- Real Madrid melakukan comeback luar biasa saat menyingkirkan Manchester City di semifinal Liga Champions.
- Itu jadi comeback ketiga beruntun Real Madrid di Liga Champions musim ini.
- Ada 11 comeback terbesar dalam sejarah Liga Champions, termasuk Real Madrid.
SKOR.id - Comeback sensasional acap mewarnai Liga Champions, dan Real Madrid bisa dikatakan rajanya musim ini.
Teranyar, Los Blancos memperlihatkan "sihirnya" saat menyingkirkan Manchester City di semifinal 2021-2022.
Itu comeback menakjubkan ketiga Real Madrid di babak sistem gugur Liga Champions musim ini.
Sebelumnya, ada hat-trick Benzema melawan Paris Saint-Germain di babak 16 besar dan gol Rodrygo melawan Chelsea untuk mengamankan kemenangan agregat di perempat final bulan lalu.
Berikut 11 comeback terbesar dalam sejarah Liga Champions yang bakal selalu dikenang:
Real Madrid 3-1 Manchester City (agregat 6-5), 2022
Mengantongi kemenangan 4-3 di Etihad, tiket final sudah di depan mata Man City setelah mereka unggul 1-0 hingga menit ke-90 di leg kedua di Bernabeu, Kamis (5/5/2022) dini hari.
Namun, dalam waktu 91 detik semuanya berubah ketika pemain pengganti Rodrygo mencetak brace dan memaksa perpanjangan waktu.
Tim asuhan Carlo Ancelotti akhirnya yang memesan tempat di final di Paris setelah Karim Benzema mengonversi penalti untuk mengklaim kemenangan 3-1 (agregat 6-5).
Real Madrid 3-1 PSG (agregat 3-2), 2022
Di babak 16 Besar, Real Madrid kalah 0-1 dari PSG di leg pertama berkat gol menakjubkan Kylian Mbappe di Paris.
Les Parisiens masih memimpin dengan skor total 0-2 hingga menit ke-60 leg kedua di Bernabeu kembali lewat gol Mbappe.
Namun, pasukan pelatih Ancelotti mencetak 3 gol lewat Karim Benzema dalam 17 menit untuk memenangkan tiket perempat final.
Barcelona 6-1 PSG (agregat 6-5), 2017
Barcelona tetap menjadi pelaku yang paling luar biasa dari semua comeback Liga Champions, setidaknya dalam hal defisit gol.
Tertinggal 0-4 dari PSG di leg pertama babak 16 besar, Luis Suarez dan Lionel Messi mencetak gol ditambah bunuh diri Layvin Kurzawa dalam 50 menit pertama di Camp Nou.
Gol Edinson Cavani pada menit ke-62 sempat membuat tim tamu bergelora tapi dua gol cepat Neymar menyamakan kedudukan menjadi 5-5.
Pada menit kelima perpanjangan waktu, Sergi Roberto mencetak gol untuk menciptakan sepotong sejarah Liga Champions, menjadi tim pertama yang membalikkan defisit empat gol pada leg pertama sebelumnya.
AS Roma 3-0 Barcelona (agregat 4-4, Roma menang gol tandang), 2018
Laga ini menjadi salah satu comeback epik dalam sejarah Liga Champions.
Roma asuhan Eusebio Di Francesco bangkit dari defisit 1-4 pada leg pertama untuk lolos ke delapan besar dengan keunggulan gol tandang setelah menang 3-0 di depan pendukung tuan rumah.
Edin Dzeko, Daniele De Rossi dan Kostas Manolas mengamankan hasil imbang 4-4 secara agregat dan membuat Stadio Olimpico bergemuruh, saat Barca benar-benar hancur berkeping-keping.
Liverpool 4-0 Barcelona (agregat 4-3), 2019
Kalah 0-3 di Camp Nou pada leg pertama semifinal, Liverpool memperlihatkan comeback luar biasa di Anfield.
Diawali gol perdana Divock Origi di Liga Champions pada menit ketujuh, asa fans The Reds kembali menyala.
Georginio Wijnaldum lalu mencetak brace dalam tempo 122 detik, mengubah kedudukan menjadi 3-3.
Pada menit ke-79, sepak pojok Trent Alexander-Arnold dimanfaatkan Origi dan menjadi gol penentu kelolosan The Reds, yang menekuk Tottenham di final.
Real Madrid 1-4 Ajax (agregat 5-3), 2019
Terlepas dari penampilan impresif mereka dalam kekalahan 1-2 di leg pertama, sepertinya tidak ada yang benar-benar berpikir Ajax bisa membalikkan keadaan di Santiago Bernabeu.
Tanpa Sergio Ramos yang terkena skorsing, Madrid benar-benar kehilangan arah hingga akhirnya menyerah dari Ajax.
Hakim Ziyech dan David Neres membuat tim tamu unggul 2-0 setelah hanya 18 menit dan skor menjadi 3-0 tepat setelah satu jam berkat Dusan Tadic.
Marco Asensio mendapat satu gol, tetapi tendangan bebas Lasse Schone mengalahkan Thibaut Courtois dan membuat Madrid tersingkir.
Itu adalah pertama kalinya Los Blancos tersingkir setelah memenangkan leg pertama pertandingan Liga Champions.
PSG 1-3 Man United (agregat 3-3, MU menang gol tandang), 2019
Sehari setelah Ajax mengalahkan Madrid, Man United membuat sejarah di Parc des Princes.
Tidak ada tim yang pernah memenangkan laga sistem gugur setelah tertinggal 0-2 di leg pertama di kandang, dan dengan 10 pemain senior absen, termasuk Paul Pogba yang dilarang bermain, peluang United tampak tipis.
Romelu Lukaku mencetak gol cepat pada menit kedua, dan meskipun Juan Bernat menyamakan kedudukan, Lukaku kembali mencetak gol setelah kesalahan Gianluigi Buffon untuk menjadikannya 2-1.
Saat laga masuk injury time babak kedua, tembakan Diogo Dalot mengenai lengan Presnel Kimpembe dan wasit memberikan penalti setelah peninjauan VAR.
Marcus Rashford mencetak gol, United lolos, dan tuntutan agar Solskjaer diberi pekerjaan sebagai manajer permanen semakin kencang.
Deportivo La Coruna 4-0 AC Milan (agregat 5-4), 2004
Deportivo adalah salah satu kekuatan utama Spanyol tepat setelah pergantian abad dan salah satu momen terbaik mereka di Eropa terjadi pada April 2004.
Saat itu meski tertinggal 1-4 dari leg pertama perempat final Liga Champions melawan AC Milan, mereka berhasil mengejutkan publik Italia.
Walter Pandiani, Juan Carlos Valeron dan Albert Luque membuat Depor unggul lewat gol tandang sebelum turun minum.
Di babak kedua, Fran Gonzalez mencetak gol keempat untuk membawa Depor lolos ke semifinal, sebelum disingkirkan FC Porto.
Liverpool 3-3 AC Milan (3-2, Liverpool menang adu penalti), 2005
Final 2005 di Istanbul bisa jadi momen paling terkenal sepanjang sejarah Liga Champions.
Liverpool tertinggal di babak pertama, ketika Paolo Maldini dan dua gol Hernan Crespo membuat tim Serie A unggul 3-0.
Namun babak kedua terbukti menjadi salah satu 45 menit paling ikonik dalam sejarah The Reds, dengan gol-gol dari Steven Gerrard, Vladimir Smicer dan Xabi Alonso menyamakan kedudukan pada menit ke-60.
AC Milan kemudian gagal dalam adu penalti karena tembakan Serginho, Andrea Pirlo, dan Andriy Shevchenko berhasil ditepis Jerzy Dudek. Liverpool pun mengangkat trofi Liga Champions kelima mereka.
Manchester United 2-1 Bayern Munchen, 1999
Duel ini mungkin jadi paling dramatis dalam sejarah sepak bola klub Eropa.
Man United tertinggal 0-1 dari Bayern Munchen pada final 1999 di Camp Nou, lewat tendangan bebas Mario Basler sejak menit keenam.
Namun, Setan Merah era Alex Ferguson tidak pernah bisa diabaikan sampai peluit akhir, dan pemain pengganti Teddy Sheringham menyapu tembakan Ryan Giggs ke pojok bawah untuk menyamakan skor di menit ke-91.
Dua menit berselang, Solskjaer, pemain pengganti lain menusuk sundulan Sheringham dari sepak pojok David Beckham, membantu MU merebut treble bersejarah dengan cara yang menakjubkan.
Barcelona 5-1 Chelsea (agregat 6-4), 2000
Kekalahan 1-3 pada leg pertama perempat final di Stamford Bridge membuat Barcelona berada di ujung tanduk.
Namun dalam pertandingan kedua klub Catalans menunjukkan kelas mereka yang sebenarnya.
Gol Tore Andre Flo pada menit ke-60 sempat membuat Chelsea di atas angin meski Rivaldo dan Luis Figo mencetak gol Barcelona sebelum turun minum.
Namun Dani Garcia mencetak gol tujuh menit menjelang akhir pertandingan untuk memaksa perpanjangan waktu.
Rivaldo kemudian mengonversi penalti setelah Celestine Babayaro dikeluarkan dari lapangan dan Patrick Kluivert menyelesaikannya, menghancurkan impian Chelsea.
Berita Liga Champions Lainnya:
Disingkirkan Real Madrid, Pep Guardiola Sebut Timnya Tak Bermain Cukup Bagus
Real Madrid vs Manchester City: 5 Rekor Tercipta, Karim Benzema Samai Cristiano Ronaldo