Skorpedia: Evolusi Bola Sepak Bola

Tri Cahyo Nugroho

Editor:

  • Bahan bola sepak terus mengalami perubahan, dari tengkorak dan kulit hewan, kantong kemih, karet, hingga sintetis atau campuran lainnya.
  • Karet vulkanisasi ciptaan Charles Goodyear menjadi salah satu penemuan revolusioner dalam teknologi pengembangan bola.
  • Teknologi bola sepak diyakini masih akan terus berkembang seiring makin canggihnya teknologi.

SKOR.id - Banyak literatur yang menjelaskan kapan permainan sepak bola diciptakan. Salah satu yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana bola yang dipakai untuk sepak bola dikembangkan.

Budaya Mesoamerican menyebut adanya permainan saat dua tim memperebutkan bola, lebih dari 3.000 tahun lalu.

Banyak sumber mengatakan bahwa bola yang terbuat dari batu melambangkan matahari dan kapten dari tim yang kalah akan dikorbankan untuk para dewa.

Cuju yang dimainkan di zaman Dinasti Tsín dan Han (255 SM - 220 M) di Cina, disebut-sebut menggunakan kulit binatang sebagai bahan untuk bola.

Sebelum abad pertengahan, sejumlah desa di Yunani dan Roma menggunakan tengkorak (hewan atau manusia) sebagai bola.

Barulah pada abad pertengahan, kandung kemih (kantung air seni) babi atau sapi yang diisi udara digunakan sebagai bola.

Karena bentuk dan ukurannya yang tidak sempurna, alhasil arah bola saat ditendang menjadi sulit ditebak.

Pada 1836, pencipta ban kendaraan asal Amerika Serikat (AS), Charles Goodyear, mematenkan karet yang diolah hingga menjadi jauh lebih kuat, kenyal, tidak berbau dan lengket (vulkanisasi).

Pada 1855, Goodyear untuk kali pertama mendesain dan membuat bola untuk sepak bola berbahan karet vulkanisasi. Metode karet vulkanisasi ini terbukti mampu mengubah permainan sepak bola.



Dengan bahan karet vulkanisasi, bola menjadi lebih kuat dan tahan lama serta mampu memantul dengan baik.

Saat itu, dimensi bola sepak tergantung ukuran kandung kemih babi. Tetapi, penemuan Goodyear membuat ukuran dan bentuk bola mulai bisa ditetapkan dan dikenali.

Pada 1863, Asosiasi Sepak Bola Inggris (Football Association/FA) didirikan sekaligus menetapkan sejumlah aturan baku permainan ini. Tidak dijelaskan seperti apa dimensi dan bentuk bola saat aturan kali pertama dibuat.

Namun, saat aturan direvisi pada 1872, ditetapkanlah bila bola harus berbentuk bundar (bulat) dengan ukuran keliling 27 sampai 28 inci (68,6-71,1 cm).

Mengacu revisi aturan FA, Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) pun menetapkan bila bola harus berbentuk bulat dengan keliling 68 cm dengan lapisan luar (case) terbuat dari kulit dan berat antara 396 - 453 gram saat akan dimainkan.

Berat bola saat sebelum kick-off menjadi faktor penting karena lapisan kulit cenderung menyerap air sehingga bobot bola bisa naik hingga dua kali lipat.

Karena masih menggunakan tali untuk mengikat potongan lapisan kulit, menyundul bola saat itu terbilang berbahaya dan bahkan bisa membuat pemain pingsan.

Produksi massal bola dilakukan kali pertama menyusul digelarnya Liga Sepak Bola Inggris (kini Liga Primer) pada 1888.



Dari sekian banyak produsen bola untuk keperluan Liga Inggris saat itu, Mitre dan perusahaan asal Glasgow (Skotlandia), Thomlinson, adalah yang paling terkenal.

Elemen kunci dari bola produksi mereka adalah bagaimana mempertahankan bentuk bola agar tetap bundar.

Seberapa kuat kulit, bentuk potongan, dan teknik menjahit menjadi faktor utama agar bola tetap bertahan dalam bentuknya, bulat.

Kulit sapi kualitas tertinggi untuk lapisan luar bola adalah bagian pantat sedangkan kualitas agak rendah di bagian punggung.

Perkembangan di Era 1900-an

Pada awal era tahun 1900-an, sebagian besar bola menggunakan bagian dalam dari karet yang kuat sebagai pengganti kantung kemih, dilengkapi pentil, dan kulit keras untuk bagian luar.

Untuk bagian luar, saat itu digunakan 18 potongan kulit yang dibagi ke dalam enam panel. Setiap panel terdiri dari tiga setrip dan dijahit dengan tangan hingga dua kali (dari dalam dan luar).

Bola ini cukup baik saat ditendang namun membuat kepala sakit saat menyundul. Selain karena jahitan berlapis, kulit juga meresap air hingga membuat bola bertambah berat.

Masalah lain adalah kualitas kulit dan daya tahannya yang sering menurun seiring lamanya pemakaian.

Kasus Unik di Final Piala Dunia 1930 dan 1934

Pada awal era 1900-an itu, upaya untuk mengembangkan teknologi bola terus dilakukan hampir di selruh dunia. Namun, saat itu belum ada ketetapan soal bola terbaik.

Puncaknya terjadi pada pertandingan final Piala Dunia 1930. Argentina dan Uruguay sama-sama membawa bola yang mereka percaya lebih baik (baca: menguntungkan) hingga berujung pedebatan sebelum lomba soal bola yang akan dipakai.

Akhirnya disepakati babak pertama menggunakan bola milik Argentina dan Uruguay di babak kedua. Uruguay yang tertinggal 1-2 di babak pertama mampu membalikkan skor menjadi 4-2 di akhir babak kedua.



Bola juga disebut-sebut menjadi faktor krusial atas keberhasilan Italia menjadi kampiun Piala Dunia 1934 di rumahnya sendiri.

Pada laga final, Italia tertinggal 0-1 dari Cekoslovakia (kini Rep. Ceko) sejak menit 71 sebelum 10 menit, kemudian Raimundo Orsi mampu menyamakan kedudukan lewat tendangan membuat bola berbelok arah (melengkung).

Gli Azzurri akhirnya menang 2-1 setelah Angelo Schiavo mencetak gol pada menit 95 perpanjangan waktu.

Beberapa hari setelah laga tersebut, Orsi diminta wartawan untuk mengulang tembakan "ajaibnya" itu untuk diabadikan.

Hingga 20 kali percobaan, Orsi ternyata tidak mampu mengulang tembakan dengan teknik yang kemudian dikenal dengan ball-bending (membuat arah bola melengkung) tersebut.    

Belakangan terungkap, perubahan bentuk permukaan bola yang tidak sama diduga kuat menjadi faktor yang membuat tembakan Orsi bisa melengkung.

Distorsi bentuk bola itu terjadi karena bola sudah terlalu lama digunakan. Bahkan, sebelum pertandingan final tersebut.



Saat Perang Dunia (PD) II berkecamuk, perkembangan teknologi pembuatan bola ternyata mampu tetap maju.

Salah satunya penambahan lapisan dari kain yang kuat di antara karet dengan kulit di permukaan.

Inovasi ini membuat bentuk bola bertahan lama, mampu melayang dengan baik, dan yang pasti jauh lebih kuat. Namun, bola juga menjadi mudah meledak karena kualitas kulit yang buruk saat PD II dan setelahnya.

Untuk mengatasi sifat kulit yang menyerap air, penggunaan bahan sintetis sebagai lapisan luar mulai dipikirkan.

Pentil juga ditemukan di era ini sehingga tali yang selama ini digunakan untuk mengunci udara di dalam bola, mulai ditinggalkan.

Bola Sepak Berwarna Putih Pertama

Tahun 1951 untuk kali pertama bola berwarna putih boleh digunakan agar penonton bisa lebih mudah melihat pergerakan bola di bawah cahaya lampu.

Bola berwarna putih sebetulnya secara tidak resmi pertama digunakan pada awal 1892. Saat itu, kulit diolah sedemikian rupa hingga berwarna putih.

Bola berwarna oranye juga kali pertama digunakan pada awal era 1950-an untuk membantu pemain dan wasit saat turun di lapangan bersalju.

Bahan Sintetis

Saat ini, lapisan luar bola modern terdiri dari 32 panel berbentuk pentagon (lima sisi) antiair dari bahan sintetis atau plastik.

Ada juga bola dengan 12 panel pentagon atau 20 heksagon (segi enam) ciptaan arsitek asal AS, Richard Buckminster Fuller.

Pemilihan bentuk pentagon, heksagon, hingga segitiga untuk permukaan bola bukan tanpa sebab.

Setelah disatukan dengan jahitan, bola akan benar-benar bulat sempurna karena bagian tengah bidang-bidang tersebut menonjol keluar akibat tekanan udara dari dalam.

Panel dengan warna hitam pun membantu pemain untuk mengenali apakah bola tersebut berputar atau tidak saat bergerak.

Bola dengan 32 panel pentagon kali pertama dibuat oleh Select, perusahaan asal Denmark, pada tahun 1950-an.

Pada era itu, bola dengan permukaan 32 panel pentagon paling digemari karena dinilai lebih seimbang dari sisi tekanan udara sehingga bentuk bola bisa membulat.   

Kendati begitu, hingga era 1950-an, hampir setiap negara memiliki tipe bola favorit dan ini menimbulkan banyak kontroversi.



Untuk mengatasi masalah soal bola ini, produsen peralatan olahraga asal Jerman, Adidas, menciptakan bola yang dinamai Adidas Santiago untuk Piala Dunia 1962 di Cile yang dimenangi Brasil.

Bola ini kembali menjadi bola tidak resmi yang digunakan Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) pada Piala Dunia 1966 yang dimenangi oleh Inggris selaku tuan rumah.

Keberhasilan di Piala Dunia 1962 dan 1966 inilah yang membuat Adidas dipercaya sebagai bola resmi untuk turnamen-turnamen gelaran FIFA dan kemudian UEFA.

Di Meksiko 1970, untuk kali pertama FIFA menentukan bola resmi untuk Piala Dunia. Adidas Telstar menjadi bola berwarna dengan 32 panel pentagon hitam-putih pertama yang dipakai untuk putaran final Piala Dunia.

Sejak saat itu, FIFA selalu mengawasi bola ang akan dipakai di turnamen-turnamen resmi mereka, utamanya di Piala Dunia.

Era 2000-an hingga Kini dan Standardisasi FIFA

Perkembangan bola sepak semakin sulit dibendung seiring meningkatnya kemajuan teknologi. Pembuatan bola saat ini jelas jauh lebih kompleks.

Bagian terluar bola sepak paling modern saat ini terdiri dari 12 panel berbentuk pentagon dan 20 panel heksagon yang disusun berlapis dengan model saling memotong (truncated icosahedron) membulat.

Panel untuk lapisan luar bisa dibuat dari kulit, kulit sintetis, polyurethane, hingga polyvinyl chloride (PVC). Bagian dalam dibuat dari lateks atau bahan karet campuran lain yang mampu menahan tekanan udara tinggi.

Yang pasti, bola saat ini tidak hanya antiair, cepat saat melayang dan memiliki akurasi tinggi,  melainkan juga mampu mengalirkan semua energi dari kaki pemain saat ditendang.

Permukaan bola juga sangat halus dan cukup empuk sehingga aman untuk kepala saat pemain melakukan sundulan.


FIFA sebagai regulator sekaligus otoritas tertinggi sepak bola sudah memiliki standar dimensi dan ukuran bola untuk laga-laga internasional.

Sesuai FIFA Law 2 tentang Bola, untuk bola yang dimainkan di lapangan terbuka (outdoor) memiliki sejumlah persyaratan, yakni harus berbentuk bulat yang terbuat dari bahan sintetis (atau material lain yang sesuai).   

Ukuran lingkaran tidak boleh kurang dari 68 cm (27 inci) dan tidak boleh lebih dari 70 cm (28 inci) dengan diameter 22 cm (8,65 inci).

Berat bola tidak boleh kurang dari 410 gram (14 ons) dan tak boleh lebih berat dari 450 gram (16 ons) sebelum dimainkan.

Tekanan udara bola antara 0,6 - 1,1 atmosfer/atm (600 - 1.100 gram/cm2) atau setara 8,5 - 15,6 pounds per square inch (psi).

Angka-angka di atas menjadi standardisasi bola ukuran 5 (Size 5) yang dipakai untuk usia 15 tahun ke atas, laki-laki maupun perempuan, di sekolah atau perguruan tinggi, hingga level profesional.

Elemen-elemen bola yang diuji saat ini adalah seberapa besar perubahan bentuk bola saat ditendang atau ketika menghantam permukaan lapangan.


Canggihnya teknologi juga membuat bola sepak kini bisa disisipi microchip dan bahkan kamera.

Microchip ini berguna untuk melengkapi teknologi garis gawang agar tidak terjadi kontroversi untuk menentukan gol atau tidaknya bola ke gawang.

Sejumlah perusahaan alat olahraga di dunia saat ini paling tidak memiliki lebih dari dua seri bola sepak. Adidas berjaya dengan Telstar, Teamgeist, Jabulani, Roteiro, Finale, dan Fevernova.

Setelah ditunjuk UEFA menjadi pemasok bola untuk Liga Champions (menggantikan Nike) pada 2000, Adidas mengeluarkan bola seri Finale dan musim lalu sudah masuk seri 19.

Sejak 2005-2006, bola seri Adidas Finale masuk ke dalam keluarga varian Teamgeist. Musim ini, Liga Champions 2020-2021 menggunakan bola Adidas Finale 20.   



Raksasa asal AS, Nike, bangga dengan varian-varian seperti Nike Seitiro Premier, Geo Merlin Vapor, atau Total 90 Aerow. Musim ini, Liga Inggris menggunakan bola Nike Flight.

Puma pernah mengandalkan seri Cellerator Shudoh. Kini, perusahaan asal Jerman itu bisa berbangga karena bola lansiran mereka, Adrenalina dan Accelerate, dipercaya oleh kompetisi seketat Liga Spanyol 2020-2021.

Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.

Artikel Skorpedia Lainnya:

Skorpedia: Peranti Keselamatan yang Dikenakan Pembalap MotoGP

Skorpedia: PSG, Klub Terbuang yang Punya Mimpi Besar

RELATED STORIES

Skorpedia: Evolusi Sepatu Sepak Bola, dari Boot Pekerja hingga Berteknologi Tinggi

Skorpedia: Evolusi Sepatu Sepak Bola, dari Boot Pekerja hingga Berteknologi Tinggi

Sepatu sepak bola telah menempuh perjalanan sangat panjang dari hanya boot pekerja hingga menjadi produk berteknologi canggih seperti sekarang ini.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

Valentino Rossi (1), Jorge Lorenzo (2), Marc Marquez (3), Maverick Vinales (4), dan Jorge Martin (5), semua terinspirasi karakter superhero dalam film. (M. Yusuf/Skor.id)

SKOR SPECIAL

Mengapa Banyak Bintang MotoGP Terinspirasi Karakter Superhero Film

Mulai Valentino Rossi hingga Jorge Martin, sejumlah pembalap MotoGP terinspirasi karakter-karakter pahlawan super dari komik atau film untuk merayakan kemenangan.

Tri Cahyo Nugroho | 22 Nov, 18:44

Warna dasar hitam dipilih oleh Starcow Paris dan Kappa untuk koleksi jersey yang baru saja mereka rilis. (Dede S. Mauladi/Skor.id)

Culture

Kerja Sama Starcow Paris dan Kappa untuk Jersey Kolaboratif

Starcow Paris dan Kappa merilis koleksi model jersey dalam jumlah terbatas.

Tri Cahyo Nugroho | 22 Nov, 16:56

Aktris Sydney Sweeney menghabiskan satu hari di lintasan balap bersama juara NASCAR Cup Series 2023 Ryan Blaney. (Dede S. Mauladi/Skor.id)

Culture

Sydney Sweeney Sulit Lupakan Sensasi di Atas Mobil NASCAR

Aktris seksi Hollywood Sydney Sweeney terkesan dengan kehidupan cepat di lintasan balap mobil NASCAR.

Tri Cahyo Nugroho | 22 Nov, 16:45

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir melakukan pertemuan dengan kiper Inter Milan, Emil Audero, 13 April 2024. (Foto: Instagram Erick Thohir/Grafis: Yusuf/Skor.id).

National

Erick Thohir Ungkap Kans Naturalisasi Emil Audero

Erick Thohir mengakui sudah lebih dari satu kali bertemu dengan Emil Audero.

Sumargo Pangestu | 22 Nov, 16:29

Liga 1

Prediksi dan Link Live Streaming Barito Putera vs Persita Tangerang di Liga 1 2024-2025

Pertandingan Barito Putera vs Persita Tangerang akan digelar di Stadion Sultan Agung, Bantul pada Sabtu (23/11/2024).

Sumargo Pangestu | 22 Nov, 16:21

Jonatan Christie, pebulu tangkis Indonesia

Badminton

China Masters 2024: Indonesia Sisakan Jonatan Christie dan Sabar/Reza di Semifinal

Jonatan Christie dan Sabar/Reza jaga asa Indonesia merebut gelar dari China Masters 2024 usai keduanya berhasil melangkah ke semifinal.

Arin Nabila | 22 Nov, 15:55

PMGC 2024 (PUBG Mobile)

Esports

PMGC 2024: Klasemen Akhir Survival Stage, Dua Tim Indonesia ke Last Chance

Voin Donkey dan Bigetron Knights akan memperebutkan enam tiket tersisa menuju ke Grand Final PMGC 2024.

Gangga Basudewa | 22 Nov, 15:46

Mike Tyson akan membintangi film superhero unik Bunny-Man yang dibuat di Italia. (Jovi Arnanda/Skor.id)

Other Sports

Sylvester Stallone Sebut Mike Tyson Layak Diganjar Piala Oscar Usai Kalah dari Jake Paul

Aktor pemeran Rocky Balboa, Sylvester Stallone, menilai Mike Tyson menahan diri saat duel lawan Jake Paul di atas ring tinju.

I Gede Ardy Estrada | 22 Nov, 15:13

Kompetisi futsal kasta tertinggi di Indonesia untuk kategori putra, Pro Futsal League 2024-2025. (Yusuf/Skor.id)

Futsal

Update Bursa Transfer Pro Futsal League 2024-2025 Periode Awal Musim

Pergerakan masuk dan keluarnya pemain dari 12 tim peserta Pro Futsal League 2024-2025 yang terus diperbaharui.

Taufani Rahmanda | 22 Nov, 14:31

CEO PT Mitra Kreasi Garmen selaku pemilik merek Mills, Ahau (putih) bersama Pemilik klub asal Belgia FCV Dender, Sihar Sitorus, meresmikan kerja sama kedua pihak, November 2024. (Foto: Mills/Grafis: Yusuf/Skor.id)

National

Kontrak Dua Musim, Mills Jadi Apparel Resmi Klub Ragnar Oratmangoen FCV Dender

Kerja sama Mills dengan FCV Dender berkat koneksi Indonesia dan ingin memperkenalkan Indonesia di mata dunia.

Nizar Galang | 22 Nov, 14:26

Load More Articles