- Salah satu penggawa Pelita Jaya, Muhammad Hardian Wicaksono, memetik sisi positif dari sistem bubble.
- Penerapan sistem gelembung akibat Covid-19 membuat nilai-nilai kekeluargaan di Pelita Jaya, makin erat.
- IBL menyediakan fasilitas yang sanggup mengusir kebosanan pemain.
SKOR.id - Akibat pandemi Covid-19, Indonesian Basketball League (IBL) 2021 diselenggarakan dengan sistem bubble (gelembung).
Seluruh pemain, ofisial, wasit, dan panitia, berada di satu lokasi. Pada fase reguler, sistem bubble berlangsung sebulan, 10 Maret-10 April 2021.
Menginap, makan, dan bertanding di Robinson Cisarua Resort selama 32 hari, tentu membuat semua pihak yang terlibat di IBL merasa bosan.
Namun, ada nilai positif yang dirasakan oleh salah satu pemain Pelita Jaya Bakrie Jakarta, Muhammad Hardian Wicaksono.
Menurutnya, pola bubble membuat nilai-nilai kekeluargaan dalam Pelita Jaya semakin erat karena pemain dan staf selalu bersama-sama.
"Jadi lebih sering ngumpul selama di bubble, biasanya ngobrol. Diskusi soal gim yang sudah dijalani," ucap Muhammad Hardian Wicaksono.
"Kalau (bermain) di luar bubble, Pelita Jaya memang punya mess, tapi banyak pemain yang setelah latihan (memilih) pulang ke rumah."
Sebagai informasi, Pelita Jaya paling telat bergabung dengan ke IBL Bubble karena beberapa pemain dan staf sempat positif Covid-19.
IBL 2021 mulai bergulir pada 10 Maret 2021. Namun, Pelita Jaya baru masuk ke Robinson Cisarua Resort lima hari kemudian.
Jika di total, Pelita Jaya hanya berada di IBL Bubble sekitar 27 hari. Muhammad Hardian Wicaksono mengakui sempat dilanda jenuh.
Untungnya, manajemen IBL menyediakan berbagai fasilitas yang mampu mengusir kebosanan pemain, staf, hingga ofisial tim.
"Intinya, bagaimana mengendalikan stres. Dibawa senang saja karena akhirnya kompetisi kembali bergulir setelah sekian lama," ucapnya.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita IBL Lainnya: