- Cabor wheelchair basketball 3x3 jadi penyumbang medali pertama bagi Indonesia di ASEAN Para Games 2022.
- Di balik kesuksesan itu, ada sosok sang pelatih, Fajar Brilianto.
- Meski berhasil mengantarkan anak didiknya meraih sukses, Fajar tetap rendah hati.
SKOR.id - Tim wheelchair basketball 3x3 putra Indonesia datang ke ASEAN Para Games 2022 tanpa target muluk-muluk.
Bagaimana tidak? Sepanjang sejarah ASEAN Para Games, Skuad Merah Putih belum pernah membawa pulang medali dari cabor ini.
Namun tahun ini berbeda. Untuk pertama kalinya sejak 2005, tim wheelchair basketball akan berlaga di hadapan publik sendiri.
Impian merebut medali pertama di kandang menjadi motivasi tambahan I Komang Suparta dan kawan-kawan untuk tampil sebaik mungkin di ASEAN Para Games 2022.
Momen yang dinanti-nantikan pun terjadi pada Minggu (2/8/2022) siang WIB. Sritex Arena menjadi saksi bisu keberhasilan tim wheelchair basketball 3x3 meraih medali perdana sepanjang sejarah ASEAN Para Games.
Menghadapi Kamboja dalam laga perebutan medali perunggu, tim Indonesia tampil dengan semangat juang luar biasa untuk memetik kemenangan 9-5.
Semua pemain tampak emosional selepas memastikan kemenangan. Mereka tampak merayakan medali pertama tersebut dengan para fans yang memadati arena.
Namun, satu sosok penting tak tampak dalam euforia tersebut. Bahkan, para wartawan yang ingin mewawancarai dibuat bertanya-tanya, ke mana perginya sosok tersebut.
Dialah Fajar Brilianto. Sang pelatih baru menampakkan batang hidungnya beberapa saat setelah perayaan. Itu pun dengan sembunyi-sembunyi, seakan tak ingin bertemu publik yang mengelu-elukannya.
"Saya selalu seperti itu. Saat ada yang mengikuti, saya pergi," kata Fajar, saat ditanya mengapa dirinya tak tampak seusai laga.
"Biarkan mereka yang berpesta. Kalau saya saat kalah saja," tuturnya, sambil tersenyum tipis.
Fajar mengakui, tidak mudah untuk mengangkat derajat wheelchair basketball di Indonesia yang seperti dipandang sebelah mata.
"Kalau bisa, ini (medali perunggu ASEAN Para Games 2022) diekspos. Biar kita bisa dapet lebih banyak dukungan," kata Fajar.
"Maaf, ya, tapi selama ini saya akui, kita dipandang sebelah mata, karena kita tim yang sangat baru. Selama ini, kita jalan sendiri. Saya pure sendiri untuk mengurusi semuanya."
"Itulah kenapa anak-anak tadi sampai menangis. Yang pertama, karena ini medali perdana. Yang kedua, karena dengan fasilitas apa adanya, kita mampu meraihnya," kata Fajar.
Pria yang juga menangani tim wheelchair basketball Indonesia di Asian Para Games 2018 tersebut pun mengungkap perjuangannya membesarkan mental anak didiknya selepas tiga kekalahan beruntun di fase grup.
"Saya memotivasi anak-anak, kalau tidak mau menangis seperti kemarin, kalian harus all-out. Sebab saya yakin, ini sebenarnya baru 60 persen kemampuan mereka," tuturnya.
"Kendalanya memang mental bertanding yang masih kurang. Ini wajar, karena untuk event ini, kami sama sekali tidak punya kesempatan try out."
"Saya bilang, tiga pertandingan di awal anggap saja sebagai try out. Untuk hari ini, kita akan fight. Ternyata membuahkan hasil."
"Ini masalah mental. Komang (menyebut I Komang Suparta, salah satu pemain andalan Indonesia) kalau saat latihan, bahkan sulit untuk tidak memasukkan bola," tuturnya.
Akhir kata, Fajar tetaplah Fajar. Dengan segala sanjungan yang layak didapatnya, coach dengan pembawaan yang bersemangat tersebut memilih tetap merendah.
"Saya mengantarkan anak-anak menjadi bintang, saya sudah senang," tuturnya menambahkan.
"Kerja kita ini kan untuk kemuliaan. Kalau menang, pelatih hilang. Tapi kalau kalah, pelatih yang dicari. Saya sudah siap," pungkasnya.
Berita ASEAN Para Games 2022 lainnya:
ASEAN Para Games 2022: Rani Puji Astuti Bersyukur Pindah Haluan dari Atletik ke Angkat Berat
Live Update: Klasemen Medali ASEAN Para Games 2022
ASEAN Para Games 2022: Para Atletik Panen Emas di Hari Kedua