- Suporter PSS mengadakan rembuk besar, Kamis (16/1/2020) malam.
- Hasilnya, para suporter menuntut adanya perbaikan di manajemen tim.
- Ancaman boikot disampaikan bila tuntutan itu tidak dipenuhi.
SKOR.id - Langkah keras diambil suporter PSS Sleman menyikapi perkembangan terkini tim kesayangannya, termasuk terkait didepaknya Seto Nurdiyantoro dari kursi pelatih kepala musim 2020.
Rembuk suporter di Sleman pada Kamis (16/1/2020) malam, menghasilkan kesepakatan yang keras, yakni ancaman boikot.
Musim 2019 lalu, suporter PSS menjadi salah satu yang paling militan di Liga 1. Bahkan PSS tercatat sebagai tim dengan penonton laga kandang terbanyak kedua sepanjang Liga 1 2019 dengan total 321.541 penonton.
PSS hanya kalah dari Persija Jakarta yang mencatat 413.152 penonton.
"Tuntutan kami jelas, delapan tuntutan dan deretan nama yang tidak berprestasi. Sekarang tinggal pilih, keluarkan semua yang tidak berkompeten atau kami yang keluar dari tribun selamanya/boikot semua pertandingan PS Sleman?" demikian ancaman yang tertuang dari hasil pertemuan yang dicantumkan lewat akun twitter resmi Brigata Curva Sud (BCS), @BCSxPSS_1976 yang dirilis pada Jumat (17/1/2020) dini hari WIB.
Disebutkan pula bahwa pada Rabu (15/1/2020), menjadi hari paling berat sepanjang menjadi pendukung PSS.
Baca Juga: Fan PSS Sleman Melawan, Bakal Gelar Rembuk Besar
"Kami dibuat terdiam oleh cara dan keputusan sepihak ini. Namun, kami tentu telah mempelajari dari berbagai masalah sebelumnya," begitu yang tertulis pada tuntutan yang dipubikasikan.
BCS merasa pada awal musim 2019, sangat prihatin PT. PSS mengelola klub dengan ala kadarnya. Padahal tahun itu, adalah musim pertama PSS kembali ke kasta tertinggi sepakbola Indonesia.
Baca Juga: Doa Seto Nurdiyantoro untuk PSS Sleman
Belum adanya fasilitas pendukung, pekerja profesional, dan tumpang tindihnya peran menjadi perhatian suporter. Hingga akhir musim 2019, delapan tuntutan itu disebutkan tak satu pun kunjung terealisasi.
Delapan tuntutan yang jadi catatan dan evaluasi antara lain adalah Program Pembinaan dan Akademi Usia Muda PSS Sleman. Suporter menilai pengembangan usia muda atau akademi yang dikerjakan seadanya meski diasuh oleh sumber daya manusia berkompeten.
Kemudian mess untuk PSS, lantaran pemain masih menggunakan hotel dan itu milik pribadi.
Lapangan untuk berlatih juga jadi sorotan karena tak jelas dan selalu berpindah.
Marketing dan pengembangan bisnis yang buruk tak luput dari sorotan. Suporter juga mempertanyakan belum adanya sponsor baru yang bergabung bersama PSS.
Mereka menyayangkan ketika CEO PT. PSS justru memilih menggandeng agensi sponsorship. Tidak digarap secara mandiri. Suporter juga protes karena manajemen tidak memanfaatkan media klub sebagai pusat informasi dan publikasi, serta beberapa poin lainnya.
Tidak hanya delapan tuntutan yang gagal dipenuhi, PT. PSS juga dinilai suporter telah gagal merangkul pihak-pihak yang berkompeten dan berprestasi untuk PSS.
Salah satu nama yang dipermasalahkan adalah Seto Nurdiyantoro yang kini justru tersingkir dari PSS meski dinilai punya banyak jasa untuk tim.
Suporter PSS menilai sekarang PT. PSS berisikan orang yang latar belakang prestasi dan peran tidak jelas.
Musim 2019, suporter PSS sempat melakukan boikot seperti di laga Liga 1 saat menjamu Borneo FC pada bulan November. Tribun selatan yang biasa diisi oleh BCS sekitar 10 ribu suporter tampak melompong. (Sri Nugroho)