF— SKOR Indonesia (@skorindonesia) July 21, 2020
"Semua kegiatan Persib dari mulai pembentukan tim, penunjukan pemain atau pelatih, sampai mengelola sumber keuangannya jadi tugas mereka," ujar Dada.
"Saya sebagai Ketua Bapola sekaligus wali kota berharap siapa saja yang telah ditunjuk untuk proaktif satu sama lainnya."
"Mereka bergerak cepat sampai September (2009) saat kami mendaftar ke PT LI," ucap Dada menambahkan.
Namun, posisi Dada masih 50 persen sebagai Ketua Bapola Persib. Karena itu, begitu PT PBB sudah sah dan tercatat di kantor hukum otomatis nama Dada sebagai pengelola hilang.
Lelaki kelahiran Ciparay, Kabupaten Bandung itu tak ada lagi sangkut pautnya dengan Persib hingga sekarang.
“Tetapi sebagai walikota, saya tetap akan berada di belakang Persib. Saya tetap membantu Persib dan bidang olahraga lainnya," ucap Dada setelah selesai mengantarkan Persib jadi klub profesional.
Di sisi lain, Umuh Muchtar mengaku, bahwa amanah yang diterimanya itu sebagai tantangan yang cukup berat.
Namun, dia berjanji akan berupaya maksimal untuk membangun Persib dengan suasana dan kinerja yang berbeda dari sebelumnya.
"Intinya, ini tugas dan pekerjaan saya yang cukup berat. Tetapi, saya tetap punya komitmen bahwa setelah kami susun PT PBB ini, kinerja Persib diharuskan menjadi klub yang profesional akan berjalan efektif," ujar Umuh.
"Saya berterima kasih kepada wali kota yang telah memberikan kepercayaan ini. Saya harap tugas ini menjadikan kami bersama bisa membangun Persib dengan baik."
"Apa yang diamanatkan walikota untuk segera bergerak cepat membentuk PT akan saya laksanakan termasuk program-programnya," kata Umuh kala itu.
Setelah terbentuk sebagai klub yang berstatus perseroan terbatas (PT), PT PBB mencoba untuk mandiri melalui penjualan saham atau go public.
Hal ini dilakukan dalam mengantisipasi dihentikannya bantuan dana APBD kepada Persib yang sudah berbentuk badan hukum.
Lalu, Pemerintah Kota Bandung waktu itu pun meragukan peran dari para legislator dalam hal ini DPRD.
Kata Dada, DPRD Kota Bandung tidak memungkinkan lagi mengalokasikan anggaran bagi Persib dalam bentuk bantuan sosial maupun dana hibah.
Karena itu, satu-satunya cara yang efektif adalah penyertaan modal dari beberapa perusahaan daerah.
Namun, itu juga dirasakan tidak akan menutup pembiayaan Persib dalam berkompetisi selama semusim dengan anggaran maksimal Rp25 miliar.
Dengan cara menjual saham atau go public pun ternyata tidak sesuai yang diharapkan.
Karena, ada beberapa faktor yang menyulitkan dalam melakukan penjualan saham tersebut.
Tidak diperbolehkannya klub sepak bola pro menggunakan anggaran pemerintah sudah diatur di dalam Peraturan Pemerintah Dalam Negeri (Permendagri) No.1 tahun 2011.
Itu merupakan revisi Permendagri No.13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dimana mulai saat itu.
Kemudian, klub-klub sepak bola profesional tidak boleh lagi menggunakan anggaran dari dana APBD.
Praktis memasuki musim kompetisi ISL 2010-2011, Persib mulai kesulitan mencari dana untuk berkompetisi.
Sambil mempersiapkan tim, manajemen PT PBB mencoba menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan.
Tak hanya itu, Persib menerbitkan Persib Card untuk para bobotoh dimana hasilnya diharapkan bisa membantu pendanaan Persib.
Sayang, cara ini pun tidak berjalan efektif karena jauh dari target kebutuhan dana yang dibutuhkan.
Dalam situasi yang serba kesulitan, PT PBB yang nyaris frustrasi akhirnya memaksa Wakil Gubernur Jawa Barat kala itu, Dede Yusuf untuk turun tangan.
Berkat petunjuk dan arahan Dede Yusuf, PT PBB akhirnya menemukan sponsor bagi kelangsungan Persib.
Pertemuan demi pertemuan dilakukan hingga melahirkan kesepakatan, PT PBB akhirnya berpartner dengan investor yang pas.
Sejak masuknya sponsor baru, Persib yang semula redup dan pesimistis akhirnya kembali bergairah.
Glenn Sugita, yang saat ini masih tetap sebagai investor Persib, datang menjadi bagian penting pendanaan Persib.
Sejak dipimpin Glenn Sugita, semua ditata dan dibenahi demi menjadikan Persib sebuah perusahaan dengan pengelolaan bagus dan itu benar-benar dibuktikan.
Penataan setiap bidang diarahkan dengan personil sesuai job description masing-masing.
Pengaturan aliran uang baik untuk gaji karyawan maupun kontrak pemain tertata rapi dan realistis.
Dari sini, beberapa sponsor mulai berdatangan. Dengan kondisi tersebut, Persib tak lagi khawatir akan kesulitan pendanaan.
Beberapa sponsor yang masuk karena Persib sudah dibidani tangan-tangan profesional. Jumlah sponsor yang bergabung dari musim ke musim terus mengalami penambahan.
Pada era manajemen profesional itulah nama Persib semakin dikenal. Apa yang telah dilakukan Glenn dalam mengelola PT PBB berbuah pujian dan apresiasi dari PT LI.
Bahkan, sepak terjang PT PBB pun dikisahkan dalam sebuah buku berjudul Persib Bandung Menuju Klub Indonesia Modern.
"Saya tergerak mengelola Persib karena besar di Bandung dan di lingkungan olahraga,” ucap Glenn seperti ditulis di dalam buku tersebut.
"Jadi, saya berpikir kenapa tidak coba membantu Persib yang sedang kesulitan saat itu," tuturnya.
Sejak dikelola tangan-tangan profesional, Maung Bandung pun bermarkas di gedung megah bernama Graha Persib di Jalan Sulanjana 17, Kota Bandung.
Ini seolah menjadi jati diri Persib sebagai sebuah perusahaan profesional dengan aktivitas industri olahraga.
"Kami dari awal menargetkan untuk bisa berdikari tanpa suntikan pemegag saham pada akhir tahun kelima,” kata Glenn memaparkan dalam buku tersebut.
"Alhamdulilah pada tahun kelima sejak berdirinya PT PBB, para pemegang saham tidak perlu injeksi dana lagi."
Menurut Glenn, defisit atau kerugian pada tahun pertama yang cukup besar berhasil berkurang masuk tahun kedua dan seterusnya.
"Sehingga, PT PBB pada tahun kelima bisa break-even point bahkan ada sedikit cash flow," ujar Glenn.
"Yang kami kejar adalah pendapatan, inilah kunci suksesnya. Tetapi, kami sadar dari sejak awal bahwa menjadi klub profesional tidaklah mudah."
"Semua harus dilakukan secara perlahan, semua itu membutuhkan proses yang panjang dan sekarang pun kami masih terus belajar," tutur Glenn.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia
Berita Persib Lainnya:
Eks-striker Persib Masih Bermimpi Perkuat Persija dalam Kompetisi
Persib Belum Gelar Latihan Bersama, Supardi Pilih Main Futsal