- Renault mengganti enam pembalap berbeda dalam lima musim terakhir.
- Seorang pembalap F1 juga harus mampu memberikan masukan untuk meningkatkan performa mobil.
- Tidak satu pun pembalap Renault yang mampu naik podium sejak F1 2016.
SKOR.id - Lima tahun sudah berlalu sejak Renault memutuskan kembali turun di Formula 1 (F1) sebagai tim utuh.
Selama lima tahun itu pula mereka selalu berganti-ganti komposisi pembalap. Tim pabrikan asal Prancis itu sudah enam kali merekrut pembalap berbeda.
Mereka bahkan belum pernah dua musim beruntun diperkuat pasangan pembalap yang sama.
Untuk alasan tertentu, sering mengganti pembalap satu hal yang positif. Sebuah tim bisa berinvestasi dengan merekrut pembalap muda.
Berita F1 Lainnya: Fernando Alonso Buka Kemungkinan Kembali ke F1
Namun terlalu sering mengganti pembalap juga tidak hanya berisiko pada stabilitas tim. Selama lima tahun terakhir ini, Renault cenderung tidak hati-hati dalam memilih pembalap.
Mereka terlihat mengabaikan faktor bahwa pembalap harus mampu menghasilkan grafik yang sejajar dengan pengembangan di lintasan.
Di F1, mempertahankan pembalap bukan karena hanya ia sudah mengenal tim. Seorang pembalap juga harus memberikan efek pada peningkatan performa mobil.
Renault sendiri terus mengganti komposisi pembalapnya dalam lima musim terakhir F1.
Mereka memiliki Kevin Magnussen dan Jolyon Palmer pada 2016. Setahun kemudian, 2017, Nico Hulkenberg bergabung dan Kevin Magnussen memilih hengkang ke Tim Haas.
Jolyon Palmer masih bertahan tapi digantikan Carlos Sainz Jr. sejak GP Amerika Serikat. sampai akhir musim.
Pada 2018, Renault memasangkan Nico Hülkenberg dengan Carlos Sainz Jr. Semusim berikutnya, 2019, Daniel Ricciardo masuk dan dipasangkan dengan Niko Hulkenberg.
Musim ini kemungkinan baru digelar pada Juli akibat pandemi Covid-19. Tapi, Daniel Ricciardo sudah dipastikan hengkang ke McLaren pada akhir musim nanti.
Praktis, Esteban Ocon yang baru bergabung pada 2020 kini sedang dicarikan pengganti.
Yang menjadi masalah, Fernando Alonso yang disebut-sebut menjadi kandidat kuat hanya mau bergabung ke tim yang kompetitif.
Baca Juga: Monako Berniat Gelar Tiga Balapan Bergengsi dalam Sebulan pada 2021
Inilah yang menjadi masalah bagi Renault. Renault kali terakhir menang di GP Jepang 2008, lewat Fernando Alonso.
Renault juga tidak pernah finis podium lagi di F1 antara 2016 sampai 2019.
Dalam lima musim terakhir, Renault masing-masing finis di peringkat kesembilan pada 2016 (8 poin), keenam di 2017 (57), keempat pada 2018 (122), dan kelima di 2019 (91).
Renault kini butuh pembalap sekaliber Fernando Alonso. Tetapi, mampukah Renault memenuhi syarat dari pembalap yang mereka antar juara dunia F1 pada 2005 dan 2006 itu?
Fernando Alonso memutuskan pensiun dari F1 pada tahun 2018 dan melanjutkan karier di 24 Hours Le Mans bersama Toyota.
Meski tujuan utama saat ini adalah menang di Indianapolis 500, Alonso berhasrat kembali ke F1 demi aturan kekuatan tim yang merata.
"Saya selalu menantikan 2021 karena ada aturan baru dalam F1. Mungkin saya akan kembali ke sana karena persaingan lebih merata," ujar Alonso.
"F1 menunda (penerapan) aturan baru hingga 2022. Itu kabar buruk karena saya merasa mereka butuh mobil yang setara hingga aturan baru harus segera diterapkan."