- Ternyata banyak kisah hidup Diego Maradona yang jarang diketahui orang.
- GQ Italia mencoba memberikan pemahaman lebih dalam tentang mendiang bintang sepak bola asal Argentina itu.
- Berikut sejumlah informasi terkait "El Pibe de Oro" tersebut.
SKOR.id - Diego Armando Maradona memang telah tiada, namun memori tentang dia tidak akan lengkang dimakan oleh waktu. Abadi.
Namun, “El Pibe de Oro" - The Golden Boy - memiliki kehidupan fiksi dengan banyak episode yang dimainkannya di luar lapangan sepak bola.
Dan, beberapa hari lalu GQ Italia mencoba untuk lebih mengenalnya. Sebagai seorang pria, sekaligus sosok juara yang hebat.
Berikut beberapa fakta tentang Diego Maradona yang (mungkin) luput dari sorotan.
Keturunan Galisia
Lahir di Lanús (pinggiran Buenos Aires) pada 30 Oktober 1960, dia anak kelima dari delapan bersaudara, dan anak lelaki pertama dari Diego Maradona dan Dalma Salvadora Franco.
Keluarga mereka berasal dari provinsi Corrientes. Maradona mewarisi darah bangsa Galisia (Spanyol) dan Kroasia. Fiturnya mengingatkan pada sosok petinju Argentina, Carlos Monzon.
Diego Maradona dibesarkan di lingkungan kaum proletar Villa Fiorito.
View this post on Instagram
Ia bermain sepak bola jalanan sampai usia 9 tahun sebelum bergabung dengan tim muda Los Cebollitas, dan usia 15 tahun sudah menembus tim Argentinos Juniors, sebuah klub divisi pertama.
Terkait masa lalunya itu, Maradona pernah berkata: "Sangat menyenangkan bisa menelusuri kembali masa lalu ketika Anda datang dari titik paling bawah dan tahu bahwa semua yang Anda telah, sedang dan akan lalui hanyalah perjuangan."
Dua Mimpi Diego saat Kecil
Sekitar usia 12 tahun, anak ajaib itu ditanya soal harapan dan ambisinya. Dan ia menjawab: "Saya punya dua mimpi: yang pertama bermain di Piala Dunia, yang kedua adalah memenangkannya". Maradona melakukan keduanya.
Kedekatan Kelas dan Hati dengan Boca
Jantung Maradona berdegup kencang untuk warna kuning dan biru Boca Juniors saat ia tiba dan bergabung dengan klub itu di usia yang sangat muda pada tahun 1981.
Cinta itu bersambut, terekspresikan lewat gairah berapi-api publik Stadion Bombonera yang legendaris, yang di dalamnya terdapat patung Diego Maradona.
Best picture ever of #DiegoArmandoMaradona #BocaJuniors @sjoerdmossou pic.twitter.com/b7wQaD2MpD— PETER L O D D E R ® (@peter_lodder) November 26, 2020
Dengan jersi Boca, para pekerja, buruh B / M, pekerja laut, imigran yang baru saja tiba dari Eropa (kebanyakan orang Italia) secara historis telah diidentifikasi sebagai fan klub itu.
Boca lahir di distrik pelabuhan yang dibangun di atas rawa pantai. Karena bahasa Spanyol dari Boca adalah mulut, klub itu diartikan sebagai pintu masuk dari laut ke Buenos Aires.
Maradona hanya bertahan satu musim di Boca sebelum menyeberangi Samudra Atlantik menuju Barcelona.
Pernikahan di Aula Olahraga
Maradona menikah dengan Claudia Villafañe pada 7 November 1989 di Buenos Aires.
Undangan dikirimkan ke seribu orang di seluruh dunia.
Kedua putrinya: Dalma dan Giannina mengumumkan pernikahan ayah dan ibu, yang telah tunangan bertahun-tahun, di Basilika Santisimo Sagramento dengan upacara keagamaan.
Sekitar 200 tamu datang dari Italia, kebanyakan pesepak bola dan kalangan jurnalis.
Resepsi diselenggarakan di aula olahraga Luna Park yang jadi arena pertandingan tinju besar dan kunjungan Paus Yohanes Paulus II. Pada tahun 2007 fasilitas itu dijadikan Monumen Nasional.
Beberapa jurnalis melaporkan suasana pesta pora yang berlebihan.
Masalahnya saat itu Argentina sedang krisis ekonomi. Tapi, semua orang seakan memaklumi sikap sang bintang sepak bola tersebut.
Anak-anak Pibe
Maradona memiliki lima orang anak dari tiga wanita yang berbeda sepanjang hidupnya.
Dalma (1987) dan Giannina (1989), lahir dari perkawinan dengan Claudia Villafañe yang dicerai Maradona pada 2004. Diego Sinagra (1986), lahir dari affair dengan Cristiana Sinagra dan baru diakui oleh sang ayah pada tahun 2007.
View this post on Instagram
Berikutnya, Jana (1996), dari hubungan dengan Valeria Sabalaín. Si bungsu Diego Fernando (2013), lahir dari hubungan dengan Veronica Ojeda.
View this post on Instagram
Sementara itu, Benjamin yang lahir di 2009, anak laki-laki dari pesepak bola Sergio Agüero dan Giannina, adalah satu-satunya cucu yang dimiliki Maradona.
Merenggang Nyawa
Pada Januari 2000, media memberitakan bahwa Maradona dirawat di rumah sakit di klinik Cantegrill di Punta del Este, Uruguay, karena serangan jantung.
Kondisinya awalnya tampak serius. Dia dirawat ke unit intensif. Berkat intervensi cepat dari para dokter, setelah beberapa jam dia keluar dari bahaya.
View this post on Instagram
Setelah pulih, Maradona mengenakan jersey nomor 10 Argentina, memakai sandal dan siap-siap untuk foto grup, pelukan, dan paduan suara.
Kemudian dia mengaku baru saja bermimpi: “Saya sedang mendaki puncak Aconcagua, saya kehilangan penyangga, tetapi saya tidak jatuh. Ada sesuatu yang menahan saya tetap terikat di puncaknya. Saya berayun di ruang hampa, tapi menggantung.”
Bintang di Bioskop
Biografi Maradona menarik perhatian dunia perfilman.
Emir Kusturica merayakannya dalam sebuah film dokumenter Maradona (2008) dari langkah sepak bola pertamanya dan menjelajahi dunia di luar sepak bola sang bintang.
Di film itu, Maradona berbicara soal ide-idenya, kehidupan melawan arus, hasrat politiknya.
Dia bahkan tidak menyembunykan kelemahannya (wanita, obat terlarang). Atau bahwa dia tidak akan mengabaikan masyarakat bahkan untuk olahraga.
Lain lagi Asif Kapabia. Sutradara asal Inggris itu merekam kegeniusan dan inspirasi dari sang pesepak bola dalam film dokumenter “Diego Maradona” (2019).
Pada 2007, Marco Risi menyutradarai film “Maradona - La mano de Dios” atau “Maradona, The Hand of God”, yang menelusuri perjalanan hidup Maradona, dari dari kota kumuh di masa kanak-kanak hingga panggung sepak bola yang gemerlap.
Olahraga "Hak Rakyat"
Diego Maradona tidak pernah menyembunyikan simpatinya untuk perjuangan politik kaum revolusioner kiri Amerika Latin.
Dia begitu memuja Ernesto Che Guevara, dan itu dibuktikannya dengan tato di wajahnya.
Namun, dengan Fidel Castro, Maradona membentuk ikatan yang sangat kuat.
Dia mengakui itu setelah kematian pemimpin Kuba itu, pada 2016 dalam wawancara di Zagreb ketika mengikuti final Piala Davis antara Kroasia dan Argentina.
View this post on Instagram
“Dia (Fidel Castro) seperti ayah kedua saya. Dia membukakan pintu Kuba untuk saya ketika banyak klinik di Argentina tidak menginginkan saya. Saya memiliki persahabatan unik dengannya. Saya sangat berhutang padanya.”
Di luar itu, ketiga tokoh tersebut ternyata juga diikat oleh kecintaan terhadap olahraga.
Castro dikenal sebagai pencinta tinju dan bisbol olahraga nasional Kuba. Guevara penggemar rugby, dan ia yang melahirkan gagasan bahwa olahraga itu "hak rakyat".
Antara Salib dan "Tangan Tuhan"
Salib dan religiusitas yang mendalam juga menyertai hidup Diego Maradona, sejalan dengan pertemuan dengan para pemimpin agama dan politik di Amerika Latin.
Ekspresi Maradona yang paling terkenal, saat mencetak gol “Tangan Tuhan” ketika melawan Inggris, mengingatkan pada intervensi supernatural dalam setiap gerakannya.
Kemudian, dengan terpilihnya Jorge Mario Bergoglio – nama asli Paus Fransiskus, hubungan mereka menjadi lebih dekat.
View this post on Instagram
“Mulai sekarang saya adalah kapten tim Francesco,” begitu kata Maradona.
April 2015, Maradona bertemu Paus Fransiskus karena dia terlibat dalam proyek "Scholas Occurentes", organisasi pendidikan internasional yang dipromosikan oleh kolega senegaranya tersebut.
“Hari ini saya bisa berkata bahwa saya adalah pendukung Francis. Dia memperlakukan saya seperti saudara dan memperlakukan semua orang dengan cara yang sama.”
Maradona Sang Pelatih
Penghujung karier Maradona mulai terungkap antara 1993 dan 1994.
Setelah Napoli, dia tiba di Sevilla dan disambut oleh Carlos Bilardo, pelatih timnas Argentina di Piala Dunia 1986 dan 1990.
Dia melakukan debut dengan jersi Sevilla pada Oktober 1992, tetapi hanya bertahan satu musim di Spanyol sebelum kembali ke Argentina.
Maradona lalu bergabung ke Newell's Old Boys, tapi baru bermain lagi pada Oktober 1993. Hanya lima pertandingan, dia memilih mundur dari sepak bola klub.
Maradona lalu mengabdikan dirinya untuk persiapan Piala Dunia di Amerika Serikat 1994 dan ia mencetak satu gol saat Argentina mengalahkan Yunani 4-0 di laga pembuka.
Tapi, kontrol anti-doping menyatakan Maradona positif efredina dan FIFA mendiskualifikasi dia dari turnamen.
Maradona berargumen bahwa substansi itu berasal dari minuman energi yang diminumnya.
Dari sana Maradona memulai perjalanan sebagai pelatih yang kelak membawanya ke bangku cadangan timnas “Albiceleste”.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Bola Internasional Lainnya:
Belum Genap 7 Hari Maradona Tutup Usia, Harta Sang Dewa Jadi Rebutan Anak dan Keluarga
Nominee Ballon d'Or 2002 Lucu, Tekan Tim Lawan dengan Tebar Ketidakyakinan