- Taylor Fritz mengaku tak mempermasalahkan petenis gay atau biseksual yang ikut berkompetisi di turnamen internasional.
- Sejauh ini, belum ada satu pun petenis LGBTQ+ di sektor pria yang ikut bersaing dalam perebutan gelar di level elite.
- Fritz berpendapat pemain LGBTQ+ enggan mengaku soal orientasi seksualnya lantaran takut akan sorotan yang didapat.
SKOR.id - Taylor Fritz akan menyambut petenis yang secara terbuka telah mengaku sebagai seorang gay di turnamen internasional.
Petenis Amerika Serikat itu mengaku tak mempermasalahkan orientasi seksual tiap pemain yang ikut kompetisi dan ia yakin banyak juga yang sependapat dengannya.
"Saya tidak yakin apakah ada petenis homoseksual di 100 besar. Berbicara secara statistik, seharusnya ada (petenis gay)," ujar Fritz.
"Saya pikir itu aneh, karena saya merasa seorang pemain akan diterima."
"Saya dan teman-teman saya, pemain lain dalam tur tidak akan memiliki masalah dengan itu, itu akan sangat normal dan saya pikir orang akan menerimanya," ia menambahkan.
Sejauh ini, memang belum ada satu pun petenis pria gay atau biseksual yang ikut bersaing dalam perebutan gelar di kompetisi internasional.
Berbeda dengan yang terjadi di sektor wanita, dimana beberapa petenis secara terbuka mengaku sebagai lesbian saat mereka masih aktif bermain seperti mantan petenis nomor satu dunia, Billie Jean King, Martina Navratilova, dan Amelie Mauresmo.
Adapun, salah satu dari sedikit pemain pria yang pernah mengakui bahwa ia gay adalah Brian Vahaly, mantan petenis profesional Amerika Serikat.
Namun, Vahaly juga baru berani mengumumkan soal orientasi seksualnya itu pun pada 2017 atau 10 tahun setelah ia memutuskan pensiun.
Taylor Fritz berpendapat para pemain LGBTQ+ mungkin enggan untuk secara terbuka mengaku soal jati dirinya karena takut akan mendapat banyak sorotan terkait kehidupan pribadinya.
"Saya tidak bisa memberi tahu Anda mengapa (tidak ada yang coming out)," kata Fritz.
"Itu akan menjadi berita besar dan mungkin orang-orang tidak ingin menjadi sorotan, mungkin mereka tidak ingin mendapatkan gangguan dari semua perhatian dan hal-hal seperti itu."
View this post on Instagram
Alasan lain mungkin karena para pemain tersebut tidak ingin mengambil risiko menerima bahasa kasar atau diasingkan oleh rekan-rekan mereka.
Dari hasil survei yang dilakukan ATP awal tahun ini menemukan bahwa 75 persen melaporkan telah mendengar pemain lain menggunakan hinaan homofobik.
Survei tersebut juga menunjukkan "ketakutan yang kuat akan penolakan, isolasi dari orang lain dalam tur, dan rasa kesepian" sebagai kemungkinan hambatan bagi pemain LGBTQ+ untuk mengungkapkan seksualitas mereka secara terbuka kepada orang lain.
Menindaklanjuti hasil survei tersebut, ATP akhirnya bermitra dengan You Can Play, sebuah organisasi yang berkomitmen untuk memajukan inklusi LGBTQ+ dalam olahraga.
Hal ini dilakukan ATP sebagai bentuk dukungan dan mengambil tindakan untuk memerangi homofobia dalam olahraga tenis dunia.
Berita Tenis Lainnya:
Total Uang Hadiah ATP Tour dan ATP Challenger Tour 2023 Meroket Rp588 Miliar
Davis Cup Akan Masuk Kalender ATP Tour Mulai 2023