- Sriwijaya FC juara Indonesia Super League 2011-2012 dalam kondisi keuangan tidak ideal.
- Pelatih Sriwijaya FC, Kas Hartadi, menjadi kunci sukses di balik kondisi tidak ideal tim.
- Sayangnya, Sriwijaya FC tak mewakili Indonesia di pantas Asia karena yang diakui adalah IPL.
SKOR.id - Tim juara kompetisi biasanya dihuni tim bertabur bintang dengan keuangan mapan. Namun hal itu tidak berlaku bagi Sriwijaya FC.
Sejarah tidak bisa menepis sosok Kas Hartadi yang menjadi bagian penting mengantarkan Sriwijaya FC (SFC) merebut trofi Liga Indonesia 2011-2012.
Kas Hartadi awalnya menjadi asisten pelatih Ivan Venkov Kolev, pelatih kepala SFC, musim 2010-2011. Namun sebelum musim 2011/2012 digelar, Kolev dilepas.
Kas lalu ditemani asisten pelatih Keith Kayamba Gumbs yang merangkap sebagai pemain. Kas lantas mencari 14 pemain baru menggantikan pemain yang diputus kontrak.
Baca Juga: Sriwijaya FC Tunggu Arahan PSSI soal Gaji untuk April-Juni 2020
Bersama duo K (Kas Hartadi dan Keith Kayamba Gumbs) SFC merintis perjuangan melewati laga demi laga, dan akhirnya SFC juara.
Kepastian juara musim 2011/2012 diraih setelah menang menghadapi Persela Lamongan dengan skor 3-0 di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang.
Kemenangan atas Persela membuat SFC mengoleksi total 73 poin. Ketika itu masih tersisa empat laga lagi, namu poin SFC tidak mampu dikejar tim lainnya.
Termasuk juga pesaing terdekat SFC, Persipura tertinggal. Tak hanya menjadi juara ISL musim 2011/2012, SFC juga memenangi laga perang bintang.
Kas Hartadi mengatakan, masa-masa itu memang indah. Ia mengungkapkan rahasia bagaimana SFC bisa menjadi juara.
"Yang paling utama adalah suasana kekeluargaan dengan pemain, baik di luar dan dalam lapangan," kata Kas kepada Skor.id pada Minggu (12/4/2020).
Selain itu, materi pemain SFC juga menunjang untuk mengantarkan SFC juara. Kekompakan tim juga menjadi kunci SFC saat itu.
"Memadukan tim itu memang tidak instan dan tidak gampang. Sedikitnya butuh waktu dua tahun untuk memadukan tim," Kas menjelaskan.
Padahal, saat itu SFC bermasalah dengan finansial, karena manajemen terlambat membayar gaji pemain. Namun karena profesionalisme, semangat tanding tidak luntur.
"Saat itu kami tetap bekerja tapi sembari menanyakan soal gaji, pemain saat itu bermental bagus. Terlambat gaji tak membuat pemain kendor," ujarnya.
Namun sayang, gelar juara SFC seperti kurang greget, karena gelarnya tidak diakui PSSI dan SFC tidak dikirim ke kompetisi Asia.
Pasalnya, saat itu terjadi dualisme kepemimpinan PSSI yang berbuntut pada dualisme kompetisi, Indonesian Super League dan (ISL) Indonesian Premier League (IPL).
"Saya sebagai pelatih tidak mau berkomentar banyak soal dualisme ini. Pelatih hanya fokus dengan prestasi tim karena untuk menjadi juara itu sulit," katanya.
Kas menilai, kualitas kompetisi ISL dan IPL saat itu berbeda. Mayoritas tim-tim kasta tertinggi memilih bertahan di ISL meski tak diakui PSSI.
Saat SFC uara ISL, yang menjuarai IPL musim 2011/2012 adalah Semen Padang FC, yang ketika itu dilatih putra daerah, Nilmaizar.
Baca Juga: Cerita Eks-pilar Sriwijaya FC asal Italia soal Horor Corona di Negeranya
Sama seperti SFC, Semen Padang menjadi juara lebih cepat, setelah berhasil mengalahkan Persiraja Banda Aceh dengan skor 3-1, satu laga menjelang akhir musim.
Bedanya SFC tidak bisa ke pentas Asia, Piala AFC 2013. Adapun yang tampil dalam ajang kontinental itu adalah Kabau Sirah, julukan Semen Padang FC.