- Keputusan MotoGP memberlakukan format sprint race pada MotoGP 2023 terus mengundang pro dan kontra.
- Mantan manajer Suzuki dan Repsol Honda, Livio Suppo, menolak keras diberlakukannya format sprint race di MotoGP.
- Menurutnya, sprint race hanya menambah risiko balapan MotoGP, yang sudah sangat tinggi.
SKOR.id - Mulai musim depan, MotoGP akan menerapkan format sprint race.
Keputusan ini membuat para pembalap diharuskan melakoni dua balapan setiap race weekend.
Pada satu sisi, peraturan anyar ini membuat kompetisi makin menarik karena ada lebih banyak poin yang diperebutkan.
Sedangkan di sisi lain, format anyar ini memperbesar risiko kecelakaan di lintasan, yang diakibatkan kondisi pembalap yang kelelahan dan tensi kompetisi yang terlalu tinggi.
Mantan manajer Suzuki dan Repsol Honda, Livio Suppo, termasuk golongan yang menolak keras format balapan yang mencontoh Formula 1 tersebut.
Menurutnya, format sprint race akan menaikkan tingkat stres pada pembalap dan mekanik, yang bisa berdampak fatal.
"Apa pun yang mereka katakan, momen start adalah momen yang sangat berbahaya, bukan spektakuler," kata Suppo, dikutip dari Tuttomotoriweb.
"Olahraga ini adalah olahraga yang berisiko, jadi momen-momen tertentu harus dikurangi. Kini, kami malahan melipatgandakannya."
"Saya sudah berbicara dengan beberapa mekanik saya. Menyiapkan motor untuk balapan lebih membuat stres ketimbang buat sesi tes."
"Dalam balapan, kesalahan sekecil apa pun bisa merusak semuanya. Ini (sprint race) menambah tekanan buat para mekanik dan pembalap," ia menambahkan.
Menurut pihak MotoGP, format anyar ini diberlakukan untuk mendorong orang menyaksikan sesi hari Sabtu, yang sekaligus mendongkrak popularitas MotoGP.
Namun, pendapat ini disanggah Suppo. Ia membandingkan dengan balapan WSBK yang menggelar tiga balapan, namun tetap kurang populer ketimbang MotoGP.
"Harus saya akui, balapan akan lebih menarik ketimbang sesi kualifikasi," ujar Suppo.
"Tapi, kalau untuk mendongkrak minat pada MotoGP, saya rasa itu sia-sia. Superbike (WSBK) menjadi contoh yang nyata."
"Mereka selalu menggelar dua balapan, bahkan sekarang tiga balapan, tapi tidak pernah menjadi kompetisi yang populer."
"Saya tegaskan, menambah jumlah balapan tidak cukup untuk meningkatkan minat penonton," ujar Suppo.
Berita MotoGP lainnya:
Francesco Bagnaia Ungkap 'Si Kuda Hitam' di MotoGP 2023, Siapa Dia
Latihan Sepeda Jadi Cara Aleix Espargaro Atasi Rasa Frustrasi di MotoGP
Dominan di MotoGP 2022, Francesco Bagnaia Isyaratkan Masih Bisa Berkembang