- Puasa gelar Liverpool akhirnya berakhir di era Jurgen Klopp, dengan gelar Liga Champions musim 2018-2019.
- Gol kedua the Reds yang dicetak Divock Origi memberikan kenangan tersendiri bagi manajer berkebangsaan Jerman ini.
- Klopp turut merasakan kesedihan yang dirasakan pelatih Tottenham kala itu, Mauricio Pochettino, mengingat dirinya pernah dua kali kalah di final Liga Champions.
SKOR.id - Menjelang perayaan satu tahun sukses Liverpool menjuarai gelar Liga Champions 2018-2019, Jurgen Klopp mengisahkan salah satu kenangan terindah dalam hidupnya.
Manajer berkebangsaan Jerman itu puasa gelar bersama the Reds, sebelum akhirnya membekuk Tottenham Hotspur 2-0 di final Liga Champions.
Gol-gol dari Mohamed Salah dan Divock Origi mengunci gelar keenam sepanjang sejarah the Reds di kompetisi antarklub terelite Eropa, dan ternyata gol kedua timnya memiliki kesan mendalam untuk Klopp secara pribadi.
Berita Liverpool lain: Emre Can: Jurgen Klopp Memberi Segalanya untuk Pemain
"Gol luar biasa dari Divock Origi, itu bukan penampilan terbaik kami, bukan pertandingan terbaik Tottenham," buka Klopp kepada BT Sport.
"Itu adalah final, kami harus belajar bahwa sebagai sebuah tim kami harus memenangi pertandingan ini. Kami harus menerima bahwa jika kami tidak tampil dalam kondisi terbaik, maka kami harus melakukan hal lain untuk menang."
"Ketika Divock mencetak gol, saya tahu di malam itu sudah cukup, sehingga kami akan menang. Itu kenangan terbesar saya. Pekerjaan selesai, dan saya benar-benar menyukainya."
Bagi Klopp, itu bukan partai final pertama sepanjang kariernya sebagai pelatih. Ia pernah membawa Borussia Dortmund ke laga puncak di kompetisi yang sama pada 2013, namun kalah dari tim senegara, Bayern Munchen.
Kejadian serupa terulang bersama Liverpool di musim 2017-2018, ketika the Reds menyerah dari Real Madrid. Sebelumnya, Klopp membawa Si Merah ke dua final berbeda, Piala Liga dan Liga Europa, namun masing-masing kalah dari Manchester City dan Sevilla.
Berita Liverpool lain: Mabuk Berat, Jurgen Klopp Lupa Selebrasi Gelar Borussia Dortmund 2012
Berkali-kali patah hati karena kalah di final, Klopp bisa merasakan bagaimana kesedihan Mauricio Pochettino, pelatih Tottenham kala itu.
"Saya tahu itu salah satu malam terindah dalam hidup saya, saya juga mengatakan ini setelah pertandingan," Ucap klopp.
"Perasaan pertama setelah pertandingan adalah lega 100 persen. Saya merasakan apa yang dirasakan Mauricio Pochettino, saya menemuinya, memberinya pelukan. Itu situasi yang aneh di mana Anda berada di antara bahagia dan benar-benar merasakan perasaan orang lain. Karena saya tahu betul bagaimana perasaannya."