- Menurut Europol, sepak bola jadi sasaran utama praktek pengaturan skor.
- Untuk memerangi match-fixing, Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menggandeng pengembang aplikasi 'Red Button'.
- Dengan aplikasi itu, para pesepak bola yang mengetahui pengaturan skor bisa melapor lewat Red Button tanpa perlu takut hidup dan kariernya terancam.
SKOR.id - Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) mencoba berbagai cara untuk memerangi match-fixing. Mereka memilih pendekatan modern dengan menggandeng pengembang aplikasi telepon pintar.
Melalui ‘Red Button’, pesepak bola atau siapa pun yang melapor dijamin kerahasiaan identitasnya. Dengan adanya aplikasi tersebut, bukan berarti aplikasi sejenis, FIFA Integrity, dihapus.
Selama ini, banyak pemain yang tutup mulut ketika mengetahui adanya praktek pengaturan skor di sekitar mereka karena takut nyawa dan kariernya terancam.
Kadang upaya curang tersebut didalangi oleh jaringan mafia di dunia. Menurut Europol, sepak bola merupakan sasaran utama mereka.
Inisiatif FIFA tersebut didukung oleh Federasi Pesepakbola Profesional Dunia (FIFPro).
“Dengan para pemain menghadapi tindakan disipliner akibat gagal melaporkan aksi pengaturan skor, harus ada cara bagi mereka untuk melakukannya tanpa takut bahwa mereka akan menempatkan dirinya sendiri, keluarga dan karier dalam bahaya,” kata Direktur Hukum FIFPro, Roy Vermeer.
“Aplikasi Red Button menyediakan fasilitas ini dan akan membantu para pemain mengelola risiko sangat besar, yang bukan karena kesalahan mereka, mungkin akan berhadapan dengan mereka kapan saja.”
Salah satu pemain yang mengalami mimpi buruk akibat kejujurannya adalah Samir Arab. Bek 24 tahun kelahiran Malta tersebut malah dijatuhi sanksi larangan bermain akibat tidak melaporkan upaya suap kepadanya.
Arab pernah menolak tiga ribu euro (sekitar Rp532 juta) untuk membantu mencurangi pertandingan tim nasional U-21 Malta pada 2016.
Hanya saja, pemain tersebut tidak berani melapor kepada otoritas yang berwenang. Ketika skandal terbongkar, namanya terseret dan ia terkena hukuman. “Saya kehilangan dua tahun dalam karier. Sata kehilangan perkembangan dua tahun,” ucapnya.
Peristiwa seperti itu yang ingin dihindari FIFA dan pengembang Red Button, yang awalnya diuji coba di Finlandia.
Aplikasi ini disebarkan kepada pesepak bola secara eksklusif melalui asosiasi pemain profesional di semua negara.
Menariknya dengan kecanggihan teknologi, tidak akan ada jejak laporan di telepon genggam sang pelapor.
Para pesepak bola juga bebas memberikan informasi kontak sehingga mereka mudah dihubungi secara rahasia ketika proses investigasi berlangsung.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita FIFA Lainnya:
Alasan Robert Lewandowski Pantas Jadi Pemain Terbaik FIFA 2020
Proyek Naturalisasi Pemain Muda Brasil, Diizinkan Negara tapi Tak Direstui FIFA