- Timnas Indonesia kehilangan striker killer beberapa tahun terakhir dan Peri Sandria bersuara keras.
- Peri Sandria adalah penyerang posisi nomor sembilan anggota timnas Indonesia peraih emas SEA Games 1991.
- Bagi Peri Sandria, striker asing bukan satu-satunya penyebab penyerang lokal Indonesia mati suri.
SKOR.id - Timnas Indonesia pada beberapa tahun terakhir kesulitan mendapatkan striker lokal untk posisi nomor sembilan.
Padahal, timnas Indonesia sejak dulu utamanya era 1980-an sudah banyak memiliki striker dengan kemampuan bagus di kotak 16 lawan.
Peri Sandria adalah salah satu striker asli Indonesia yang mampu bersaing dan sangat bahaya di area penalti lawan tim yang dia bela.
Besar dan berkembang dari Diklat Ragunan Jakarta, Peri Sandria membela timnas Indonesia level senior sejak 1989.
Baca Juga: Peri Sandria, Pemain Lokal Tersubur Liga Indonesia yang Kini Melatih Tentara
Diakui Peri, dia memiliki tekad besar ketika masuk timnas Indonesia level senior untuk pertama kali. Sebab, posisi untuk dia tak muda menembus skuad inti.
Baca Juga: Eks-Pilar Persebaya Buat Hat-trick di Kompetisi yang Jalan saat Pandemi Covid-19
"Saya adalah junior Bambang Nurdiansyah dan saat itu masih ada Ricky Yakobi. Semua tahu Ricky adalah pemain depan tak tergantikan," ucap Peri kepada Skor.id pada Minggu (29/3/2020).
"Tetapi, saya sebagai pemain tentu tak ingin berhenti hanya sekadar dipanggil timnas Indonesia," ujarnya.
"Darah muda saya dan semangat maju tak pernah padam, latihan tambahan saya lakukan. Proses itu tak cepat, sebab dua pemain tersebut selalu jadi pilihan dan saya harus sabar."
Akhirnya, usaha keras Peri Sandria membawa hasil dan dia menjadi salah satu pemain yang dipanggil Anatoly Polosin untuk SEA Games 1991.
Baca Juga: Malaysia Masih Santai saat Thailand Dikabarkan Siap Mundur dari Piala AFF 2020
Peri pada pesta olahraga se-Asia Tenggara ini juga tak mudah karena bersaing dengan duo wonderkid zaman itu, Widodo C Putro dan Rochi Putiray.
Selain itu, Polosin juga memiliki Bambang Nurdiansyah, pemain paling senior skuad Garuda kala itu. Ternyata, Peri mampu bersaing dan membawa pulang emas sepak bola dari Manila, Filipina.
Memasuki era Liga Indonesia pada musim 1994-1995, Peri Sandria gabung dengan Mastrans Bandung Raya (MBR). Ternyata, Peri makin menjadi "pembunuh" di kotak 16 lawan pada Ligina musim pertama.
Saat itu, Peri menjadi top scorer dengan 34 gol dan sampai kini menjadi pesepak bola lokal tersubur Liga Indonesia yang belum tergantikan.
Baca Juga: 9 Lelaki Brasil yang Main dan Melatih Klub Indonesia, Dua Tangani Timnas
Kenyataan Liga Indonesia pada edisi perdana juga banyak striker lokal maupun asing yang mumpuni, ternyata Peri mampu memenangi persaingan.
Musim pertama Liga Indonesia, Peri satu tim dengan Dejan Gluscevic, striker asing yang cukup bagus kualitasnya. Dejan gabung MBR pada tengah musim dari Pelita Jaya.
Lalu, Petrokimia Putra punya Jacksen F Tiago asal Brasil dan Widodo C Putro. Arseto Solo memiliki Rochi Putiray dan Arema Malang mengandalkan Mecky Tata.
Kemudian, Gomes de Oliviera asal Brasil yang membela Mitra Surabaya serta Singgih Pitono dari Putra Samarinda. PKT Bontang juga mendatangkan striker timnas Kamerun, Imandi Justin.
Dari Pelita Jaya, mereka mendatangkan bintang Piala Dunia 1990 asal Kamerun, Roger Milla. Ada juga Vata Matanu milik Gelora Dewata yang merupakan striker timnas Angola.
Baca Juga: Glenn Fredly, Penyanyi dan Produser Cahaya Dari Timur Wafat
Namun semua itu tak membuat nyali Peri Sandria ciut bersaing dengan para bomber top Ligina 1994-1995. Lantas, apa yang membedakan dengan saat ini kala striker lokal seolah tak bisa bersaing?
Peri dengan tegas menjawab pilihan sikap pemain yang dia kritik keras, termasuk soal keinginan menambah latihan teknik dan mengasah feeling sebagai bomber.
"Saat ini, striker lokal hanya main aman, pokoknya dapat kontrak dari klub saja cukup. Mereka seolah pasrah saat timnya ada pemain asing dan bagus," ujar Peri.
"Seharusnya, pemain-pemain itu kerja lebih keras agar bisa meningkatkan kualitas dan menembus skuad inti, bukan pasrah."
"Mereka menambah porsi latihan dan tak sekadar berpangku tangan. Kalau bicara persaingan terutama dengan striker asing dulu juga sangat ketat," ucap lelaku 50 tahun ini tegas.
Baca Juga: Faktor Bayu Pradana Makin Padu dengan Barito Putera Pasca-cedera