- Bos Red Bull Racing Christian Horner tak ingin kritik F1 soal membatalkan GP Australia
- Menurutnya, keamanan semua pihak harus selalu menjadi prioritas di tengah pandemi virus corona.
- Namun Penasihat Red Bull Helmut Marko menilai balapan seharusnya tetap bisa dilaksanakan.
SKOR.id – Bos Tim Red Bull Racing Christian Horner tak ingin mengkritik Formula 1 (F1) karena membatalkan Grand Prix (GP) Australia.
Padahal, Red Bull siap berlomba dan telah mengeluarkan banyak uang dalam seri yang seharusnya digelpar pada 13-15 Maret lalu di Sirkuit Albert Park, Melbourne.
Keputusan untuk membatalkan GP Australia diambil karena McLaren memilih mundur dari balapan tersebut setelah stafnya ada yang positif terjangkit virus corona (Covid-19).
Kemudian Mercedes AMG pun mundur. Ini membuat pihak F1 langsung mengambil langkah cepat dengan membatalkan perlombaan demi keamanan seluruh pihak.
“Saya pikir itu situasi yang sangat sulit karena kami target bergerak. Ketika kami datang, tidak ada orang yang dinyatakan positif Covid-19,” kata Christian Horner.
Baca Juga: Bos Red Bull Perkirakan GP Bahrain Ikuti Jejak GP Australia
“Kemudian ada satu kasus yang dinyatakan positif, dan F1 memutuskan untuk membatalkan lomba. Tentu tidak patut untuk mengkritik,” pria 46 tahun itu melanjutkan.
Awalnya, pihak penyelenggara GP Australia percaya dapat menggelar lomba pembuka F1 2020, sebelum akhirnya staf McLaren dinyatakan positif Covid-19.
Horner mengaku lega dan senang dengan keputusan itu karena kesehatan dan keselamatan pembalap, staf, dan fan harus selalu menjadi prioritas.
“Jika seseorang dinyatakan positif sebelum lomba, kami tak akan berangkat. Ini memang menyedihkan, namun keselamatan semua orang adalah yang terpenting,” kata Horner.
Berbeda dengan Horner, Penasihat Red Bull Helmut Marko ingin mendapatkan jawaban yang jelas dari F1 atas pembatalan GP Australia.
“Saya mengharapkan penjelasan kongkret dari F1. Promotor lokal telah memberi sinyal siap menggelar lomba. Tetapi saat McLaren dan Mercedes mundur, GP dibatalkan,” ujar Marko.
Baca Juga: Red Bull Lebih Fokus Tatap F1 2020
Ia pun membandingkan kejadian serupa yang pernah terjadi di masa lalu, di mana grand prix tetap berjalan meskipun tidak seluruh tim dapat turun ke lintasan.
“Pada 2005, di Indianapolis hanya ada 3 tim yang dapat berlomba. Jika kami turun pada latihan bebas di Australia, maka ada banyak tim yang mengikuti,” kata Marko.
Mantan driver F1 berusia 76 tahun tersebut termasuk dalam bagian orang yang berisiko tertular Covid-19 karena dia berpergian ke tempat yang terpapar virus corona.
Marko, yang juga menjabat sebagai kepala program pengembangan pembalap Red Bull itu, juga mengaku tak senang karena harus melakukan perjalanan dalam waktu singkat.
“Saya tiba (di Australia) pada Jumat, di hari yang sama harus terbang lagi ke Dubai. Bandara adalah tempat potensial tertular corona karena di sana ada banyak orang berdatangan dari berbagai negara,” ujar Marko.