- Sepanjang tahun 2021, dua pembalap muda telah meninggal di lintasan balap motor.
- Hal ini membuat keamanan kompetisi balap motor, terutama kasta bawah, kembali dipertanyakan.
- Beberapa masukan pun diberikan, termasuk dengan diterapkannya alat pengaman tambahan.
SKOR.id - Banyak pihak mengharapkan adanya peningkatan dalam aspek keamanan balap motor setelah dua pembalap meninggal dalam semusim.
Belum hilang kesedihan akibat meninggalnya Jason Dupasquier, ajang balap motor dunia harus kembali berduka.
Hugo Millan, pembalap tim Cuna de Campeones, meninggal dunia setelah terlibat kecelakaan pada race 1 FIM CEV kategori Hawkers European Talent Cup, Minggu (25/7/2021).
Kepergian Millan semakin menyesakkan, mengingat saat turun di Sirkuit Aragon dirinya baru berusia 14 tahun.
Sebanyak lima pembalap terlibat dalam insiden yang menewaskan Millan. Namun, hanya satu yang membuat kecelakaan fatal, yakni Milan Leon Pawelec.
Pembalap Wojcik Junior Racing Team asal Polandia tersebut terlihat melindas Millan yang menyebabkan cedera serius pada kepala dan leher.
Dengan demikian, Millan menjadi pembalap kedua yang meninggal dalam kurun waktu dua bulan setelah Dupasquier pada 29 Mei lalu.
Usai dua kecelakaan fatal di kelas terbawah kejuaraan balap motor ini, banyak pihak mempertanyakan sejauh apa upaya penyelenggara menjamin keselamatan pembalap.
Seperti diketahui, kronologi insiden yang menewaskan Dupasquier dan Millan hampir serupa. Mereka meregang nyawa karena terlindas pembalap lain yang tidak mampu menghindar karena jarak yang terlalu dekat.
Rata-rata cedera yang mengakibatkan kematian juga dialami di lokasi yang kurang lebih sama, yakni di sekitar leher dan kepala.
Selama ini, banyak masukan semisal pembalap mengenakan pelindung leher seperti para pembalap di ajang motocross.
Usulan lainnya adalah memodifikasi Head and Neck Support (HANS) yang selama ini terbukti aefektif melindungi para pembalap Formula 1.
Beberapa waktu lalu, bos Ducati, Paolo Ciabatti, mengutarakan teori yang menjelaskan penyebab banyaknya kecelakaan fatal yang terjadi di kelas bawah.
Menurutnya, kecepatan tinggi bukanlah penyebab tewasnya pembalap dalam sebuah kecelakaan di Kejuaraan Dunia Balap Motor.
Menurutnya, dinamika setelah kecelakaan tersebut, misalnya terlindas atau menghantam dinding pembatas, yang membuat pembalap meninggal dunia.
Risiko di kelas Moto3 atau ajang lain yang memakai motor dengan spesifikasi hampir sama memang lebih besar karena semua motor punya kekuatan yang relatif sama.
Alhasil, posisi para pembalap di trek pun sangat dekat, sehingga kemungkinan terjadi senggolan menjadi sangat besar.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Lihat postingan ini di Instagram
Berita balap motor lainnya:
CEV Moto3 Aragon 2021: Kesalahan Fatal Bikin Mario Suryo Aji Gagal Finis
Dorna Optimistis Sirkuit Mandalika Siap Gelar WSBK Musim Ini
Penampilan Bo Bendsneyder Tuai Pujian dari Bos Pertamina Mandalika SAG